Isoman Ideal dalam Support System yang Maksimal

Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain (Shahih Muslim).”

Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Praktisi Pendidikan)

NarasiPost.Com-Setelah dua tahun masa pandemi, akhirnya virus Covid menghampiri keluarga kami. Berawal dari si bungsu yang mengeluh demam dan sakit kepala, tidak curiga terpapar Covid tentunya, karena anak kecil demam pada umumnya memang di anggap sakit biasa saja. Hingga beberapa hari setelah si bungsu mulai sembuh, berganti saya sebagai ibunya yang sehari-hari mengurusnya mulai merasakan gejala yang sama. Masih belum curiga juga hingga hari ketiga demam, saya mulai kehilangan penciuman. Astagfirullah. Segera saja terpikir, mungkin kami terpapar virus Covid. Segera saya cek kondisi dua kakak beradik anak kami yang pertama dan kedua. Ternyata mereka pun merasakan keluhan sakit badan dan lemas, hanya saja tidak separah yang saya rasakan.

Berusaha untuk tidak panik, saya harus segera ambil tindakan. Sudah beberapa hari suami sedang di luar kota, sehingga bagaimanapun sebagai ibu saya harus mampu mengurus sendiri anak-anak. Meski badan sudah tidak karuan rasanya, tapi saya masih cukup tenang, berpikir jernih dan segera menghubungi teman-teman untuk mendapatkan bantuan. Saya menghubungi petugas di puskesmas setempat, teman-teman dakwah, dan dua adik saya yang tinggal kota yang berbeda.

Beruntung saya mempunyai akses ke petugas kesehatan di puskesmas maupun rumah sakit, sehingga obat-obatan segera saya dapatkan pada hari itu juga. Saya pun menghubungi petugas swab mandiri untuk memastikan diagnosis. Benar saja, kami berempat semuanya positif terpapar virus Covid. Kami sekeluarga akhirnya melakukan isolasi mandiri di rumah. Bersyukur kami tinggal di rumah yang cukup luas. Halaman belakang rumah kami melimpah sinar matahari. Teras terbuka cukup luas untuk kami berjemur menyerap sinar matahari. Di masa sebelum pandemi, teras ini sering menjadi tempat pertemuan atau kajian para pengemban dakwah. Di sekeliling halaman belakang juga tertutup pagar yang cukup tinggi, sehingga kami terlindung dari pandangan orang di luar pagar. Yah, alhamdulillah kami mempunyai tempat tinggal yang ideal untuk isoman.

Selama 3 hari kami hanya mampu tiduran, sore sampai malam kami tiduran di kamar masing-masing. Sedangkan waktu pagi sampai siang kami bergeletakan di teras belakang membiarkan sinar matahari menerpa tubuh kami.

Dukungan dan support yang kami dapatkan sangat luar biasa. Di hari pertama ketika kami menyadari terpapar virus Covid, pada hari itu pula kami segera mendapat pengobatan. Bisa jadi banyak keluarga di luar sana yang tidak mendapatkan kemudahan seperti yang saya dapatkan. Apalagi bagi masyarakat awam, jangankan segera mendapatkan pengobatan, akses untuk mendapatkan layanan pun mungkin sangat terbatas. Dukungan dari teman-teman pengemban dakwah pun tak kalah cepat. Satu grup support system segera terbentuk. Setiap hari dibuat jadwal teman-teman yang bergantian mengantar makanan siap santap bagi kami sekeluarga. Bukan hanya sekadarnya, tapi lengkap nasi, lauk pauk, buah, dan sayuran yang cukup untuk kebutuhan harian kami. Masyaa Allah. Terasa betul dukungan luar biasa yang kami dapatkan karena ikatan keimanan yang kokoh, sebagaimana hadis Rasululllah Saw, “Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain (Shahih Muslim).”

Saya mengerti bagaimana support system ini bekerja. Beberapa waktu lalu pun saya pernah berada dalam tim serupa, ketika salah satu teman pengemban dakwah terpapar virus Covid. Jadi, saya tahu bagaimana teman-teman di luar sana bekerja sama dan memikirkan keadaan kami sekeluarga. Mulai dari mengumpulkan donasi dari beberapa teman yang dianggap mampu, tapi terkendala waktu dan jarak untuk memberikan bantuan secara langsung. Di lain pihak ada tim sehari-hari bergantian mengirim logistik dan kebutuhan makanan. Bukan hanya sehari dua hari support system ini bekerja. Sepanjang masih dibutuhkan, tim akan terus bekerja. Luar biasa. Sangat terasa ikatan keimanan yang begitu kuat. Merasakan seakan ketika satu anggota tubuh sakit, maka bagian tubuh lainnya ikut merasakan hal yang sama. Hal yang mungkin tidak akan dapat dirasakan dalam ikatan yang tidak didasari keimanan.

Dukungan lain kami peroleh dari teman-teman di tempat kerja. Lagi-lagi bersyukur, saya bekerja di lingkungan pendidikan kesehatan yang mengerti betul bagaimana harus isolasi mandiri saat terpapar virus. Saya diistirahatkan dari semua pekerjaan kantor. Satu per satu teman-teman di tempat kerja pun memberikan bantuan. Tak kurang dukungan dan doa yang tak henti-hentinya setiap hari bagi keluarga kami. Kami sungguh terkurung di dalam rumah, tapi teman-teman di luar sana memberi semua yang kami butuhkan. Setiap hari ada saja abang ojek yang mengantarkan makanan ke rumah.
Satu lagi dukungan yang mungkin tidak banyak dirasakan keluarga lain, adalah dukungan dari kerabat. Meski berjarak sangat jauh di luar kota bahkan berbeda provinsi, tapi anak-anak serasa dimanjakan oleh paman-paman mereka yang setiap hari mengirimkan jajanan kesukaan mereka.
Sungguh imun kami sangat terjaga. Di hari ke empat kami sudah mampu melewati masa kritis. Anak-anak lebih cepat kembali bugar. Sedangkan saya masih harus tertatih dan bangkit pelan-pelan. Saya masih merasakan mual dan sedikit pusing jika banyak beraktivitas. Meski sudah mampu memasak masakan sederhana, tapi teman-teman masih sangat memanjakan kami. Tim support system masih menyarankan saya untuk banyak istirahat dan mereka terus memberikan bantuan sampai beberapa hari berikutnya ketika saya benar-benar merasa sudah lebih baik. Jazakumullahu khoiron katsir, hanya Allah yang mampu membalas dengan sebaik-baiknya balasan atas apa yang teman-teman lakukan untuk keluarga kami. Insyaa Allah.

Saat ini kami masih harus menyelesaikan waktu isolasi mandiri. Keadaan kami sudah membaik. Kami sudah mampu beraktivitas seperti biasa. Masyaa Allah, bersyukur tak terhingga. Kami mungkin satu dari sekian ribu keluarga yang beruntung mendapatkan kemudahan dan dukungan luar biasa ketika menghadapi virus Covid. Tak terkira bagaimana dengan keluarga-keluarga di luar sana yang minim akses, yang harus berjuang sendiri melewati pandemi. Sedangkan kami merasakan bagaimana mendapatkan support system yang maksimal dalam lingkungan yang ideal. Berada dalam satu keluarga pengemban dakwah saja sudah merasakan banyaknya berkah, apalagi jika keseluruhan syariat Islam diterapkan secara kafah. Wallahualam bishowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rery Kurniawati Danu Iswanto Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Al-Qur'an yang Diabaikan
Next
Narasi Marital Rape, Jebakan Penghancur Rumah Tangga
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram