"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus."
( QS surat Al-An'am ayat 39.)
Oleh: Choirin Fitri
NarasiPost.Com-Tak pernah terbayang dalam benak ini jika diri terlahir menjadi orang yang tuli. Tak bisa mendengar suara. Tak mampu menikmati alunan bacaan Al-Qur'an. Pun tak mampu mengerti percakapan tiap orang.
Tak pernah pula membayangkan jika lisan ini tak dapat bicara. Tak mampu berkata-kata. Tak bisa meramalkan ayat Al-Qur'an. Tak juga bisa menyenandungkan nada-nada shalawat.
Syukur Alhamdulillah. Allah telah menciptakan diri ini menjadi manusia sempurna. Dari ujung rambut hingga kaki tak kekurangan suatu apa pun. Telinga memiliki kemampuan dengar yang baik. Mulut pun masih bisa mengecap berbagai rasa dan mampu bicara.
Nikmat lain yang sangat pantas disyukuri adalah mata. Mata yang mampu melihat berbagai karya Allah di alam semesta, manusia, serta kehidupannya. Mata yang bisa digunakan untuk memandang setiap ayat Al-Qur'an yang terpampang dalam lembaran-lembaran mushaf. Mata yang tak lelah diajak berkarya untuk kebaikan umat.
Sungguh, dengan mata inilah sebuah ayat Al-Qur'an tampak indah saat berbincang tentang rahmat dan cinta Allah. Tapi, mata langsung mendelik hingga terkadang basah ketika ayat Allah yang dipandang berisi tentang azab atau murka Allah pada mereka yang tak ada iman.
Salah satu ayat yang membuat diri melakukan muhasabah adalah surat Al-An'am ayat 39. Berbunyi,
وَالَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا صُمٌّ وَّبُكْمٌ فِى الظُّلُمٰتِۗ مَنْ يَّشَاِ اللّٰهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَّشَأْ يَجْعَلْهُ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
"Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah tuli, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barang siapa dikehendaki Allah (dalam kesesatan), niscaya disesatkan-Nya. Dan barang siapa dikehendaki Allah (untuk diberi petunjuk), niscaya Dia menjadikannya berada di atas jalan yang lurus."
Ngeri rasanya jika Allah mengategorikan diri sebagai orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Al-Qur'an. Allah mengatakan orang semacam ini adalah orang tuli, bisu, dan berada dalam gelap gulita. Astaghfirullah. Naudzubillahimindzalik.
Sungguh diri ini tak ingin terjatuh pada predikat pendusta Al-Qur'an. Maka, pelan tapi pasti meski merasa raga ini banyak berlumuran dosa tetap memberanikan diri memohon pada Allah agar mendapatkan ampunan. Selain itu, memohon pula agar Allah berkenan memberikan petunjuk ke jalan yang benar. Jalan yang lurus menuju surga.
Membaca kembali ayat ini, maka diri ini menjadi sadar bahwa ada orang-orang yang Allah biarkan dalam jalan kesesatan. Karena, sejatinya mereka diberi petunjuk tapi enggan. Mereka menghempaskan petunjuk ini dan tak mengindahkannya.
Tak ingin rasanya raga dan diri ini masuk kategori orang yang tersesat. Orang yang pandai maksiat. Orang yang nanti di akhirat bakal sekarat. Naudzubillahimindzalik. Semoga Allah menjauhkan dari sifat buruk ini. Aamiin.
Kini, yang bisa dilakukan adalah bagaimana memaksimalkan potensi kehidupan yang Allah berikan untuk ketaatan pada-Nya. Memberikan yang terbaik untuk agama-Nya. Menjadi pejuang yang mengagungkan asma-Nya.
Sangat berharap dengan upaya ini bisa meraih simpati Allah dan mendapatkan cinta-Nya. Sehingga, kelak ketika berjumpa dengan-Nya, diri punya hujjah yang bisa disampaikan bahwa pernah memilih jalan ketaatan. Jalan orang-orang yang Allah beri petunjuk. Wallahu a'lam.