Gagal setelah berikhtiar dengan optimal itu menurutku lebih baik, daripada merasa tidak pantas dan layak sehingga tidak mau mencoba sama sekali.
Oleh. Dyah Pitaloka
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-"Gagal maning, gagal maning!"
Mungkin celotehan di atas, tidaklah asing di telinga kaum milenial. Pasalnya, kata-kata tersebut adalah tagline dari dua tuyul antagonis yang ingin menangkap tuyul "baik" di sinetron Tuyul dan Mbak Yul yang tayang di tahun 90-an. Saat gagal menangkap Ucil di tiap akhir episode, Sontol dan Bongol akan menepuk dahi mereka sambil mengatakan, "Gagal maning, gagal maning!"
Lalu, pernahkah kamu gagal? Orang bijak mengatakan bahwa kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda. Namun, mengutip perkataan dari Prof. Dahlan Iskan, seorang mantan menteri di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, "Setiap orang punya jatah gagal. Habiskan jatah gagalmu ketika kamu masih muda."
Beberapa Kali Gagal
Sepertinya kata-kata bijak di atas yang pernah kubaca beberapa tahun cukup besar memengaruhi hidupku. Dalam beberapa fase kehidupan aku pernah beberapa kali gagal. Sebut saja, saat melamar menjadi pegawai negeri, sebuah tes yang seolah menjadi prestise dan prestasi tersendiri bagi para milenial.
Bagaimana tidak, tes ini seolah menjadi oase di tengah tingginya angka pengangguran dan PHK di negeri ini. Selain itu, pekerjaan menjadi seorang abdi negara dinilai cukup aman. Ya, pensiun menjadi jaminan yang pasti akan didapat oleh para aparatur sipil negara.
Jika ditanya, apakah aku memang sangat berniat menjadi seorang abdi negara? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Aku merasa saat bekerja, lebih baik menjadi diri sendiri dan mencari pekerjaan yang sesuai passion-ku. Oleh sebab itu, aku memilih posisi di mana aku bisa mengamalkan ilmuku saat kuliah dulu. Maka, aku sangat antusias sekali ketika mendaftar menjadi ASN di bidang bahasa, linguistik, penerjemahan, dan bidang yang memang berkaitan dengan ilmu yang aku tempa semasa berkuliah.
Nah, untuk tes CPNS, jujur, aku belum pernah berhasil. Beberapa kali posisiku tembus sampai dua besar, tetapi jabatan abdi negara itu mungkin belum tertulis untukku. Termasuk kali ini, aku malah langsung gagal di tes pertama. Setelah aku menjalani tes kemampuan dasar, nilai dari hasil pengerjaan soal langsung keluar. Boom... Aku hanya tersenyum melihat hasil tes intelegensi yang tidak sampai ke ambang batas.
Kurang Persiapan
Kalau boleh jujur, dalam tes kali ini aku kurang persiapan. Tiga minggu sebelumnya, aku harus menjalani pelatihan dan tes kerja dari perusahaan asing di tengah kesibukan kerjaku. Aku belajar dan mencoba try out beberapa kali dan memang belum bisa berlomba dengan waktu untuk menyelesaikan tes secara cepat. Karena aku belum berhasil menyelesaikan materi kebangsaan dan kepribadian saat berlatih, aku boost energiku di kedua materi itu saat real test.
Ternyata, aku malah keteteran dan asal menjawab di bagian intelegensi yang biasanya bernilai besar bagiku di tes-tes sebelumnya. Sambil menatap ke bawah lantai saat selesai tes dan berbaris untuk mengambil barang dari tempat penitipan, aku berpikir, "Oke, salahku sendiri karena kurang memaksimalkan ikhtiarku."
Sambil tersenyum, aku berkata dalam hati, "Gagal maning, gagal maning!"
Terdengar miris karena kegagalanku kali ini adalah ulahku sendiri. Melihat wajah-wajah yang turut berjuang dalam tes ini, kupikir, "Mungkin bukan hanya aku yang memiliki nilai di bawah ambang batas hari ini." Sebuah perkataan sombong yang kuucapkan untuk menghibur diriku sendiri. Akan tetapi, kupikir kesempatan ini memang untuk mereka. Bagaimanapun, aku sudah melewati jalan ini berulang kali, meski tidak berujung garis finis.
Baca juga: Man Jadda Wa Jadda
Beriman kepada Takdir
Tak jarang, aku merasa sedih dan tak layak saat aku gagal. Merasa kegagalanku adalah bukti bahwa aku kalah dari orang lain. Sampai akhirnya aku membaca kata-kata bijak di atas.
Jujur saja, aku menjadi tidak takut gagal. Bukan aku tinggi hati, tetapi untuk apa merasa takut pada hal yang harus diperjuangkan? Apalagi, setelah mengkaji Islam, aku diajari bahwa ada hal yang bisa manusia kuasai dengan ikhtiarnya. Ada pula hal yang meskipun sudah keras berusaha, manusia justru tidak bisa menguasainya malah manusia yang dikuasai.
Ya, itulah takdir, kekuasaan Allah Swt. yang membutuhkan keimanan untuk bisa take the destiny easy. Beriman kepada takdir baik dan buruk yang Allah Swt. tetapkan untuk kita, hamba-Nya. Kemudian, saat merasa di puncak kesulitan karena merasa gagal, seorang teman mengingatkan dengan firman Allah Swt. di surah Al-Baqarah ayat 286 yang artinya, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
Tak Perlu Merasa Gagal
Oleh karena itu, buat apa merasa tak layak jika kau gagal melakukan sesuatu yang mungkin sebenarnya di mata Allah Swt., sesuatu itu yang memang bukan hal yang tepat bagimu. Tidak perlu merasa gagal, apalagi tidak layak sehingga dengan mudahnya kita tidak percaya pada diri sendiri. Gagal setelah berikhtiar dengan optimal itu menurutku lebih baik, daripada merasa tidak pantas dan layak sehingga tidak mau mencoba sama sekali.
Lalu kuucap pada diriku sendiri, "Yuk berjuang lagi dengan segenap yang dimampui. Mungkin satu atau dua langkah lagi. Sampai Allah Swt. mempertemukan kita dengan yang digariskan dan layak bagi kita. Tentunya, dengan memaksimalkan doa dan ikhtiar."
Wallahualam bissawab.[]
Ish suka nonton Tuyul dan Mbak Yul juga toh? haha
Tetap semangat jangan kasih kendor
Tidak menyerah karena keberhasilan bukan kejadian tiba-tiba, tetapi akumulasi kegagalan dan waktu yang tepat.
Kegagalan adalah sukses yang tertunda.
Barakallah Mbak Dyah..
Berusaha semampu kita. Hasilnya adalah ketetapan Allah. Bila gagal, berarti kesempatan untuk belajar dan memperbaiki. Bila berhasil tidak perlu jemawa karena semua Allah yg memampukan kita.
Barakallah teh Dyah, semangat ✊️
Urusan gagal maning nanti saja belakang, yang terpenting kita tetap berusaha. Menang kalah adalah hal yang biasa. Ketika mungkin Allah telah menyediakan yang lebih baik untuk kita. Dan ketika kita menang mungkin itulah karunia terindah untuk kita.
Wis pokoke tetep semangat ya Mba Pitaloka
Jangan takut gagal,. Semangat untuk terus mencoba dan berusaha semaksimal mungkin. Untuk hasilnya, serahkan saja kepada Allah SWT. Barakallah mba@Dyah Pitaloka. Jadi motivasi kita semua