Siswa bukan hanya membutuhkan kurikulum semisal merdeka belajar yang pada faktanya belum merdeka karena masih menggunakan ruangan tak layak
Oleh. Puput Ariantika, S.T
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Suatu masalah jika tidak diangkat di media, maka tidak akan direspons oleh negara atau pejabat setempat. Sebagaimana yang telah terjadi pada siswa SD yang belajar di ruangan bekas toilet. Salah satu sekolah SD Negeri di Kabupaten Kampar, Riau, tidak memiliki ruang kelas yang cukup untuk menampung semua siswanya, sehingga mereka menyulap ruangan toilet bekas menjadi kelas. Proses belajar mengajar ini sudah terjadi selama lima tahun dan tidak ada respons apa pun dari pihak pemerintah setempat. (Liputan6.com, 13/6/2024)
Di tengah gempuran merdeka belajar, belajar bisa dilakukan di mana saja termasuk ruangan bekas toilet. Sayangnya, bukan karena kurikulum sekolah membiarkan siswanya belajar di ruangan bekas toilet itu, tetapi karena ruang kelas yang tidak cukup. Siswa terus bertambah di setiap tahun. Saat ini siswa berjumlah 223 orang, jadi butuh tambahan kelas. Tak hanya itu para guru juga tidak mempunyai ruangan sehingga menjadikan perpustakaan yang sempit menjadi ruang guru. (Goriau.com,13/6/2024)
Perjuangan pihak sekolah terus menerus dilakukan agar penambahan kelas terlaksana. Proposal telah dikirim ke dinas pada tahun 2022. Proses pengecekan kelokasi juga sudah dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan, namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda pembangunan sampai berita ini viral di media. Akhirnya mendapat respons dari pihak dinas. Karena merasa malu dinas pun memanggil kepala sekolah SD N 002 untuk mempertanyakan perihal viralnya sekolah ke media. Kepala sekolah dengan santai mengatakan yang memang sebegitu adanya tidak melebih-lebihkan. (Tribunnews.com, 13/6/2024)
Perjuangan pihak sekolah akhirnya mendapatkan kabar baik. Pasalnya bupati langsung merespons dengan berjanji akan menganggarkan dana daerah untuk pembangunan sekolah SD negeri tersebut. Adapun anggaran akan dimasukkan ke dalam anggaran Disdikpora. Namun disayangkan setelah mendapatkan konfirmasi dari pihak Kabid bahwa anggaran untuk tahun 2024 sudah habis sehingga pembangunan sekolah akan dilakukan pada tahun depan. (Kompas.com, 13/6/2024)
Sungguh miris nasib anak negeri saat ini. Mereka harus tetap belajar di ruangan bekas toilet hingga tahun depan. Mereka harus bersabar hingga anggaran untuk pembangunan kelas datang. Padahal tempat mereka saat ini adalah salah satu kabupaten dengan APBD yang cukup besar.
Begitulah kondisi pendidikan negeri kita saat ini. Generasi dituntut untuk cerdas, berdaya guna, kreatif dan inovatif agar bisa bersaing di era saat ini. Namun apalah daya, jauh panggang dari api. Di satu sisi pendidikan mahal, di sisi lain fasilitas tidak layak. Bagaimana generasi ini bisa memenuhi tuntutan itu?
https://narasipost.com/teenager/06/2024/ruangan-kelas-tak-layak-kok-bisa/
Perlu kita sadari bahwa ini semua terjadi karena sistem pendidikan saat ini mengadopsi sistem pendidikan kapitalisme. Sistem yang hanya mementingkan materi. Sebuah kewajaran jika SD N 002 tidak mendapatkan kelas yang layak selama 5 tahun, karena regulasi yang sulit. Pejabat yang tidak amanah mendominasi dalam sistem pendidikan ini.
Bayangkan, proposal sudah diajukan, lokasi sudah dicek namun anggaran untuk pembangunan belum diadakan. Bahkan mereka harus menunggu anggaran tahun depan. Sungguh celakalah kita semua membiarkan generasi penerus bangsa belajar di tempat seperti itu. Padahal, kita saat ini berada di negeri yang sangat kaya akan sumber daya alamnya.
Patutlah kita bercermin bagaimana sistem kepemimpinan dalam Islam. Pemimpin dan pejabat dalam Islam adalah sosok-sosok yang amanah. Hal ini karena mereka menyadari betul sabda Rasulullah saw., “Imam/khalifah itu raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang ia urus.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Mereka menyadari bahwa pendidikan yang baik adalah kunci kesuksesan peradaban. Sebagaimana besarnya perhatian Sultan Muhammad Al-Fatih pada Kekhilafahan Utsmani di bidang pendidikan. Dengan konsep pendidikan Islam sultan telah membangun sekolah dan akademi yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaannya. Di semua tempat mulai dari kota besar, kota kecil, sampai ke desa-desa terpencil. Dia juga mewakafkan sebagian hartanya dalam jumlah yang besar. Di samping itu, sultan juga membangun 8 sekolah baru dengan fasilitas yang luar biasa yaitu adanya asrama lengkap dengan tempat tidur dan ruang makan, ruang belajar yang besar untuk siswa tingkat akhir, perpustakaan yang bisa di akses kapan saja, bahkan sultan memberikan beasiswa tambahan bagi yang berprestasi.
Begitu luar biasalah Islam menjadikan pendidikan sebagai sesuatu yang sangat penting. Islam menjadikan para pemimpin dan pejabatnya amanah. Sehingga roda kehidupan berjalan dengan baik di bawah kepemimpinan sistem Islam. Wallahu'alam bishawab.[]
Beberapa tahun yang lalu saya pun pernah menjumpai sekolah yang bangunan masih sangat tidak layak. Dindingnya dari anyaman bambu, lantai masih tanah. Kalau hujan kebanjiran karena bocor. Sungguh ironi negeriku.
Semua lini kehidupan kacau krn kapitalisme..
Ruang belajar dibekas toilet? Astaghfirullah! Bukti abainya negara dalam mengurusi warga negaranya.
Islam menjamin kebutuhan belajar bagi seluruh warga negaranya secara gratis. Saatnya back to sistem Islam