Balada Libur Maulid dan Covid-19

"Balada libur Maulid dan Covid-19 menyisakan tanda tanya dan rasa kecewa bagi kaum muslim. Seakan virus corona muncul saat ada peringatan hari besar Islam saja. Sehingga, klaster baru itu akan muncul."

Oleh. Afiyah Rasyad
(Kontributor Tetap NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Rabiul Awal adalah salah satu bulan perayaan hari besar Islam (PHBI). Pasalnya, tanggal 12 Rabiul Awal diyakini sebagai hari kelahiran Rasulullah Muhammad saw. tercinta. Kaum muslim tiap tahun memperingatinya dengan penuh suka cita demi meneladani Nabi Muhammad saw. sebagai utusan Allah dan pembawa risalah Islam didunia. Peringatan Maulid Nabi pun dijadikan sebagai hari libur nasional di negeri tercinta ini.

Maulid kali ini adalah maulid kedua di masa pandemi. Namun, kondisi yang ada menunjukkan kasus harian yang semakin melandai. Banyak sudah akses moda transportasi umum yang dibuka dengan syarat kartu vaksin dan tes swab antigen. Tempat wisata juga sudah banyak yang mulai beroperasi dan ramai pengunjung. Tak ketinggalan, Mall, cafe, restaurant, warung, dan sejenisnya boleh buka di jam yang telah ditetapkan. PTM terbatas pun mulai berjalan sejak awal Agustus.

Sayangnya, libur maulid kini menjadi polemik. Pemerintah berniat menggesernya karena alasan antisipasi munculnya kasus baru Covid-19 (detiknews.com, 9/10/2021). Alasan klise munculnya klaster baru Covid-19 sangat memukul hati kaum muslim. Pasalnya, bukan hanya sekarang pemerintah menggeser hari libur nasional peringatan hari besar Islam, 1 Muharram 1443 lalu yang bertepatan dengan Selasa (10 Agustus 2021) digeser keesokan harinya Rabu (11 Agustus 2021).

Balada libur Maulid dan Covid-19 menyisakan tanda tanya dan rasa kecewa bagi kaum muslim. Seakan virus corona muncul saat ada peringatan hari besar Islam saja. Sehingga, klaster baru itu akan muncul. Sedangkan untuk acara PON XX yang beberapa waktu lalu diselenggarakan di Papua tak perlu dikhawatirkan karena virus corona tak akan muncul, sehingga tak akan klaster baru.

Padahal peringatan hari besar Islam, seperti Maulid Nabi kali ini bukan semata agenda libur dan kumpul keluarga. Lebih dari itu, momen Maulid Nabi ini bisa digunakan oleh tiap muslim untuk menelaah dan mentadabburi kisah Baginda Nabi sejak awal kelahiran beliau hingga wafatnya beliau. Bagaimana beliau saw. ketika diutus menjadi seorang nabi dan rasul, berdakwah secara siriyah (sembunyi-sembunyi) di Makkah, melakukan tastqif (pembinaan) di rumah Arqom bin Abi Arqom, hingga membuat kutlah (kelompok) dakwah. Kaum muslim juga bisa mempelajari kisah beliau saat beliau disiksa, diboikot, hingga beliau hijrah ke Madinah dan menerapkan syariat Islam dalam naungan Daulah Islam.

Jika memang libur nasional Maulid Nabi mendatangkan klaster baru, bagaimana dengan objek pariwisata yang mulai dipadati pengunjung di luar momen hari besar Islam? Apa yang dikhawatirkan pemerintah sungguh tidak sesuai dengan berbagai pelonggaran interaksi sosial yang telah digalakkan. Program vaksinasi yang telah berjalan seharusnya mampu menghalau kekhawatiran pemerintah yang terkesan menganaktirikan hari besar Islam. Bukankah prokes tetap bisa ditegakkan saat kaum muslim memperingati secara bersama.

Pemerintah seharusnya mampu menyikapi persoalan dengan arif dan bijaksana. Kebijakan yang dibuat seharusnya memberikan ketenangan dan ketentraman bagi rakyat, bukan justru membuat hati rakyat terluka karena merasa dianaktirikan. Pemerintah seyogianya memelihara dan mengakomodir semua urusan rakyat, termasuk urusan perayaan hari besar umat beragama. Edukasi dan sosialisasi protokol kesehatan harus dilakukan secara komprehensif dan berkala demi mencegah klaster baru, mulai dari pusat hingga daerah harus satu padu. Sanksi administratif harus dijalankan dengan tegas bagi siapa pun yang melanggar, termasuk orang yang punya jabatan.

Dengan demikian, maka kemunculan klaster baru saat peringatan hari besar Islam tak akan menjadi alasan. Pemerintah dan rakyat bisa bersinergi dalam memperingati Maulid Nabi. Kegelisahan dan kekhawatiran pemerintah akan munculnya klaster baru bisa diantisipasi dengan kesadaran rakyat dalam menegakkan protokol kesehatan.

Wallahu a'lam bishawab.[]


Photo: Canva.Com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Inti NarasiPost.Com
Afiyah Rasyad Penulis Inti NarasiPost.Com dan penulis buku Solitude
Previous
Everytime with Allah
Next
Konflik Panjang Israel-Palestina, Hanya Islam yang Mampu Mengakhirinya
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram