Semoga Ada Kesempatan Kedua Bersama si Jelita

Kesempatan Kedua bersama Jelita

Semoga ada kesempatan kedua untukku, belajar dari keahliannya merangkai kata, menuliskan setiap aksara dalam rangkaian tulisan yang bermakna, untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis andal demi terwujudnya opini Islam.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kehidupan ini memiliki alur yang tidak mudah untuk ditebak. Apa yang terjadi esok tak bisa kita prediksi. Jika ada kesempatan yang ada untuk berkembang dan lebih baik lagi, maka ambil dan pergunakan sebaik-baiknya. Memang kesempatan tidak selalu menentukan kesuksesan. Tetapi dengan kesempatan yang ada setidaknya kita bisa belajar, berusaha, meski gagal, dan mampu mewujudkan langkah selanjutnya dari hasil belajar kita.

Rangkaian kalimat ini sebagai penyemangat diri. Kala satu kesempatan hilang, dengan harapan besar, semoga kesempatan itu datang kembali. Kesempatan kedua dan seterusnya hingga bisa meraup ilmu sebanyaknya, dari dia "Si Jelita dari Tanah Pasundan".

Siapa sangka dengan wajah kalem dan ayunya tetapi begitu sangar ketika menghadapi naskah kita. Eh naskahku saja kali ya! He he. Awal mengenalnya ketika Zoom pengenalan tim redaksi NP. Mom Andrea sering menyebutnya editor ter-the best. Juga membaca setiap NP menerbitkan sebuah buku, editornya pasti di antara dua nama Miladiah atau Nurjamilah. Hampir sama tapi beda orang dan aku lebih suka memanggilnya Mbak Nur. Selain untuk membedakan dengan Mbak Mila, Nur artinya cahaya, sangat cocok untuknya yang selalu bersinar di NP dan kalangan penulis lainya.

Suatu saat aku chat dengan teman membahas Tim Redaksi NP, siapa kira-kira yang terbaik dari mereka. Saat itu aku belum banyak mengenal para admin meski sudah ada beberapa yang pernah chat pribadi. Teman ini mengatakan, “Aku sih dukung Nurjamilah. Bukan karena ponakan sendiri ya, tapi tahu kualitas dan perjuangannya”. Makin penasaran aku dibuatnya. Ketika Mom Andrea menyampaikan, “Mbak Nur itu bisa menjadikan ayat atau hadis tidak terdeteksi plagiasi. Gimana caranya tanya saja dia”. Makin penasaranlah aku pada sosoknya. Dengan keberanian seujung kuku, aku mencoba membuka keran komunikasi dengannya.

Nur: Dua Sisi yang Berbeda

Tak hanya wajahnya yang ayu, perangainya pun begitu. Mbak Nur yang kukenal sangat ramah, menjawab setiap tanya yang kuajukan untuknya seputar naskah. Belum pernah sih tanya tentang pribadi, kapan-kapan boleh dicoba sepertinya, untuk menguji keberanianku setelah terpental telak di tangannya. He he.

Berbeda ketika mengedit naskah. Saat membaca surat cintanya yang membedah sebuah naskah, siapa sangka itu berasal dari si Jelita. Dalam benakku saat itu, “Emang benar ya ini dari Mbak Nur. Sangar amat yak! Ini harusnya dari orang-orang seperti Mom Andrea”. He he he. Maafkan aku Mom. Berbeda sekali antara wajah kalem Mbak Nur dengan surat cintanya, membuat aku gemetar dan mau menghilang saja.

Pantas Mom Andrea begitu mencintainya. Karena kinerja dan kegesitannya, karena ketelitian dan kejeliannya dalam mengedit naskah hingga kadang yang menurut aku sudah rapi saja, masih acak-acakan di matanya. Mbak Nur memang luar biasa. Membaca kisahnya di beberapa tulisan ketika berkiprah di NP, memang menjadikan dia layak untuk menyandang the best editor NP saat ini.

Aku dan Kesempatan Kedua

Beberapa naskahku yang amburadul pernah dipegang Mbak Nur. Sehingga aku bisa menilai di balik wajah lembut dan ramahnya, jika berhadapan dengan naskah dia bak algojo yang siap memenggal kepala kita yang bersalah. Ha ha. Aku mengalami hal yang sama. Lewat Mom Andrea, aku diberitahu, “Naskahmu yang ini yang itu dipegang Mbak Nur”. Termasuk naskah pertama kali yang aku kirim, yang pada saat itu aku belum tahu kriteria naskah yang seharusnya dikirim ke NP. Naskah itu harus ada lead-nya setelah judul, ada subjudul, menyertakan dalil meski naskah opini, ini sesuatu yang baru, yang berbeda dari biasanya aku nulis opini ke media lainnya. Ternyata memang ada maksud lebih besar di sana, agar naskah kita bisa menjangkau lebih banyak pembaca.

Saat itu aku langsung chat Mbak Nur untuk memastikan naskah tersebut. Dan dengan ketegasannya beliau menyampaikan agar aku mencari, membandingkan kesalahan dalam tulisanku dengan naskah yang sudah di-publish. Rinci dari per kalimat, per kata hingga titik komanya. Dengan alasan klise sibuk, aku tidak segera mengerjakannya. Hingga Mom Andrea mengirimkan surat cinta Mbak Nur kepadaku. Dengan bekal surat itu aku negosiasi tugas dari Mbak Nur yang berakhir gigit jari. Aku bilang bahwa surat cinta dari Mbak Nur sudah aku terima dari Mom Andrea. Haruskah aku mengerjakan tugas darinya? Begitu pemikiranku saat itu dan Mbak Nur tak meresponsnya. Hu hu hu menangislah dibuatnya.

Setelah chat itu aku merasa telah menyia-nyiakan kesempatan belajar dari si Jelita. Mengapa aku harus menegonya? Kenapa tidak dikerjakan saja meski lama? Kenapa dan kenapa menjadi tanya penyesalan yang tak kunjung reda. Sampai aku tak berani lagi chat dengannya. Rasanya nano-nano berada dalam sebuah penyesalan menyia-nyiakan kesempatan. Hingga ketika Mbak Nur chat untuk tanya biodata saja, rasanya seperti malu karena telah berbuat salah. Tak berani lagi menyapa hanya sekedar SKSD seperti awal yang kulakukan.

Dalam hati hanya mampu berharap, semoga ada kesempatan kedua untukku, belajar dari keahliannya merangkai kata, menuliskan setiap aksara dalam rangkaian tulisan yang bermakna, untuk mengikuti jejaknya menjadi penulis andal demi terwujudnya opini Islam.

Khatimah

Mbak Nur dengan segala rasa dan melihat kiprah anti di NP izinkan aku yang bukan siapa-siapa ini memberikan apresiasi nilai. Meski barangkali tak mewakili seluruh kinerja, jerih payah yang kau lakukan di NP. Semoga kiprahmu di NP menjadi inspirasi bagi semua penulis di Konapost. Meski hadirmu di tengah-tengah kami jarang terlihat, tapi di balik layar engkau pasti banyak terlibat.

Wallahu a’lam bi-showaab []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Netty al Kayyisa Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Nay, the Real Designer of NP
Next
Ragil Rahayu Namanya
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Deena
Deena
3 months ago

Barakallah.. mbak Nurjamilah dan mbak Netty

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram