Marriagephobia dalam Fenomena Spirit Doll

"Marriagephobia tentu menjadi hal yang amat berlawanan dengan syariat Islam. Justru, Islam merupakan agama yang mendorong adanya pernikahan. Karena dengan pernikahan inilah, manusia yang memiliki naluri untuk mengasihi orang lain, baik pasangan ataupun keturunan, akan dapat tersalurkan dengan tepat dan benar."

Oleh. Rochma Ummu Arifah

NarasiPost.Com-Fenomena spirit doll yang baru-baru ini muncul, menimbulkan keheranan bagi masyarakat kita. Karena memang hal ini jauh sekali dari realitas kehidupan masyarakat dalam negeri yang masih menjunjung nilai dan norma kehidupan serta mengedepankan akal sehat dan hidup normal.

Spirit Doll

Spirit doll atau boneka arwah menjadi populer ketika seorang publik figur memperkenalkan dua “bayi” bonekanya. Dia memperlakukan kedua boneka itu layaknya bayi hidup yang menjadi anaknya.

Sontak hal ini pun menjadi perbincangan di masyarakat. Sebagian ikut-ikutan tren ini. Mengakui adanya pengaruh positif akan keberadaan bayi boneka ini. Menambah semangat hidup serta menjadi perantara untuk meluapkan rasa kasih sayang kepada anak-anak bagi siapa saja yang masih belum berpasangan dan menikah.

Namun, sebagian masyarakat menganggap bahwa hal ini tak sesuai dengan norma dan nilai masyarakat. Masih banyak anak-anak yang membutuhkan untuk dijaga, dirawat dan diasuh. Atau spirit doll ini terindikasi mampu menggerus akidah umat karena dilekatkan pada embel-embel keberuntungan ataupun ketenangan yang didapat pemiliknya.

Sebenarnya, kepemilikan boneka itu sendiri menjadi hal yang boleh. Sebagaimana hadis yang menunjukkan bahwa Rasulullah saw. pernah membuatkan Aisyah mainan berbentuk boneka. Sehingga, diambil hukum bahwa bentuk boneka ataupun mainan berbentuk makhluk hidup diperbolehkan hanya saat digunakan oleh anak-anak saja. Namun, jika dipergunakan selayaknya fenomena yang ada saat ini tentu akan lain hukumnya. Bahkan, akan mengarah pada hal yang dilarang oleh syariat.

Marriagephobia

Kemunculan fenomena boneka bayi ini juga menimbulkan pertanyaan, mengapa si artis tidak menikah saja dan kemudian mendapatkan anak. Sebenarnya ini adalah sebuah pertanyaan yang sangat wajar dilontarkan karena dengan pernikahanlah, seseorang akan memiliki peluang terbesar untuk memperoleh keturunan.

Hanya saja, ternyata konsep alamiah ini tak mudah dilakukan oleh setiap orang. Bahkan, sebagian orang malah memilih jalan yang keliru. Di Barat sudah lama muncul fenomena menikah dengan boneka. Nah, baru saja muncul di hadapan kita, mempunyai anak berupa boneka.

Bisa jadi hal ini jika dilihat sekilas merupakan hal yang biasa saja. Namun, sebenarnya, jika dilihat lebih jauh akan ditemukan hal mendasar yang menjadi penyebabnya yaitu adanya sindrom ketakutan akan sebuah hubungan pernikahan. Sehingga pelakunya merasa lebih aman tanpa ada ikatan pernikahan.

Pernikahan, Syariat yang Mulia

Marriagephobia tentu menjadi hal yang amat berlawanan dengan syariat Islam. Justru, Islam merupakan satu agama yang mendorong adanya pernikahan. Karena dengan pernikahan inilah, manusia yang memiliki naluri untuk mengasihi orang lain, baik pasangan ataupun keturunan, akan dapat tersalurkan dengan tepat dan benar.

Islam menggariskan pernikahan sebagai sebuah syariat yang saat dijalankan akan terbuka lebar peluang bagi pelakunya untuk mendapatkan rida dari Ilahi Rabbi. Kita tentu menemukan kemuliaan yang diberikan Allah Swt. Kepada istri atau suami karena khidmat mereka dalam pernikahan yang dibangun. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pernikahan adalah sebuah ibadah terlama yang sangat berpeluang untuk memudahkan pelakunya mendapatkan surga-Nya.

Selayaknya bagi seorang muslim untuk mengadopsi ataupun mengikuti aturan Islam yang diciptakan oleh Sang Khalik ini. Tak larut dalam budaya yang merusak serta terlena pada hiburan semu nan melenakan. Kembali pada syariat serta tunduk patuh pada aturan yang seharusnya dijalankan tentu akan membawa kepada ketenangan jiwa. Itulah Islam dengan segala aturan kehidupannya yang mampu menjaga jiwa dan diri manusia serta masyarakat secara luas.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummu Arifah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kapurung, Kuliner Primadona Masyarakat Luwu
Next
Cerita Sebuah Negeri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram