"Moderasi beragama ini tentu akan berdampak pada rusaknya kepribadian generasi, baik pemikiran atau perilakunya. Paham Pluralisme, sinkretisme, sekularisme dan paham liberal lain akan bercokol di benak mereka."
Oleh Nina Marlina, A.Md
(Muslimah Peduli Umat)
NarasiPost.Com-Dikutip dari Kompas.com (11 Juni 2021) bahwa kalangan milenial dianggap memiliki peran penting guna mewujudkan program moderasi beragama yang tengah digagas pemerintah. Asisten Deputi Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Thomas Ardian Siregar, mengatakan para milenial tersebut bisa menjadi agen moderasi beragama untuk kehidupan bangsa yang rukun dan damai.
Sementara itu, menurut mantan Menteri Agama Fachrul Razi, pelibatan generasi muda ini sangat strategis sebagai pelanjut estafet negeri dalam penguatan moderasi beragama. Diharapkan nuansa keberagamaan kaum milenial ke depan terus membaik, rukun dan arif, santun dan toleran, serta mengedepankan kedamaian, bukan kebencian, hoaks atau tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama.
Sebagaimana diketahui, pengarusan moderasi ini akan diarahkan ke berbagai lini. Salah satunya kepada kaum milenial. Program moderasi untuk milenial ini dilatarbelakangi juga karena beberapa waktu lalu telah terjadi aksi bom bunuh diri oleh kalangan milenial. Bom di Gereja Katedral Makasar ini dilakukan oleh pasangan suami istri kelahiran tahun 1995 yang masuk kelompok umur milenial. Untuk itu, diusulkanlah moderasi ini agar diarahkan pada kaum milenial, supaya mereka tidak terjebak pada paham radikal dan terorisme. Selain itu, kaum milenial memiliki banyak potensi, baik dari segi usia, perilaku, pendidikan dan teknologi, sehingga dianggap patut untuk dijadikan agen moderasi.
Program ini juga diarahkan kepada ASN, guru agama, pendidik di sekolah hingga dosen perguruan tinggi. Terlebih penguatan moderasi beragama merupakan program prioritas pertama Kementerian Agama di bawah kepemimpinan Menag Yaqut Cholil Qoumas. Wacana ini sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Pemerintah berharap moderasi dapat mewujudkan agama yang damai dan lebih toleran terhadap pemeluk agama lain.
Moderasi Islam adalah upaya menjadikan Islam “yang pertengahan”, yakni Islam yang lebih toleran, damai, dan tidak “kaku”. Adapun rencana dan usulan program-program moderasi yang akan dijalankan oleh pemerintah antara lain, dialog dan pertemuan tokoh lintas agama, pelatihan-pelatihan penguatan moderasi, deradikalisasi dan pemberdayaan ekonomi bagi yang sudah terpapar paham radikal.
Di balik sejuta alasan keindahan akan moderasi, namun ternyata tujuan program ini adalah untuk mencegah penyebaran ide Islam politik, menekan intoleransi, dan radikalisme. Islam politik dianggap berbahaya karena akan membangkitkan umat Islam. Begitupun dengan keteguhan umat terhadap agama dan syariat dituduh menjadi penyebab intoleransi dan sikap radikal.
Kaum sekuler menghendaki agar moderasi beragama ini terus digaungkan. Moderasi ini erat kaitannya dengan paham pluralisme yang menyatakan semua agama adalah sama atau benar. Program ini jelas berbahaya karena akan mengarah pula pada sinkretisme, yakni mencampuradukan atau penyatuan aturan agama yang berbeda.
Moderasi beragama ini tentu akan berdampak pada rusaknya kepribadian generasi, baik pemikiran atau perilakunya. Mereka akan terbawa arus pemikiran yang salah. Mereka akan mengaminkan paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Pluralisme, sinkretisme, sekularisme dan paham liberal lain akan bercokol di benak mereka.
Inilah akibat dari sistem demokrasi dan sekularisme yang berkuasa di negeri ini. Sistem ini telah melahirkan berbagai undang-undang dan kebijakan liberal yang menyalahi aturan Islam. Sistem yang anti dengan syariat. Barat telah berhasil melakukan upaya untuk menghalangi kebangkitan Islam. Barat tak mau umat Islam dan generasinya bangkit atau sadar dengan Islam kafah. Ketakutan mereka amat besar sehingga siang dan malam terus melakukan berbagai cara untuk menghancurkan Islam. Pemikiran dan materi telah mereka curahkan untuk melawan umat Islam.
Islam tentu amat dirugikan dengan agenda ini. Untuk itu, kita harus waspada dan tak terjebak dengan paham moderasi yang jelas-jelas menyerang umat Islam dan syariatnya. Semestinya kaum milenial menggunakan semua potensinya untuk menjadi agen perubahan, agen dakwah menyebarkan Islam kafah, bukan menjadi agen moderasi, agar selamat para generasi.
Wallahu a'lam bishshawab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]