"Patut diwaspadai bahwa vaksin Covid-19 ini akan dijadikan ajang berebut keuntungan oleh para kapitalis. Sungguh miris, tetap berburu fulus di tengah pandemi dan sakitnya dunia."
Oleh. Nurjamilah, S.Pd.I
NarasiPost.Com-Pandemi belum jua berakhir. Bahkan angka positif Covid-19 telah mencapai lebih dari 1 juta orang. Kasusnya meningkat secara eksponensial. Sangat mengkhawatirkan. Oleh karena itu, vaksin dianggap sebagai salah satu jalan terakhir untuk mengatasi pandemi. Tiap negara berlomba-lomba untuk menemukan vaksin, paling tidak mengimpornya.
Adapun pemerintah Indonesia berkomitmen untuk memberikan vaksin secara gratis kepada masyarakat. Namun, mengingat pemberian vaksin gratis itu bertahap dan membutuhkan waktu lama dalam penyebarluasannya, pihak swasta termasuk pengusaha pun meminta pemerintah untuk memberikan izin akses vaksin mandiri Covid-19
Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat realisasi program vaksinasi demi tercapainya target kekebalan masyarakat (herd immunity) di tengah pandemi Covid-19. Sehingga bisa mendorong pemulihan ekonomi.
Ketika vaksin mandiri direstui pemerintah, maka otomatis pengelolaannya diserahkan kepada swasta. Namun hal ini berisiko mengganggu program vaksinasi gratis dari pemerintah serta menodai kepercayaan publik, karena vaksin dijadikan komoditas bisnis. Pelayanan dan kualitas berbeda pun pasti akan tampak mencolok antara vaksin mandiri dengan vaksin gratis.
Maka, kasus sebagaimana halnya yang terjadi pada rapid test dan swab akan terulang kembali. Awalnya akan ditanggung pemerintah, tapi karena butuh waktu lama untuk mendapatkan giliran pelayanan test gratis dari pemerintah, akhirnya pengelolaannya dilempar ke swasta. Ujung-ujungnya mahal! Akhirnya masyarakat enggan memilih keduanya.
Harusnya pemerintah fokus pada upaya untuk menyelamatkan nyawa masyarakat. Jangan berhitung untung rugi. Apalagi tergoda pada bisikan para pengusaha kapitalis. Jika tidak, vaksin akan menjadi tragedi moral negara. Siapa kaya dia yang dapat, yang miskin dibiarkan sekarat. Harapan untuk bisa mengakhiri pandemi pun perlahan sirna.
Patut diwaspadai bahwa vaksin Covid-19 ini akan dijadikan ajang berebut keuntungan oleh para kapitalis. Sungguh miris, tetap berburu fulus di tengah pandemi dan sakitnya dunia.
Harusnya pemerintah mencontoh apa yang telah dilakukan Khilafah dahulu dalam menemukan vaksin. Bukan sibuk mengimpor vaksin sehingga mudah dimonopoli negara lain dan menimbulkan ketergantungan.
Khilafah mengerahkan dana yang fantastis untuk memfasilitasi para ilmuwan melakukan penelitian dalam menemukan obat Covid-19 beserta vaksinnya. Setelah ditemukan maka akan diproduksi sesuai kebutuhan masyarakat. Dipastikan gratis diberikan kepada masyarakat. Swasta tidak akan dilibatkan dalam hal ini, karena ranah kesehatan mutlak tanggungjawab pemerintah.
Maka inilah saatnya menghentikan kapitalisme sebagai dalang kapitalisasi vaksin. Tidak cukup dengan kesabaran, kepatuhan pada protokol kesehatan dan program vaksinasi saja. Beralihlah pada Islam dengan Khilafahnya, yang telah terbukti mampu menjamin kesehatan masyarakatnya selama 13 abad, anti krisis dan sanggup keluar dari pandemi.[]