Kisah Penjual Rebung Mengubah Hidupku

"Sudah satu minggu di rumah, belum ada perubahan pada kesehatan ayah. Keluarga berkumpul menjenguk. Aku disarankan agar berhenti kuliah, khawatir tidak ada biaya, karena ayah sakit."

Oleh. Alvi Rusyda

NarasiPost.Com-Perkuliahan semester 3 baru berjalan 1 minggu, dosen baru memperkenalkan deskripsi mata kuliah, teknis perkuliahan, dan kontrak kuliah. Aku begitu semangat dan bertekad sungguh-sungguh dalam belajar, demi mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi. Aku membuat target dan planning yang harus dikerjakan selama satu semester, salah satunya tidak menunda mengerjakan tugas kuliah.

Ketika sedang mengerjakan tugas di rental komputer, HPku berbunyi ada panggilan dari ibu. Aku segera mengangkat telepon, tanpa merasa khawatir.

"Assalamualaikum Vi, lagi di mana sekarang?" Terdengar ramai di rumah.

"Waalaikumussalam, lagi di rental mengerjakan tugas, Bu." Aku mulai panik, namun berusaha tenang.

" Ayah sakit, tensi darahnya tinggi, besok pagi harus pulang ya.."

" Iya Bu, nanti Alvi telpon travel dan minta izin dulu kepada dosen. "

"Oh iya, hati-hati di jalan besok ya, mohon doa supaya cepat sembuh. Assalamualaikum…" ibu mengakhiri telepon.

"Iya Bu, Waalaikumusssalam, " tanpa terasa air mata menetes di pipi, membayangkan keadaan ayah.

Setelah mengerjakan tugas, aku membuat surat izin untuk diberikan kepada dosen, aku titipkan kepada teman sekelas. Sampai di kosan, aku menangis sejadi-jadinya, nafsu makan hilang, padahal kiriman baru sampai dari kampung. Aku salat Isya lalu menelepon travel dan tidur supaya pikiran tenang.

Sampai di rumah, aku langsung memeluk ayah dan mendoakan beliau. Kuraba badannya panas dan badannya lemah. Aku berusaha tegar, tidak menangis dan menyemangati ayah agar cepat sembuh. Sudah satu minggu di rumah, belum ada perubahan pada kesehatan ayah. Keluarga berkumpul menjenguk. Aku disarankan agar berhenti kuliah, khawatir tidak ada biaya, karena ayah sakit.

"Berhenti sajalah kuliah dulu, atau ambil cuti satu semester ini, " kata nenek.

"Iya betul Vi, kasian sama ayah." sambung paman.

Aku dan ibu hanya bisa diam, karena uang kuliah sudah dibayar, dan kuliah baru berjalan satu minggu. Aku masih galau belum bisa menjawab, namun tetap optimis, dan berharap keajaiban dari Allah, cepat atau lambat aku pasti kembali ke kota Padang tempatku kuliah.

Petunjuk Itu Datang

Suatu malam, aku menemani ibu menjemput obat ayah ke rumah saudara, namanya pak Pilu. Kami jalan kaki berdua dengan memakai senter untuk menerangi. Kami belum punya motor, namun tetap bisa bersyukur, aku bisa kuliah. Supaya perjalanan tidak terasa jauh, aku ajak ibu ngobrol dan saling menguatkan selama Allah beri ujian ayah sakit.
Setelah sampai di rumah Pak Pilu, ibu menyampaikan maksud kedatangannya. Setelah resep obatnya dapat, kita ngobrol santai, dan menyampaikan aku akan berhenti kuliah. Masya Allah, Pak Pilu dan istrinya memberikan motivasi untuk tetap melanjutkan kuliah, meski penuh tantangan, karena keduanya sudah merasakan perjuangan membiayai kuliah anaknya.

Ia menceritakan kisah penjual rebung yang anaknya menjadi dokter.

"Seorang mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Andalas (UNAND). Ia berasal dari keluarga sederhana. Ayah dan ibunya penjual rebung. Setiap hari mencari rebung di rumpun bambu, lalu dijual ke pasar. Penghasilannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Dan untuk biaya kuliah anaknya ditabungkan sedikit-sedikit. Untuk membantu biaya kuliah, anaknya jualan gorengan di kampus tanpa malu. Karena anaknya pintar, dan yakin kepada Allah, Alhamdulillah mendapatkan beasiswa sampai tamat."cerita Pak Pilu.

Alhamdulillah. Mendengar kisah penjual rebung itu membuat semangat untuk kuliah membara. Saat itu juga aku bertekad dan yakin kepada Allah Yang Mahakaya. Bagaimanapun keadaannya aku harus tamat kuliah S1. Ibu juga menyetujui keinginanku. Tentu harapan terbesarku adalah ayahku harus sembuh dulu, tiap hari aku merawat, berdoa dan bertawakal kepada Allah. Aku yakin skenario Allah pasti indah untuk hamba-Nya. Alhamdulillah, satu bulan aku libur kuliah, ayah sembuh dan aku diizinkan kembali kuliah.

Terima kasih kisah penjual rebung dan motivasi dari keluarga dekat dan keluarga jauh. Meski kadang ada yang menyakitkan bagiku. Namun aku selalu semangat dan yakin Allah selalu membantuku. Alhamdulillah, lika-liku dunia kampus aku jalani, aktivitas dakwah tetap aku prioritaskan, berkah support dari orang tersayang dan sahabat taat, aku bisa menyelesaikan amanah orang tua di kampus ini. Alhamdulillah., Wallahu'alam[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Alvi Rusyda Kontributor NarasiPost.Com
Previous
KANGEN
Next
Hukuman Mati bagi Koruptor, Jargon Jantan Retorika Tanpa Bukti
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram