Harga Sebuah Istiqomah

Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak teguh di atas ketaatan, meski yang harus kita lewati adalah onak dan duri. Karena pasti Allah akan memberikan pertolongan-Nya

Oleh.Hana Annisa Afriliani,S.S

NarasiPost.Com-Begitu banyak kisah-kisah mengharukan yang datang kepadaku tentang hijrah pada jalan ketaatan. Ada haru, kagum, sekaligus bahagia mendengar kisah-kisah mereka. Dan diantara banyak kisah, ada satu kisah yang senantiasa melekat dalam ingatan. Sebab begitu membekas rasanya.

Seorang Muslimah belasan tahun harus rela menahan perihnya kelaparan saat dirinya diboikot oleh kedua orang tuanya akibat teguh pada pendiriannya. Sebetulnya apa yang dilakukannya bukanlah sesuatu yang buruk. Dia hanya ingin mengubah penampilannya dengan pakaian syari yang diperintahkan Allah, yakni jilbab dan kerudung. Sebelumnya, meski sudah berkerudung, ia terbiasa memakai kaos dan celana panjang saja ketika keluar rumah. Ternyata, setelah ikut kajian Islam, dipahami bahwa hal itu tak sesuai dengan ketentuan syariah. Allah memerintahkan setiap Muslimah yang sudah baligh untuk memakai jilbab. Dalam kamus Bahasa Arab Al-Muhith disebutkan makna jilbab yakni pakaian yang lurus dan tidak berpotongan, menyerupai sirdab (terowongan), atau di Indonesia biasa disebut gamis atau jubah.

Tentu saja keimanan yang kuat mendorong kaum Muslimah untuk menjalankan perintah Allah tersebut, termasuk seorang Muslimah kenalan saya tersebut. Dengan penuh keyakinan ia bertekad hijrah mengubah penampilannya. Tapi ternyata orangtuanya tidak mendukung keputusannya, baginya hal tersebut sebuah keputusan yang aneh dan berlebihan.

"Gak perlu pakai gamis, yang penting kan menutup aurat. Lagian kamu masih muda, masa berpakaian seperti emak-emak!" begitu yang disampaikan ibunya.

" Iya, pakai-pakaian seperti itu mirip teroris. Ekstrimis." tambah ayahnya.

Rupanya propaganda yang diciptakan penguasa tentang profil seorang teroris berhasil memengaruhi masyarakat. Banyak yang akhirnya takut pada ajaran Islam meski ia seorang Muslim. Islamophobia.

Muslimah kenalan saya itu tetap teguh pada pendiriannya, ia tetap mengubah penampilannya. Jauh lebih syari. Ia pakai jilbab dan kerudung yang diberikan oleh teman saya sebagai mentornya dalam kajian Islam. Dua pasang jilbab dan kerudung ia pakai bergantian, cuci kering pakai. Sebab ia memang belum mampu membeli jilbab dan kerudung syari, yakni yang mampu menutupi dadanya.

Tentu saja keteguhannya membuat kedua orangtuanya marah besar. Mereka merasa ditentang, tak didengar. Akhirnya mereka memboikot sang putri. Mengusirnya dari rumah dan tidak memberinya uang sepeserpun.

Tak diduga ia menerima keputusan kedua orangtuanya itu dengan ikhlas. Ia semakin rajin ikut kajian Islam bahkan banyak terlibat dalam kepanitiaan agenda-agenda dakwah. Keistiqomahannya membuatku dan teman-teman merasa terharu. Akhirnya kami bekerja sama menanggung hidupnya. Membelikan makanan untuknya sehari-hari. Dan menampungnya di rumah salah seorang dari kami.

Dan yang paling membuatku bangga adalah ia tetap menghormati kedua orangtuanya. Tidak sama sekali ia memperlihatkan permusuhan, sebaliknya ia selalu berkirim kabar kepada kedua orangtuanya via telepon atau sms. Meski seringnya tidak direspon.

Ternyata, tidak butuh waktu lama untuk Allah membolak-balikkan hati kedua orangtuanya. Tanpa diduga, kedua orangtuanya meneleponya dan menyuruhnya pulang. Mereka menyadari akan kesalahannya. Dan yang lebih membahagiakan, kedua orangtuanya mendukungnya berpakaian syari, mengkaji Islam, dan menjadi aktivis dakwah. Orangtuanya terpukau dengan keistiqomahan sang putri. Tak surut meski digoda ujian. Kemudian, tak lama setelah itu, sang ibu pun memutuskan untuk mengikuti jejaknya berhijab sempurna. Masyallah. Allahu Akbar! Inilah harga sebuah istiqomah.

Maka tidak ada alasan bagi kita untuk tidak teguh di atas ketaatan, meski yang harus kita lewati adalah onak dan duri. Karena pasti Allah akan memberikan pertolongan-Nya. Lihatlah, bagaimana Rasulullah Saw dan para sahabat begitu istiqomah di jalan dakwah meski diuji dengan hinaan, cacian, pemboikotan, fitnah, bahkan ancaman pembunuhan. Bagi mereka kecintaan kepada Allah Swt mampu menjadi amunisi untuk melewati segala ujian tersebut. Kerinduan kepada surga yang telah Allah janjikan pun menjadi energi yang menguatkan mereka. Ya, sungguh harga sebuah istiqomah adalah surga.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menanti Ajal Demokrasi
Next
Memaknai Tahun Baru
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram