”Maka kesejahteraan petani dalam sistem kapitalisme hanyalah angan-angan kosong. Bantuan yang diberikan pun hanya berupa bantuan ala kadarnya bukan untuk mencari solusi yang tepat untuk membebaskan para petani dari kesulitan-kesulitan tersebut.”
Oleh. Gina Ummu Azhari
(Kontributor NarasiPost.Com dan Anggota Komunitas Muslimah Rindu Surga)
NarasiPost.Com-Pemerintah Kabupaten Bandung meluncurkan program hibah untuk petani melalui kartu petani SIBEDAS pada tahun 2023 dengan dana sebesar Rp25 miliar untuk 50 orang petani atau Rp500 ribu per orang. Hal ini diharapkan dapat menarik kaum milenial agar mau memilih profesi sebagai petani. Selain itu, diharapkan pula dapat membantu para petani dan peternak untuk mengembangkan usahanya. Karena peningkatan produksi di bidang pertanian ini akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini diungkapkan oleh Bupati Bandung Dadang Supriatna di Soreang Kabupaten Bandung, Jawa Barat (Antaranews.com, 07 April 2033 )
Pemuda adalah penerus estafet pembangunan suatu negara. Dalam sistem kapitalisme, mayoritas pencari kerja lebih memilih untuk menjadi karyawan di bidang industri ataupun pertambangan dan sangat sedikit yang berminat untuk menjadi petani. Padahal, pertanian salah satu ujung tonggak ketahanan pangan. Kebutuhan pangan akan terus bertambah, namun jumlah petani dan lahan pertaniannya semakin sedikit.
Banyak program yang dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian maupun untuk menarik minat pemuda untuk terjun di bidang pertanian. Akan tetapi kondisi petani yang tidak terjamin penghasilannya membuat pemuda enggan untuk memilih profesi tersebut. Selain itu terdapat faktor lain seperti tidak adanya perkembangan karier, penuh risiko, tidak dihargai, dan tidak menjanjikan. (CNBC Indonesia, 01/12/2022)
Kebijakan pemerintah yang justru membuka keran impor pada produk pertanian membuat petani sulit untuk bersaing dalam menjual hasil pertaniannya, sehingga menurunkan penghasilannya. Dicabutnya subsidi pupuk berakibat pada tingginya harga produksi semakin menambah kesulitannya. Karena beban produksi yang tinggi, petani akhirnya terjebak berutang kepada tengkulak dan menjual lahan pertanian untuk melunasi utangnya. Ini menyebabkan berkurangnya lahan pertanian. Maka tidak cukup satu program untuk meningkatkan penghasilan para petani melainkan diperlukan kebijakan-kebijakan yang saling berkesinambungan.
Namun, sangat sulit untuk mewujudkan kesejahteraan petani dalam sistem sekuler kapitalisme. Karena asasnya yang berdasarkan pada keuntungan materi. Begitu pun dengan kebijakan pemerintahnya yang menguntungkan oligarki dibandingkan menguntungkan rakyat. Contohnya kebijakan impor untuk produk pertanian yang merugikan petani dan menguntungkan importir. Maka kesejahteraan petani dalam sistem kapitalisme hanyalah angan-angan kosong. Bantuan yang diberikan pun hanya berupa bantuan ala kadarnya bukan untuk mencari solusi yang tepat untuk membebaskan para petani dari kesulitan-kesulitan tersebut.
Berbeda dengan sistem Islam yang berdasarkan syariat mewajibkan seorang pemimpin untuk me- riayah atau mengurus urusan rakyatnya sebagaimana sabda Baginda Rasulullah saw. yang berbunyi: “Imam (khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR Al-Bukhari).
Maka kebijakan yang dihasilkan akan mengutamakan kepentingan umat. Demikian pula dalam bidang pertanian, Islam memberikan perhatian dan dorongan yang sangat besar pada umat agar menggeluti bidang ini, di antaranya tampak pada hadis berikut:
”…Tidaklah seorang muslim menanam sebatang pohon (berkebun) atau sebutir biji (bertani), lalu hasilnya dimakan burung, manusia atau binatang, melainkan baginya ada pahala sedekah.” (HR. Bukhari, Muslim, At-Tirmizi, dan Ahmad)
Selain peran agama, negara pun ikut andil besar dalam pada menjalankan politik ekonomi Islam untuk menyejahterakan umat dengan berkontribusi besar dalam mengoptimalkan sektor pertanian. Negara akan memberikan modal kepada para petani agar mampu mengelola lahannya; mengupayakan harga pupuk yang murah agar terjangkau oleh petani; mendorong penelitian untuk meningkatkan produktivitas pertanian; mengutamakan produksi dalam negeri dan tidak bergantung pada impor; serta merealisasikan program intensifikasi, ekstensifikasi, dan teknologi pertanian. Hal ini akan mampu terwujud dengan sistem perekonomian Islam yang mewajibkan SDA untuk dikelola oleh negara agar mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Jika kehidupan petani terjamin, akan mendorong pemuda untuk bekerja menjadi petani dan meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
Demikianlah sempurnanya sistem Islam, akan melahirkan pemimpin yang amanah. Dia akan bersungguh-sungguh dalam jabatannya untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Maka upaya untuk menerapkan sistem Islam secara kaffah harus dilakukan demi tercapainya kesejahteraan dan keridaan Sang Pemilik alam semesta.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]
Padahal petani adalah profesi yang sangat mulia sekali, karena saya anak dari keluarga petani teramat sangat bersyukur karena dari petani lah kita hidup dari kehidupan. Itulah pentingnya sistem Islam yang mengatur pemimpin hingga tercipta nya keadilan sesama rakyat sejahtera.