Cerdas Menata Prioritas

"Benarlah adanya bahwa seorang muslim itu harus gesit dan gerak cepat, apalagi bagi kita seorang ibu yang memiliki sederet tugas dan kewajiban, mulai dari mengurus rumah dan anak-anak, melayani suami, sampai kewajiban lainnya di ranah publik, seperti berdakwah dan mengkaji Islam."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Tim Redaksi NarasiPost.Com dan Penulis Buku)

NarasiPost.Com- Setiap manusia pasti melakukan aktivitas dan memiliki kesibukan. Begitulah hidup, ada pergerakan, interaksi, dan sosialisasi. Namun, sebagai muslim kita perlu memahami skala prioritas, agar tak salah dalam menempatkan aktivitas, mana yang layak didahulukan dan mana yang bisa ditunda, serta mana yang bisa ditinggalkan.

Aku jadi teringat dengan cerita salah seorang temanku yang pernah berkunjung ke rumah seorang akhwat aktivis dakwah. Pagi itu sekitar pukul 09.00 WIB, temanku mendatangi rumahnya, sebut saja namanya Mawar, karena ada suatu keperluan. Sampai di rumahnya ternyata Mawar sedang sibuk dengan gadget -nya sambil rebahan. Sedang membaca berita sambil scroll media sosial, katanya jujur. Ketika Mawar melihat kedatangan temanku, ia tampak kaget dan bergegas merapihkan ruangan.

Temanku melihat ke sekeliling rumahnya, begitu berantakan. Lantai penuh dengan remah-remah makanan, tumpahan air menggenang di beberapa bagian, tumpukan pakaian kotor pun terlihat menyembul keluar dari dalam ember. Rumah kontrakan Mawar yang tidak seberapa besar, membuat temanku mampu melihat keseluruhan isi rumahnya. Terlihat juga dua anak Mawar yang berusia balita sedang bermain menggunakan kaus dalam dan celana pendek selutut sambil memegang botol susu.

"Anak-anak sudah mandi?" tanya temanku kepada Mawar.

Mawar terlihat tersenyum malu, "Belum Mba, ini baru mau saya mandikan… " ujarnya sambil tangannya sibuk merapihkan alat makan yang tercecer di lantai.

Temanku menyangka Mawar juga belum mandi, sebab penampilannya masih kusut masai. Tetapi ia tak berani menanyakan kepada Mawar, hanya di dalam hati saja.

Lima belas menit berlalu, Mawar sudah selesai memandikan anak-anaknya. Wangi sabun mandi kini menyeruak ke seluruh ruangan. Anak-anaknya kembali bermain di ruang tengah. Sementara Mawar masih di dalam. Temanku menunggunya sampai akhirnya 10 menit kemudian Mawar keluar dengan pakaian yang lebih rapi dari sebelumnya. Wajahnya juga terlihat segar dibandingkan sebelumnya. Dan kali ini, Mawar memakai jilbab dan khimarnya.

"Maaf ya Mba, saya baru mandi." kata Mawar sambil sedikit cengengesan. Temanku hanya tersenyum, ternyata dugaannya benar.

Begitulah cerita temanku tentang Mawar yang diceritakan padaku. Sosok ibu muda dengan dua anak balita. Ia seringkali mangkir dari kajian Islam dengan alasan repot mengurus anak atau sibuk dengan pekerjaan rumah. Namun, jika ditelisik aktivitasnya tadi, sesungguhnya ketidakmampuannya menempatkan skala prioritaslah yang membuatnya tampak keteteran. Bukan karena pekerjaan rumahnya yang banyak, melainkan karena ketidakmampuannya mengelola pekerjaan tersebut.

Bahkan di lain waktu, Mawar pernah bercerita kepada temanku bahwa dia sedang berkonflik dengan suaminya. Jadi, suaminya marah ketika pulang kerja kondisi rumahnya seperti kapal pecah. Anak-anak pun belum mandi sore, bahkan tidak ada makanan yang terhidang. Mawar yang masih muda belia pun akhirnya terbawa perasaan dengan kemarahan suaminya itu. Padahal kemarahan itu tentulah wajar, mengingat kondisi suami yang lelah sepulang kerja tentu mendamba suasana rumah yang menyenangkan untuk melepas penat. Namun, kondisinya malah sebaliknya. Kondisi rumah membuat pikiran suaminya malah semakin ruwet. Kalau sudah begitu, rumah tak lagi terasa jannah.

Aku sungguh prihatin, di luar sana sepertinya banyak Mawar-Mawar lainnya. Terjebak dengan kegagalan mengatur skala prioritas. Akibatnya, banyak kewajiban yang terbengkalai dan amanah yang terabaikan.

Padahal cerdas menata skala prioritas itu adalah skill dasar yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Adapun hal itu erat juga kaitannya dengan kemampuan me- manage waktu. Tidak menyia-nyiakan waktu untuk aktivitas tidak berguna nan sia-sia. Benarlah peringatan Allah bahwa "Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian." (TQS.Al-Asr:1-2)

Maka, salah satu kunci agar semua aktivitas dapat terlaksana dengan rapi adalah dengan menata skala prioritas. Dimulai dari yang wajib dan penting karena terbatas deadline, misalnya merapihkan rumah yang merupakan bagian dari kewajiban sebagai istri, tentu harus didahulukan ketimbang yang mubah, misalnya nonton Drakor. Ketika dihadapkan pada mengkaji Islam dan menyetrika pakaian, maka dahulukan mengkaji Islam karena sudah terjadwal dan terbatas waktu, sementara menyetrika pakaian dapat dilakukan di waktu lain, misalnya di sore atau malam harinya.

Aku pribadi, senantiasa menyusun jadwal aktuvitas setiap harinya agar benar-benar fokus mengerjakan yang mana dan mendahulukan yang mana. Ketika yang wajib dan penting sudah terlaksana, barulah mengerjakan yang level selanjutnya, yakni yang sunah dan penting, selanjutnya yang sunah dan tidak penting, dan terakhir baru yang mubah. Adapun kunci dari semua itu adalah tidak banyak menunda. Karena menunda akan membuat pekerjaan justru menumpuk di akhir. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
“Jika engkau pada waktu sore, maka janganlah menunggu datangnya waktu pagi, dan jika pada waktu pagi maka janganlah engkau menunggu datangnya waktu sore. Pergunakanlah waktu sehatmu untuk beramal sebelum datang waktu sakitmu, dan gunakanlah waktu hidupmu sebelum datang waktu matimu.” (HR. Bukhari)

Benarlah adanya bahwa seorang muslim itu harus gesit dan gerak cepat, apalagi bagi kita seorang ibu yang memiliki sederet tugas dan kewajiban, mulai dari mengurus rumah dan anak-anak, melayani suami, sampai kewajiban lainnya di ranah publik, seperti berdakwah dan mengkaji Islam. Tentu saja butuh energi ekstra untuk mampu melakukan itu semua, terlepas dari adanya bantuan dari suami dalam urusan domestik, seorang ibu harus mampu meracik waktu agar mampu menjalankan perannya secara optimal. Tidak ada istilah mager (malas gerak), karena inilah biang keladi dari terbengkalainya amanah. Ya, seorang muslim harus cerdas memanfaatkan waktu yang sedikit untuk aktivitas yang produktif.

Dengan kita mampu menaklukkan waktu, insyallah kita akan banyak menorehkan kontribusi dalam setiap peran kita di dunia, sebagai hamba Allah, istri, ibu, anak, dan juga bagian dari masyarakat. Wallahu'alam bis shawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Pemilu 2024 dan Harapan Perubahan
Next
Antara Karier dan Anak 
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Teti Rostika
Teti Rostika
1 year ago

Masya Allah. Jazakillahu khoir Mbak atas ilmunya. Menjadi inspirasi buat saya. Semoga saya mampu mengerjakan semua tugas sebagai ibu, istri dan pengemban dakwah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram