"Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “yaitu ahli Al-Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al-Qur’an dan mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”
Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Praktisi Pendidikan)
NarasiPost.Com-Beberapa bocah-bocah berusia 8-13 tahun terlihat sedang asyik membaca Ulumul Kitab sambil sesekali menggumamkan bacaannya. Tidak banyak, tidak lebih dari 10 bocah saja yang setiap harinya berkumpul mempelajari Al-Qur'an dan ilmu agama lainnya. Di bawah bimbingan seorang ustaz, mereka belajar di gubuk bambu yang menjadi tempat tinggal sekaligus tempat mereka mempelajari Al-Qur’an. Jauh dari hiruk pikuk perkotaan. Di sebuah desa yang berada di dalam lembah perbukitan Kampung Cihaur, Desa Leuwidamar, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Propinsi Banten.
Apa yang istimewa dari aktivitas itu? Toh biasa saja ketika ada anak-anak kecil berkumpul dan belajar membaca atau menghapal ayat-ayat Al-Qur'an. Yah, memang aktivitasnya umum dilakukan kebanyakan anak-anak di Indonesia yang sebagian besar adalah muslim. Akan tetapi yang menjadi spesial dan berbeda adalah karena anak-anak ini berasal dari keluarga suku pedalaman di Kabupaten Lebak. Mereka adalah anak-anak dari para orang tua suku Badui yang menjadi mualaf. Sebelumnya, mereka menganut kepercayaan Sunda Wiwitan yang diwariskan dari leluhur suku Badui.
Tempat tinggal mereka berada di pemukiman yang jauh dari jangkauan fasilitas modern ataupun teknologi informasi. Meski berasal dari suku pedalaman, anak-anak suku Badui ini sudah merasakan bangku sekolah. Bisa dibayangkan bagaimana sekolah mereka ketika harus dilakukan secara daring? Yah, praktis tidak ada sama sekali aktivitas pembelajaran daring yang bisa dilakukan. Sesekali saja mereka datang ke sekolah untuk mengumpulkan tugas dari guru. Selebihnya, waktu mereka dihabiskan di pondok untuk mempelajari Al-Qur’an. Inilah salah satu gambaran anak negeri yang tidak tersentuh perhatian para penentu kebijakan di bidang pendidikan di negeri ini.
Akan tetapi bukan itu yang hendak dibahas dalam kisah ini. Melainkan, upaya mengambil pelajaran berharga dari para penjaga firman Tuhan yang berada di lembah yang terpencil tersebut. Betapa kita seharusnya iri sekaligus memberikan penghargaan yang tinggi pada mereka. Allah Swt. telah memberikan keutamaan dengan memilih anak-anak suku Badui itu menjadi pemelihara kalam-Nya. Sementara umumnya anak-anak lain di lingkungan yang lebih modern dengan fasilitas yang lengkap, justru terlena dengan kemudahan teknologi dan semakin jauh dari aktivitas tadabur Al-Qur’an. Sungguh Allah meninggikan derajat anak-anak suku Badui ini sebagai pemelihara Al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hijr: 9, “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya.”
Keutamaan lain yang patut membuat kita merasa kerdil di hadapan mereka, karena para ahli Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan diistimewakan oleh-Nya. Meski anak-anak suku Badui ini hidup sangat jauh dari kemewahan dan teknologi modern, mereka adalah para ahli Al-Qur’an. Betapa tidak? Keseharian mereka dipenuhi aktivitas mempelajari dan menghapal ayat-ayat Al-Qur’an. Bermula dari buta aksara latin maupun hijaiyah. Saat ini hampir semua anak telah menyelesaikan hafalan juz ke-30. Beberapa anak bahkan sudah mencapai juz 29 dan 28. Dalam HR. Ahmad, Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri daripada manusia…” Kemudian Anas berkata lagi, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “yaitu ahli Al-Qur’an (orang yang membaca atau menghafal Al-Qur’an dan mengamalkannya). Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang yang istimewa bagi Allah.”
Masyaa Allah.
Selama kebijakan pembelajaran daring diberlakukan, tidak ada kegiatan belajar mengajar yang bisa mereka ikuti di sekolah. Oleh karenanya, sepanjang hari kegiatan mereka adalah belajar di pondok. Saat ini, ketika pembelajaran tatap muka mulai diberlakukan lagi, aktivitas mereka di pondok tidak berhenti. Pagi mulai anak-anak ini berangkat ke sekolah. Sekolah yang berada jauh di luar lembah membuat mereka harus beranjak pergi sejak pagi. Siang hari selepas istirahat sejenak, mereka pun melanjutkan aktivitas di pondok. Hingga malam semakin larut dan esok pagi kembali lagi, anak-anak suku Badui tersebut tak lepas dari aktivitas mempelajari dan menghafal kalam-kalam Ilahi.
Keceriaan dan semangat selalu terpancar dari wajah-wajah polos mereka. Seakan menunjukkan benar merekalah para penjaga Al-Qur’an. Sungguh Allah begitu mengistimewakan anak-anak suku Badui di lembah Cihaur. Jadi, masihkan kita akan terlena dengan keistimewaan dunia? Subhanallah.[]
Photo : Koleksi pribadi