Hijrah Bareng Keluarga

“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”
(QS. At-Tahrim: 6)

Oleh: Armina Ahza

NarasiPost.Com-Namaku Indah Dwi Astuti, Armina Ahza adalah nama penaku. Aku Terlahir di Klaten. Aku anak seorang pedagang kaki lima, usaha angkringan tepatnya. Ibuku yang membuat masakan dan bapakku yang menjualnya. Semenjak aku duduk di bangku SMP, kedua orang tuaku mencari nafkah melalui angkringan. Menjual nasi kucing dan wedang jahe. Teman-teman pasti familiar dengan kuliner satu ini.

Aku ingin sedikit cerita mengenai kisah hijrahku bersama keluarga. Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmahnya.
Aku mulai melangkah hijrah semenjak aku duduk di bangku SMA. Tersebab aku mengikuti salah satu organisasi sekolah yaitu ROHIS. Dari sana aku menjadi tahu bagaimana seorang muslimah harus menutup aurat dan menjadi tahu bahwa memercayai ada kekuatan dan ada yang bisa mendatangkan manfaat dan bahaya selain dari Allah itu adalah syirik.

Di desaku amat kental sekali dengan praktik syirik, mulai dari tahayul hingga sering mendatangi dukun untuk segala hal. Anak sakit mendatangi dukun. Kehilangan barang bertanya ke dukun. Agar rezeki lancar pergi ke dukun. Bahkan kalau kemalingan juga mencari malingnya ke dukun. Pokoknya dukun menjadi segala solusi. Termasuk keluargaku. Bahkan aku lahir dari keluarga dukun. Ya, Kakek buyutku sendiri seorang dukun.

Namun, alhamdulillah setelah aku tahu bahwa semuanya itu adalah kemusyrikan, aku meninggalkan keyakinan itu dan berusaha menyampaikan kepada keluarga. Tentu ini tidak mudah ditambah Kakek buyutku sendiri adalah seorang dukun. Atas izin Allah saat aku duduk di bangku pekuliahan, keluargaku mulai terlepas dari jeratan syirik sedikit demi sedikit. Tidak lagi mendatangi dukun.

Selain soal kesyirikan juga soal riba. Daerah kelahiranku memiliki pemahaman “nggak punya barang bagus kalau nggak ngambil bank. Beli motor, perbaiki rumah bahkan menyekolahkan anak pun sampai bisa berurusan dengan bank (pinjam uang).

Dengan istikamah menyampaikan bahwa riba adakah haram, akhirnya keluargaku meninggalkan praktik riba. Sungguh ini adalah kenikmatan yang luar biasa bagiku. Keluargaku terbebas dari kesyirikan dan riba.

Saat aku duduk di bangku perkuliahan, aku semakin mendalami ilmu Islam. Mengikuti komunitas hijrah sehingga tak kalah dengan kesibukan dunia. Ilmunya pun tidak itu-itu saja, sehingga aku semakin tahu bahwa aku harus mendakwahi keluarga agar dapat masuk surga bersama keluarga. Sebab bagiku dukungan keluarga terhadap hijrah amatlah penting bagiku. Biarlah orang berkata apa tentang diriku. Apakah mau dikatakan teroris, eksklusif? Bagiku yang terpenting keluarga mendukung langkah hijrahku.

Keluarga adalah orang-orang yang paling berhak untuk tertunjuki cahaya Islam melalui perantara lisan kita. Bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam menyampaikan Islam kepada orang-orang terdekatnya, yaitu keluarganya. Jangan sampai diri meresa cukup hijrah sendirian dan membiarkan orang tua dalam kubangan kemaksiatan. Bagiku bakti terbaik adalah menjadi anak salehah dan mengajak mereka untuk kembali pada pengaturan Islam dengan menerangkan betapa baiknya Allah pada keluarga.

Alhamdulillah, kini keluargaku tidak hanya membiarkan aku berpakaian syari’i dan berdakwah, namun kakakku sudah menjadi bagian dari komunitas dakwah Islam Kafah dan siap meninggalkan riba meski usahanya butuh modal. Pun kedua orangtuaku sangat mensupport amal saleh, dakwah dan gerakan kebaikan lainnya.

Ada beberapa hal yang aku lakukan kepada keluarga agar dapat mengajak keluarga untuk hijrah bareng dan masuk surga bersama.

  1. Istikamah menuntut ilmu dan mencari komunitas hijrah yang menguatkan. Dengan menentut ilmu, kita akan semakin tahu mana kebaikan dan mana keburukan serta semakin tahu harus melakukan apa untuk keluarga dan masyarakat sekitar.
  2. Menyamakan frekuensi bahagia dengan keluarga, ini yang kadang kurang diikhtiarkan bagi mereka yang sedang hijrah. Menyamakan pandangan kehidupan dunia. Bahwa hidup itu untuk mengejar akhirat dan tidak melupakan dunia. Bahwa hijrah itu menjadikan dunia sebagai kendaraan menuju akhirat. Bukan "ngoyo" soal dunia, ehh akhirat keteteran. Jadi tidak takut untuk mendekati keluarga dan berkomunikasi hangat dengan mereka.
  3. Semakin sayang dengan orang tua dan menunjukkan perubahan sikap yang baik. Aku berusaha membantu orang tua, seperti membantu memtong sayuran sebelum berangkat kuliah, menjualkan gorengan di waktu istirahat perkuliahan, meski saat masuk perkuliahan di siang hari belum sempat makan dan harus basah kuyup sebab keringat berteteasan. Karena kebetulan rumahku dekat dengan kampusku.
  4. Membuat bangga orang tua. Saat itu aku berusaha untuk tidak menyusahkan orang tua, karena aku tahu betapa sulitnya mencari nafkah. Bapak harus berangkat berdagang pukul 16.00 WIB dan pulang pukul 03.00 dini hari, bahkan bisa sampai subuh. Sedangkan Ibu harus bangun sebelum subuh, kemudian bekerja sampai malam. Aku tidak berani meminta uang bahkan uang untuk membayar kuliah. Aku berusaha mencari sendiri dengan cara mencari beasiswa, mengajar les di sore dan malam hari, mengajar TPQ, berjualan online, menjual gorengan, dll. Yang akhirnya aku bisa membeli laptop sendiri di semester 3 dan motor di semester 5. Aku pun lulus tepat waktu serta mendapat nilai sangat memuaskan (cumlaude).

Itulah keempat tips yang menurutku sangat membantu mengapa dakwah di keluarga bisa berhasil. Semoga keempat tips di atas dapat membantu siapa saja yang ingin mengajak keluarganya hijrah. Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Keluarga yang dekat dengan Allah adalah kenikmatan yang sangat indah yang tak bisa digantikan dengan apa pun. Alhamduliillah, terimakasih ya Allah. Izinkan keluarga kami hijrah bersama hingga ke surga.
Wallahu’alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Armina Ahza Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Terlalu
Next
Benalu dalam Keikhlasan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram