"Maka, ambillah hikmah atau pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pandangan." (QS. Al-Hasyr: 2)
Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Lagi heboh film genre horor berjudul Saranjana: Kota Gaib yang akan tayang perdana di bioskop Indonesia, 26 Oktober 2023. Film besutan sutradara Johansyah Jumberan dan Ridho Ivander Rama diproduksi oleh DHF Entertainment dengan mengambil latar cerita rakyat Kalimantan Selatan. Rupanya telah "menghantui" pemikiran banyak orang untuk membicarakannya, perihal fakta kota gaib Saranjana itu sendiri, antara ada dan tiada. Terlebih lagi ada yang mengaitkannya dengan sejarah masa silam Kesultanan Banjar.
Alur Cerita Saranjana
Apa pun sudut pandangnya, ketika cerita tersebut diangkat ke layar lebar, seperti dikutip DetikJatim.Com, 15/9/2023, film ini menggambarkan kota mistis yang modern dan maju. Alur ceritanya berawal dari tur sebuah band bernama Signifikan asal Jakarta yang akan mengadakan pertunjukan di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Namun, salah seorang vokalis bernama Shita (diperankan Adinda Azani), si vokalis band tersebut menghilang secara misterius.
Setelah melakukan pencarian akhirnya sang vokalis ditemukan berada di kota gaib Saranjana, sebuah kota yang dipercaya warga lokal sebagai kota yang nyata adanya, namun tidak bisa terlihat sembarang orang, harus melalui perantara seorang juru kunci (Pua Bella).
Kekuatan cerita film ini sebenarnya bukan pada ide cerita, melainkan gambaran kota gaibnya yang terbilang megah dan maju, meskipun faktanya berupa hutan belantara. Di dalam cerita film tersebut, mereka melakukan petualangan selama tujuh hari untuk membawa pulang Shita sebagai tokoh utama ke dalam dunia nyata.
Secara umum, film Saranjana: Kota Gaib merupakan film horor yang tentu di dalamnya banyak hal mistik yang di suguhkan. Namun, di media sosial menjadi sangat menarik karena dikaitkan dengan kebenaran fakta kota Saranjana yang konon nyata. Ada sebagian ahli sejarah yang menyebut, bahwa Saranjana itu berasal dari kata Samburanjana, seorang putra mahkota dari Kesultanan Banjar yang mendirikan kerajaan sendiri di Pulau Laut karena adanya konflik perebutan takhta kekuasaan. Nama kerajaan tersebut adalah Saranjana yang terkenal kemakmurannya, meskipun terasingkan dan seolah menjadi gaib keberadaannya.https://narasipost.com/opini/01/2022/koleksi-boneka-horor-waspada-iman-error/
Sementara di dalam cerita filmnya, Saranjana digambarkan sebagai kota yang indah, menawan dan berperadaban, meskipun berada di tengah hutan belantara. Dari sini mungkin ada orang yang berpikiran, bahwa film ini bisa menjadi alat propaganda kekuasaan karena hampir mirip dengan gambaran rencana pembangunan ibu kota negara yang baru bernama Nusantara. Sebuah konsep kota metropolis di tengah rimbunnya hutan belantara di Kalimantan yang masih asri dan perawan.
Namun, mengaitkan sebuah karya film yang diangkat dari sebuah cerita rakyat dengan urusan politik terkini sangat terlalu dini dan memerlukan analisis politik yang tajam. Hanya saja bisa menjadi bumbu yang menarik ketika ranah cerita fiksi ini dibicarakan dari berbagai sisi, meskipun tentunya akan menjadi iklan gratis untuk suksesnya penayangan film genre mistis ini.
Cerita rakyat ini menciptakan sebuah dunia yang sarat dengan unsur magis, sekali pun kota tersebut dipercaya ada, berpenduduk dari berbagai macam suku bangsa, bahkan menurut kepala adat setempat ada yang mengatakan, bahwa kota tersebut memiliki sistem pemerintahan yang sama seperti banyak negara saat ini. Saranjana dipercayai sebagai pusat kekuatan mistis yang luar biasa dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak penulis, seniman, dan sekarang pembuat film.
Cerita Rakyat atau Horor Politik
Hebohnya "Saranjana" bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan cara untuk menghormati dan merayakan warisan budaya Kalimantan Selatan. Ini membawa penonton lebih dekat ke dalam kepercayaan, tradisi, dan cerita rakyat yang telah diteruskan dari generasi ke generasi. Permasalahannya sekarang apakah hebohnya film mistis ini akan menjadi penanda horor politik di kemudian hari?
Mendengar kata 'horor' pikiran kita seperti membayangkan beragam makhluk halus, seperti setan ataupun hantu. Tentu, horor politik memiliki makna konotatif, yaitu gambaran dunia politik yang menyeramkan karena banyaknya kezaliman yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi memasuki tahun politik, pergantian kekuasaan yang tampak semakin panas suhu persaingan politiknya.
Sudah menjadi lumrah politik itu kotor ketika dijalankan oleh sebuah sistem yang kotor karena berasal dari pemikiran manusia, seperti halnya sosialisme dan kapitalisme. Namun, politik akan terasa indah jika dijalankan oleh sebuah sistem yang berasal dari pemilik kehidupan alam semesta ini, yakni Allah Swt.
Jika benar faktanya bahwa kota gaib Saranjana itu ada atau pernah ada di masa silam. Terlebih lagi ada kaitannya dengan keberadaan Kesultanan Banjar yang pernah berjaya pada masa kepemimpinan Sultan Suriansyah (1526-1546). Maka, menarik untuk ditarik kepada fakta sejarah di masa lampau yang erat kaitannya dengan keberadaan Khilafah Islamiah di Turki yang pada periode tersebut berada pada puncak kejayaannya, yakni saat dipimpin oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566).
Menurut pendapat Syekh Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi, mengatakan bahwa Khilafah Utsmaniyah pada waktu itu merupakan representasi dari puncak piramida kekuatan dan kekuasaan Utsmani dan puncak posisinya di tengah kekuatan dunia saat itu.
Dan pengaruh Kekhilafahan Islam di Turki sangat terasa dalam hal pengamanan jalur atau rute ibadah haji dari Nusantara ke Haramain yang melalui selat Malaka, pengiriman tentara ke Aceh untuk membantu kesultanan di Nusantara dalam mengusir penjajah, seperti Portugis. Pun pengangkatan atau penganugerahan gelar pada para sultan yang tersebar di Nusantara, termasuk Kesultanan Banjar di Kalimantan Selatan.
Dengan demikian, teringat firman Allah Swt. tentang pentingnya belajar dari sejarah di masa lalu, "Maka, ambillah hikmah atau pelajaran wahai orang-orang yang memiliki pandangan." (QS. Al-Hasyr: 2)
Dalam hal ini, Kesultanan Banjar menjadi saksi tingginya peradaban Islam waktu itu dengan sistem pemerintahan Khilafah Turki Utsmani. Jadi, jika mau mengaitkan keberadaan kota gaib Saranjana, jika memang ada dan terkait dengan keberadaan Kesultanan Banjar kiranya bisa membuka cakrawala berpikir tentang indahnya masa depan peradaban dunia dengan memunculkan dokumen sejarahnya, bukan sisi mistiknya seperti dalam film Saranjana: Kota Gaib yang mengangkat cerita rakyat, namun masih sarat dengan horor politik kapitalismenya.
Wallahu'alam bish Shawaab.[]
Kalau yang saya lihat2, memang vilm-vilm yang bertemakan Islam selalu dikaitkan dengan hal-hal mistis yang horor. Tidak ada nilai edukasi yang diberikan kepada penonton, justru hanya membuat penonton untuk takut kepada hal-hal yang berhubungan Islam.
Seharusnya memang menonjolkan kesultanan Banjar, Pak. Tapi lagi-lagi standar kapitalisme adalah Cuan. Pasti yang didahulukan adalah cuannya, bukan bagaimana karya itu bisa menambah wawasan sejarah.
Menyelami kata demi kata yang mengalir, pas selesai, auto bilang, "Kok udah? Kurang." Apik tulisannya. Barokallah
Wah...harus ada sesion 2 hehe
Betul, seharusnya sebuah film (seperti Saranjana) itu bisa menggambarkan realitas keindahan sejarahnya (misal, tentang kesultanan Banjar) agar menambah pengetahuan sejarah para penontonnya. Tapi lazimnya film di Indonesia justru lebih menonjolkan sisi mistisnya. Soalnya sisi ini yang lebih menjual sih.
Kalau ada komen award...nih dapat sepeda loh
Tupz semua diangkat demi memuluskan maksud hati.
Keren ustadz naskahnya
Keren tuliannya pak Maman. Mengulik sebuah karya film yang mengaitkan unsur horor dengan politik.
Ustaz Maman El Hakiem selalu menulis hal-hal yang anti mainstream.
Keren.
Suka ice cream hehe
Hebatnya Kapitalisme sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui...membodohi rakyat negeri ini unt mengeruk keuntungan berlipat2, tahu aja gmn cara melanggengkan penjajahan dgn film. Bodohnya kita, masih berputar di ruang ini2 aja. Hiburan bergenre mistis yg melemahkan akal...
MasyaAllah, tulisan ini keren. Berbicara masalah film yang ada unsur horor dan sejarahnya. Namun, yang membuatku menarik adalah hubungannya dengan IKN.
Mengajak pembaca berpikir kritis.
Paket komplit dong mbak. Hehe