Jepang adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri cukup tinggi. Tekanan pekerjaan, gaya hidup hedonis dan perkara lain meniscayakan hal tersebut terjadi. Wajarlah, sebab secara sunnatullah, tanpa diatur dengan aturan Ilahi, akan ada ruang kosong dalam diri manusia. Aspek spiritual yang tidak sesuai dengan fitrah manusia, akan membawa kepada kehampaan dan kerusakan.
Oleh : Suryani Izzabitah
NarasiPost.Com-Aku mengayuh sepeda melewati jalan-jalan kecil di sepanjang kanal samping kampus Ehime University. Di sisi kiri jalan, berjejer rumah warga Jepang yang sangat asri dan apato (apartemen) yang bersebelahan dengan hamparan petak sawah. Nafasku agak memburu karena kelelahan. Pun, karena aktivitas ini sudah sangat lama tak kujalani.
Seingatku, terakhir kali bersepeda di usia SD. Kini, di usia 40-an baru memulai lagi dengan medan sedikit mendaki. Alhamdulillah, di Negeri Sakura ini, kedisplinan berlalu-lintas patut diacungi jempol. Hal inilah yang membuat aku bisa enjoy mengayuh sepeda sambil membonceng si kecil Tsabitah, tanpa takut terjadi insiden jatuh atau menabrak kendaraan lain.
“Assalamu’alaikum.” Aku menyapa teman-teman yang sudah tiba lebih dulu di Koen (taman bermain).
“Wa’alaikumussalam,” jawab mereka hampir berbarengan.
“Sumimasen, Tsabitah telat bangun.”
“Daijoubu, ini juga kami baru sampai, Bu," jawab ibu-ibu sesama warga Indonesia.
Selanjutnya, aku memperbaiki posisi sepeda dan melepaskan tali pengaman Tsabitah, agar bisa kuturunkan dari tempat duduknya.
Berjabat tangan sambil melempar senyum dan tak lupa menanyakan kabar adalah rutinitas ketika bertemu teman-teman peserta usroh. Kami biasa bertemu tiap hari Sabtu ba’da Ashar. Ini adalah agenda pekanan yang rutin kami lakukan sebagai warga pendatang. Umumnya, mereka ibu-ibu dari Indonesia, walau ada juga beberapa dari Negeri Jiran, Malaysia.
Kutaruh cemilan yang tersimpan di keranjang depan sepeda dan mengaturnya di karpet plastik yang sudah terbentang di bawah pohon sakura. Kubiarkan Tsabitah bersama anak-anak lain, bermain sepuasnya di Koen yang sangat recommended untuk anak seusia dia.
Kami pun memulai usroh dengan tadarus secara bergantian. Kali ini, saya bertugas sebagai pemateri. Uqdatul kubro adalah materi yang ingin saya sampaikan. Walau sedang berada di negeri minoritas muslim, namun, tetap update berita-berita di Indonesia.
Karut marutnya kehidupan di negeri mayoritas muslim tersebut, membuat miris. Tentu hal ini semakin membuat tanya dalam benak. Pasalnya, di Negeri Sakura ini, secara kasat mata rakyat hidup aman dan sejahtera.
Namun, seperti yang jamak diketahui bahwa Jepang adalah salah satu negara dengan angka bunuh diri cukup tinggi. Tekanan pekerjaan, gaya hidup hedonis dan perkara lain meniscayakan hal tersebut terjadi. Wajarlah, sebab secara sunnatullah, tanpa diatur dengan aturan Ilahi, akan ada ruang kosong dalam diri manusia. Aspek spiritual yang tidak sesuai dengan fitrah manusia, akan membawa kepada kehampaan dan kerusakan.
Apa pun masalah yang ada di dunia ini, kita harus cerdas menilai bahwa akar masalahnya adalah tidak diterapkan aturan Islam secara paripurna. Allah SWT. menciptakan manusia dan seluruh isi semesta, tentu punya tujuan dan Allah paling tahu apa yang terbaik buat hamba-Nya.
Sistem hidup yang diadopsi hampir semua negara saat ini, bertentangan dengan tujuan penciptaan kita sebagai manusia. Memisahkan agama dari kehidupan (sekuler) sudah terbukti membawa petaka. Sebagaimana dalam QS. Adz Dzariyat: 56, yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”
Wallahua’lam bis Showab.[]