Dahsyatnya Doa di Baitullah

"Kesempatan berada di Baitullah tak kulewatkan untuk mengencangkan doa-doa, melangitkan asa kepada Sang Mahakasih. Di antara doa yang kulantunkan adalah soal jodoh."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S

NarasiPost.Com-Setiap muslim pasti mendambakan pergi ke tanah suci, Mekkah dan Madinah untuk melaksanakan ibadah haji maupun umroh. Tak hanya itu, berziarah ke makan Rasulullah saw juga merupakan hal yang diimpikan. Itulah yang menjadi harapanku sejak remaja. Dadaku penuh kobar kerinduan bersimpuh di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Maka, betapa bahagianya aku tatkala ibuku meneleponku selepas isya waktu itu.

Ternyata ibu memintaku menemani nenekku yang hendak menjalankan ibadah umroh ke tanah Suci. Aku berteriak saking girangnya bahkan sebelum ibu menutup teleponnya. Akhirnya teman-teman satu kostanku ikutan heboh. Mereka keluar dari kamar masing-masing dan menghampiriku dengan wajah-wajah penasaran.

"Nisa kenapa sih?" kata Resi salah seorang sahabatku, kami tinggal satu kostan kala itu.

"Aku mau umroh, Res!" Jawabku dengan berbinar-binar. Resi langsung memelukku. Dia ikut gembira. Sahabat-sabahatku yang lain ikutan bersorak kegirangan sambil berkali-kali mengatakan, "Alhamdulillah…!"

Ya, akhirnya aku benar-benar berangkat umroh sekitar dua bulan setelah ibu meneleponku. Saat itu, aku yang masih kuliah semester 5, izin tidak masuk kuliah sekitar dua minggu.

Maret 2019 menjadi waktu bersejarah dalam hidupku. Karena pertama kalinya aku menginjakkan kaki di tanah haram, tanah yang Allah berkahi. Saat memasuki gerbang Madinah, air mataku tak berhenti mengalir. Teringat perjuangan Rasulullah saw dalam menegakkan daulah Islam di sana. Teringat betapa bercahayanya Madinah dengan penerapan sistem Islam yang sempurna.

Alhamdulillah… Allah berikan aku kesempatan untuk menginjakkan kaki di tanah suci sebagaimana yang kuimpikan sejak lama. Allah juga mudahkan proses ibadahku selama di sana. Salah satunya, ketika hendak memasuki Raudhoh, seorang wanita tinggi besar berpakaian serba hitam dengan wajah tertutup niqob menggapai tanganku lalu menariknya sambil berbicara dengan menggunakan bahasa Arab. Ternyata beliau mengajakku ke dalam Raudhoh, beliau memberiku tempat tepat di depan mimbar Rasulullah saw. Masya Allah.. Langsung saja aku melaksanakan salat sunnah di sana, termasuk memanjatkan doa-doa. Seolah ada embun yang menetes di jiwaku. Tentram. Kulantunkan shalawat kepada Rasulullah saw yang makamnya hanya berjarak beberapa meter di samping kiriku. Terasa beliau hadir di sisiku. Ah.. Sungguh tak mampu kuungkapkan dengan kata-kata betapa rasa haru dan bahagia menyergapku waktu itu.

Kemudian aku ingat, seorang Ustazah pernah menyampaikan soal tempat-tempat yang mustajab ketika berdoa di tanah suci, di antaranya Multazam, sekitar Ka'bah, Raudhoh, Hajar Aswad, Hijir Ismail, Shafa dan Marwa.

Salah satu hadis terkait tempat yang mustajab adalah hadis yang diriwayatkan dari Abdullah Bin Abbas, bahwasanya Rasulullah saw bersabda: “Multazam adalah tempat dikabulkan doa. Tak ada satu pun doa seorang hamba di Multazam kecuali akan dikabulkan." (HR. Ahmad dalam Musnad Imam Ahmad Jilid V, hal. 347)

Oleh karena itu, kesempatan berada di Baitullah tak kulewatkan untuk mengencangkan doa-doa, melangitkan asa kepada Sang Mahakasih. Di antara doa yang kulantunkan adalah soal jodoh.

Ya, salah satu impianku adalah ingin menikah muda dalam rangka menggenapkan separuh agama dan melejitkan dakwah. Maka, kuminta pada Sang Penggenggam Cinta agar mempertemukanku dengan seorang lelaki salih, pekerja keras, penyayang, dan militan dalam dakwah untuk menjadi imamku.

Masyallah…. Sungguh Allah menunjukkan kuasanya. Tak butuh waktu lama, Allah ijabah doaku. Hanya berselang lima bulan sejak doaku terpanjatkan di Baitullah, Allah jadikanku istri dari seorang lelaki salih yang tak pernah kukenal sebelumnya. Ya, hanya sebulan kami berta'aruf dengan cara saling bertukar CV, setelah itu langsung khitbah dan menikah. Dan amazingnya, aku bertemu dengannya di media sosial dan karakternya persis seperti apa yang kuminta kepada Allah. Masya Allah!

Tak sampai di situ, kisah dahsyatnya doa di Baitullah. Akhir 2019 Allah berikan lagi kesempatan kedua kepadaku ke tanah Suci. Kali ini bersama suamiku. Dadaku kembali bergetar menatap Ka'bah dan air mata menetes tak terbendung. Ribuan syukur kupanjatkan, atas kesempatan usia dan kelapangan rezeki sehingga aku bisa menapaki tempat suci-Nya bersama kekasih dunia akhiratku.

Lagi-lagi kesempatan itu tak aku lewatkan untuk mengemis serangkaian pinta kepada Allah Sang Pemilik Semesta. Kali ini kumohon diberikan keturunan seorang anak laki-laki, sebab tiga anakku perempuan semua. Suamiku pun meminta yang sama. Tak hentinya kami panjatkan doa itu di samping doa-doa baik lainnya bagi keluargaku dan juga kaum muslimin, di setiap jengkal langkahku di tanah suci.

Masya Allah… Lagi-lagi Allah tunjukkan kebesarannya. Enam bulan sejak pulang umroh, aku positif hamil dan bayi yang kukandung berjenis kelamin laki-laki. Alhamdulillah…. Betapa bahagia aku kala itu, sampai tak sanggup membendung haru. Sungguh aku semakin yakin pada kebesaran-Nya dan aku semakin tersadar bahwa manusia hanyalah sebutir debu yang sangat bergantung kepada-Nya. Tak hanya itu, Maha Benar Allah yang telah menetapkan kesucian sebuah negeri, bahwa doa-doa akan terkabul di sana.

Betapa tidak, Mekkah dan Madinah merupakan dua kita suci, saksi perjuangan Baginda Nabi. Mekkah menjadi saksi betapa militansi dakwah Rasulullah dan para Sahabat dalam mensyiarkan Islam tak boleh diragukan lagi. Tak hanya itu, Mekkah juga menjadi saksi betapa pengorbanan di jalan dakwah dan keistikamahan menggenggam ketakwaan sungguh benar adanya. Lantas, semestinya kita sebagai umat Muhammad malu jika tak mengikuti jejak perjuangannya.

Adapun Madinah menjadi saksi betapa Islam mampu menyatukan keberagaman, menciptakan kesejahteraan, mewujudkan kemuliaan, dan mencabut akar-akar jahiliah masa itu. Madinah menjadi titik awal tegaknya institusi Islam yang menerapkan syariat Islam secara kaffah.

Jadi, jika Allah beri kita kesempatan ke tanah suci, manfaatkanlah untuk sebaik-baiknya beribadah dan memanjatkan doa-doa. Sejatinya Allah Maha Mengabulkan doa, di mana pun kita berada. Maka, mintalah kepada Allah dengan ketundukan. Mengemislah cinta-Nya. Teruslah berdoa di sisi ikhtiar dan tawakal, di mana pun kita berada.
Wallahu'alam bisshawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Berat Hati Batalkan UU Cipta Kerja, Keadilan dalam Demokrasi Hanya Ilusi
Next
Omicron Siap Menghantam Dunia, Akankah Menjadi Evolusi Terakhir?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram