Sekularisme kapitalisme memandulkan makna maulid sebatas perayaan kelahiran Nabi saw., tanpa pesan politik kepemimpinan.
Oleh. Rivanti Muslimawaty
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saat ini di berbagai tempat, umat Islam larut dalam agenda perayaan kelahiran Nabi Muhammad saw. Berbagai perayaan diisi dengan tasyakuran maupun selawat sebagai wujud rasa syukur dan gembira atas kelahiran Nabi saw. Sangat wajar bila umat Islam bergembira menyambut peringatan hari kelahiran Rasulullah saw. Bahkan Abu Lahab pun diringankan siksanya tiap hari Senin karena gembira atas kelahiran Nabi saw.
Maulid Nabi, Tak Cukup Berselawat
Namun, kebahagiaan ini tentu tidak cukup hanya ditampilkan dengan membacakan selawat maupun mengadakan berbagai acara perayaan. Bahagia atas kelahiran Nabi saw. seharusnya dibarengi dengan bahagia atas datangnya risalah Islam. Nabi diutus membawa risalah Islam kaffah yang merupakan sistem kehidupan untuk mengatur manusia di dunia dan akhirat. Nabi juga diutus agar semuamakhluk mendapatkan haknya sehingga merasakan kebaikan Islam.
Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga diutus untuk menyampaikan Islam yang akan menjadi rahmat bagi semesta alam ini, sebagaimana tertuang dalam firman Allah Swt.: "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. Al-Anbiya [21]: 107)
Namun, fakta saat ini menunjukkan betapa risalah yang dibawa Nabi Muhammad saw. tidak diterapkan oleh umat Islam, malah dicampakkan. Umat Islam justru menerapkan sistem kufur buatan manusia, yaitu sekularisme demokrasi. Padahal sekularisme demokrasi terbukti telah menghancurkan tatanan kehidupan, keluarga, perempuan, dan generasi yang semakin menunjukkan rusaknya demokrasi.
Sekularisme Diemban, Tatanan Kehidupan Rusak
Berbagai tatanan kehidupan makin kacau karena kacaunya aturan sekularisme demokrasi yang diterapkan. Di antaranya, bangunan keluarga tidak utuh lagi. Hubungan orang tua dan anak menjadi berantakan lantaran sekularisme demokrasi menguasai kehidupan ini. Kaum perempuan kehilangan jati dirinya karena harus turut berjibaku dalam urusan ekonomi keluarga, sementara urusan domestik pun tidak lepas dari tanggung jawabnya.
Selain itu, generasi yang terbangun tampaknya sulit menjadi generasi tangguh yang diharapkan dapat melanjutkan estafet perjuangan kelak karena minimnya upaya yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan dalam mewujudkan harapan ini.
Sekularisme sendiri adalah paham yang memisahkan agama (Islam) dari kehidupan. Sekularisme meniscayakan aturan Islam hanya berlaku pada ranah individu, khususnya ibadah mahda saja. Sebaliknya, aturan-aturan agama harus dijauhkan dari ranah sosial, politik, pemerintahan, hukum, ekonomi, dan lain-lain. Pasalnya, aturan yang diterapkan adalah karya cipta akal manusia semata yang tidak dibimbing oleh wahyu Ilahi.
Baca: wujudkan-cinta-nabi-tegakkan-syariah-di-momen-peringatan-maulid-nabi-1442-h/
Sekularisme kapitalisme adalah penyebab rusaknya tatanan kehidupan karena sangat bertentangan dengan Islam dari sisi sumber kemunculannya, akidah yang melahirkannya, atau asas yang mendasarinya juga berbagai ide dan peraturan yang dibawanya. Kapitalisme lahir dari akidah pemisahan agama dari kehidupan yang menjadi asas ideologi kapitalisme. Kapitalisme adalah produk akal manusia, tidak ada hubungannya sama sekali dengan wahyu maupun agama apa pun. Sedangkan Islam adalah agama yang berasal dari Allah taala.
Di samping itu, sekularisme kapitalisme memandulkan makna maulid sebatas perayaan kelahiran Nabi saw., tanpa pesan politik kepemimpinan. Umat merasa cukup dengan melantunkan selawat atau mengenang kembali kelahiran Nabi Muhammad saw., tanpa mempelajari lebih dalam lagi bagaimana usaha beliau memperjuangkan Islam kaffah sejak di Makkah maupun penerapannya di Madinah. Tidak ada bedanya dengan memperingati kelahiran manusia biasa lainnya.
Kegembiraan Hakiki terhadap Maulid Nabi
Kegembiraan umat Islam atas kelahiran nabi, namun mencampakkan risalah yang diwariskannya, bukanlah cinta yang sesungguhnya. Wujud cinta kepada Nabi saw. seharusnya dengan adanya ittiba' (kepengikutan) kepada Nabi saw., yaitu dengan menerapkan Islam kaffah melalui penegakan khilafah.
Allah SWT. telah berfirman di dalam Al-Qur'an surah Ali Imran ayat 31 :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Artinya: “Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Hal ini karena Allah Swt. telah menjadikan Nabi saw. sebagai satu-satunya manusia yang patut dijadikan contoh oleh seluruh manusia, baik muslim maupun kafir.
Oleh karena itu, mari kita jadikan momen maulid sebagai momen mewujudkan kembali kepemimpinan Islam warisan Nabi saw., yaitu Khilafah Islamiah dan tinggalkan demokrasi yang telah terbukti membuat penderitaan berkepanjangan kepada manusia, hewan, tumbuhan serta seluruh makhluk.
Wallahualam bissawab.[]
Barakallah Umi Rivanti, guruku...
Allahumma shalli 'ala sayyidina Muhammad