"Bertahun-tahun mengalami hal mistis, baik di rumah almarhumah mamah atau di mana pun. Saya pribadi tak bisa melihat hal ghaib, katanya jika seperti ini normal. Tapi setiap manusia mungkin bisa merasakan jika ada yang aneh di tempat sekitarnya. Penyakit yang dialami almarhumah mamah, mengantarkannya kembali pada Sang Mahakuasa."
Oleh. Sherly Agustina, M.Ag.
(Kontributor NarasiPost.Com dan pemerhati kebijakan publik)
NarasiPost.Com- Allah Swt. berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 286, "Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya."
Mencoba merenungi firman Allah di atas, benarkah setiap ujian sesuai dengan kapasitas keimanan hamba-Nya? Bahkan jika berhasil melewati setiap ujian, akan meninggikan derajat hamba-Nya di sisi-Nya? Padahal terkadang, bagi seorang hamba ketika menghadapi masalah atau ujian, begitu terasa berat. Seakan tak bisa melewati ujian tersebut.
Saya mencoba berbagi kisah dan semoga bisa diambil hikmah. Entah kenapa saya sering dipertemukan dengan masalah sihir, saat kuliah dulu di kampus ketika hendak kajian tiba-tiba saudara teman membawa pisau menghampiri saya seperti akan menusuk diri saya dengan mata melotot. Saya tak gentar menghadapinya, sambil membaca ayat-ayat Allah, akhirnya tepat di depan mata saya orang tersebut jatuh pingsan dan pisaunya terlepas dari lengannya.https://narasipost.com/2022/08/06/membawa-cinta-sampai-ke-surga/
Ketika di Bogor saya magang di salah satu sekolah Islam Terpadu, bertemu juga dengan hal-hal mistis. Tak bisa tidur seperti diganggu, ternyata rumah tempat saya tinggal ada penghuni jinnya. Saya pun mencari bantuan untuk merukyah pendamping anak-anak yang kesurupan saat itu. Drama jin sungguh bermacam-macam, masih sempat makan sate seperti biasa. Kejadian itu berlangsung tiga hari dua malam.
Di malam pertama, alhamdulillah yang kesurupan (kemasukan jin), atas izin Allah, sadar dan saya pun tidur di samping beliau. Esok harinya, tiba-tiba beliau ke dapur membawa pisau seperti hendak bunuh diri. Kaget campur aduk khawatir terjadi sesuatu, saya pun segera minta bantuan kembali pada guru yang biasa merukyah. Beliau pun langsung dirukyah kembali dan saya diminta untuk membekam yang kesurupan di titik sihir (kepala bagian atas). Ini pengalaman pertama saya membekam bagian titik sihir seseorang.
Menyeramkan, mata melotot dan penuh dengan intrik lainnya. Dirukyah berkali-kali, dibacakan ayat Al-Qur'an berkali-kali, hingga pertolongan-Nya datang. Kejadian itu unforgatable bagi saya, bahwa kita sebagai manusia jangan pernah merasa takut pada jin dan setan. Karena mereka ciptaan Allah dan manusia lebih tinggi derajatnya dibanding mereka.
Rasa takut yang harus ada pada diri kita sebagai insan beriman hanyalah pada Allah semata. Bukan yang lain. Jika ada rasa takut walau sedikit pada diri kita terhadap mereka, maka ketakutan itu berkaitan dengan pemahaman bahwa bangsa jin dan setan akan terus mengganggu. Nah, hal ini yang harus kita tanamkan dan pahamkan pada anak-anak kita adalah takutlah hanya kepada Allah, Sang Pencipta alam semesta beserta isinya.
Di rumah, dulu almarhumah mamah kadang kesurupan dan pernah sakit yang awalnya sakit non lmedis namun akhirnya menjadi medis. Sakit yang menahun, aneh, sembuh kambuh lagi, begitu seterusnya. Yakin ini ujian, maka harus dihadapi dan dijalani dengan penuh kesadaran dan dilihat dengan kaca mata keimanan.
Bertahun-tahun mengalami hal mistis, baik di rumah almarhumah mamah atau di mana pun. Saya pribadi tak bisa melihat hal ghaib, katanya jika seperti ini normal. Tapi setiap manusia mungkin bisa merasakan jika ada yang aneh di tempat sekitarnya. Penyakit yang dialami almarhumah mamah, mengantarkannya kembali pada Sang Mahakuasa.
Ini qadha, harus kami terima karena seburuk apa pun sesuatu dalam pandangan manusia, yakini itu yang terbaik dari Allah. Ya, hanya bisa dipahami dengan bahasa keimanan. Kami ikhlas, Ya Allah. Setelah itu, apakah Allah berhenti memberi ujian pada hamba-Nya? Jawabannya, suka-suka Allah. Bisa jadi terus diuji kembali, atau ditunda dulu ujiannya.
Setelah almarhumah mamah tiada, ternyata kami diuji kembali dengan kondisi adik kami yang sulit diatur. Awalnya kami pikir itu hal biasa saja, namanya bungsu mungkin cari perhatian. Setelan coba rukyah, ternyata ada gangguan dalam dirinya. Sayangnya, adik saya tidak mau jujur dan sadar ingin sembuh. Ini yang menjadi kendala kami saat ini. Karena jika ada gangguan sihir dalam diri seseorang, tapi dia tidak bisa diajak kerja sama agar segera hilang sihirnya, maka akan sulit. Harus ada kesadaran dari orang tersebut, dan minta ingin disembuhkan. Sihir apa pun bentuknya nyata adanya.
Ditemukan di rumah almarhumah mamah, boneka bentuknya aneh tiba-tiba ada setelah rumah disiram air doa. Entah ini kiriman sihir atau bukan. Lalu, ditemukan ular di tempat yang sama saat ditemukan boneka oleh saudara kami. Sampai saya tulis kisah ini, adik saya belum pulang ke rumah. Kami sekeluarga meminta doa dari semua, agar masalah kami segera selesai. Allah beri petunjuk dan jalan bagi kami, beri keyakinan yang semakin kuat akan pertolongan-Nya. Beri kesabaran seluas samudera dan keikhlasan tanpa batas.
Baginda Nabi saw. bersabda, "Sabar itu ada empat: sabar dalam menjalankan fardhu, sabar dalam menghadapi musibah, sabar menghadapi gangguan manusia dan sabar dalam kefakiran. Sabar dalam menjalankan kewajiban adalah taufiq, sabar dalam menghadapi musibah berpahala, sabar dalam menghadapi gangguan manusia adalah cinta dan sabar dalam kefakiran adalah rida Allah ta'ala.''
Setiap ujian untuk menguji kesabaran dan meninggikan derajat, Nabi saw. bersabda: "Sabar ketika mendapat musibah itu memperoleh tujuh ratus derajat."
Mengingat ayat-ayat Allah dan hadis Baginda Nabi saw. membuat saya merasa yakin bisa melewati ujian ini. Karena setiap manusia akan menghadapi ujiannya masing-masing. Ujian ini agar kita semakin baik, terutama dalam memperkuat keimanan. Merasa bahwa kita lemah ada Sang Mahakuat, bahwa kita hamba ada Sang Mahakuasa.
Di saat adik belum pulang, ujian bertambah dengan kondisi sekarang bapak sakit. Ayah mana yang tak pilu melihat anak gadisnya seperti itu, beliau stres hingga membuatnya sakit sesak napas. Saya menengok beliau, kondisinya lemah tak berdaya. Tatapan mata yang berharap anaknya segera pulang dalam kondisi sehat tanpa kurang suatu apa pun.
Kami harap-harap cemas, semakin terlihat betapa lemahnya kami sebagai hamba-Nya, betapa kami sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Berharap sihir itu segera berakhir, dan kebenaran mendapatkan jalan kemenangan. Kemenangan yang dimenangkan oleh-Nya atas kehendak-Nya. Yakinlah, semakin besar ujian dari Allah harus sabar dan membuat akidah kita kian terpatri tak goyah oleh apa pun. Allah, hanya kepada-Mu kami bergantung dan berlindung. Allah, jangan Engkau uji kami dengan ujian yang kami tak tahu bisa melewatinya. Allah, pasti banyak hikmah yang sedang Engkau beri kepada kami dan semua hamba-Mu. Semoga kami lulus ujian ini. Aamiin.
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang rida, maka ia yang akan meraih rida Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah no. 4031, hasan kata Syaikh Al Albani)
Allahualam bishawab.[]