Warung Pecel Yu Sri karya Mbak Ragil adalah cerpen dengan sudut pandang berbeda, lebih pada masalah ekonomi dan kritik sosial yang diangkat, dikemas dengan renyah, gurih, dan ngangenin.
Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Cinta bisa datang karena stimulasi dari luar, berupa pandangan, pendengaran, sentuhan, kisah hingga tulisan. Demikianlah yang kurasakan pada sosok editor NP dari Sidoarjo, Mbak Ragil Rahayu.
Kami berada dalam satu komunitas yang sama, yaitu Revowriter, tetapi beda angkatan. Aku Revo 5, Mbak Ragil Revo 6. Dari sisi usia dan angkatan di Revowriter, sepertinya saya lebih senior. Namun, dalam prestasi menulis, ah aku bagai remah-remah rengginang di hadapannya.
Di komunitas itu dahulu sering di-share karya teman-teman dari Revowriter angkatan pertama hingga terbaru. Suatu hari muncul karyanya berupa cerpen dengan tajuk Warung Pecel Yu Sri dan tokoh utama Yu Sri. Di situlah awal mula aku terpesona pada tulisan-tulisannya yang membuat jatuh cinta. Warung Pecel Yu Sri karya Mbak Ragil adalah cerpen dengan sudut pandang berbeda, lebih pada masalah ekonomi dan kritik sosial yang diangkat, dikemas dengan renyah, gurih, dan ngangenin. Dari Yu Sri turun ke hati.
Dari sinilah aku mulai membaca karya lainnya. Terutama di tulisan opini ekonomi yang analisisnya cukup tajam dan kental. Benar-benar mengagumkan.
Menghilang
Ada saat aku off dari Facebook. Entah karena kesibukan, malas melihat Facebook, atau sebab lainnya. Ketika suatu saat cek Facebook lagi, tiba-tiba kehilangan tulisan-tulisan renyah Mbak Ragil. Di MNews pun yang dahulu sering mengikuti tulisan-tulisan ekonomi Mbak Ragil, tiba-tiba sudah tidak ada lagi. Namun, muncul nama baru yang tidak asing di MNews. Aku pikir dia adalah salah satu teman kuliah, tetapi ternyata bukan.
Aku pun tidak terlalu menghiraukan hingga saat mengikuti acara pengumuman pemenang Challenge Dawai Literasi dan pengenalan tim redaksi NP, aku terpana melihat Mbak Ragil menjadi salah satu tim redaksi NarasiPost.Com. Daripada penasaran maka kutanyalah di forum itu, “Ke mana saja, Yu Sri?”
Ternyata Yu Sri tidak pernah pergi, Guys! Tulisannya masih wira-wiri "menghantui" duniaku, he he... Kok selama ini aku tidak sadar, ya? Berarti aku belum sepenuhnya cinta karena tidak mengenal gaya tulisannya. Mestinya orang cinta itu meski namanya berubah-ubah, tetap akan bisa mengenali. Jadi cinta apa, dong, namanya jika tidak bisa mengenali dari gaya tulisannya? Huu cintamu palsu, Netty!
Mbak Ragil dan NP
Tentang kiprahnya di NP, semua tidak akan meragukan kemampuannya. Beliau salah satu admin di grup Konapost sehingga sering muncul dan menyapa kami. Sama seperti rekannya yang renyah, gurih, kriuk maka begitu juga Mbak Ragil. Sapaan-sapaannya membuat kami para anggota Konapost merasa dekat. Serasa seperti keluarga.
Yang paling ditunggu dari kehadiran Mbak Ragil adalah sharing-nya seputar KBBI dan EYD. Jika Mbak Ragil sudah muncul dengan gambar-gambarnya, siap-siap dibintangin semuanya biar tidak lupa, he he...
Aku sendiri tidak tak heran ketika Mbak Ragil menjadi salah satu tim redaksi NP karena melihat kemampuannya di dunia literasi. Yang membuat aku kaget, ternyata tim redaksi NP berisi orang-orang hebat. Pantas kiprahnya moncer di dunia literasi Nusantara. Bahkan menjadi salah satu media yang menurutku paling detail dalam mengedit dan mem-publish naskah. Aku sendiri berpikir, jika naskahmu tayang di NP berarti tulisanmu bagus, padahal sebenarnya ada peran para editor yang salah satunya adalah Mbak Ragil ini.
Mbak Ragil dan Naskah
Di antara editor yang lain, mungkin Mbak Ragil bukan yang terbaik, sekilas itu penilaianku. Ini karena Mom Andrea jarang memuji Mbak Ragil seperti Mom memuji editor yang lain. Jadi barang kali kemampuannya standar saja. Namun, Guys, yang standar itu yang membuat nyaman, ha ha... Jika naskah sudah di tangan Mbak Mila atau Mbak Nur, siap-siap keringat sebesar jagung memenuhi dahi saat membaca surat cintanya. Bahkan harus menahan napas agar tidak pingsan. Hal itu tidak berlaku jika naskah terpegang Mbak Ragil. Santuy, euy! Kanca dhewe, begitu pikirku.
Salah satu naskahku pernah terpegang Mbak Ragil. Begitu Mom Andrea memberikan "surat cinta" dengan tulisan di bawahnya “Best Regard, Ragil Rahayu”, waaah... akhirnya dapat juga. Namun, aku sedikit heran, ini surat cinta kalem banget. 'Kan orang Sidoarjo harusnya tidak jauh-jauh dari karakter orang Surabaya, tetapi kok malah seperti orang Jawa Tengah. Eaaa...
Karena merasa sering berinteraksi di Konapost, sudah tahu tulisannya sejak lama, bahkan merasa bertetangga maka saya kirim balik surat cinta pada beliau. Saya proteslah editannya. Huuu sok-sokan sekali Anda! Ha ha ha...
Aku tanya Mbak Ragil via WhatsApp, “Mbak aku sudah cek KBBI V, lo. Tulisanku sudah benar, kok masih disalahkan ini?”
Beliau dengan sabar menjawab, “KBBI VI sekarang, Mbak.”
Wah, aku malu, dong. Meluncur ke KBBI VI, mengecek tulisan mana yang benar. Belum sampai bertemu kata yang dimaksud, Mbak Ragil sudah menambahkan, “Di KBBI V juga seperti yang saya sampaikan.” Waduh, malunya berlipat-lipat, dong. Aku berpikir, apa yang salah dari penglihatanku ya? Aku buka lagi KBBI VI, mencari lagi kata yang dimaksudkan, aku resapi, baca berulang kali, eh ternyata aku salah memahami maksud si KBBI ini. Ya Allah, aku enggak berjodoh ini sama KBBI, enggak mampu memahami maksud hatinya. Ha ha ha...
Dari situlah aku belajar KBBI. Setiap menulis harus bolak-balik memastikan kata yang baku, meski tetap saja ada yang luput dari penglihatan. Aku bayangkan wajah Mbak Ragil mungkin kesal. “Ini sudah enggak pinter, mengeyel pula.” Ha ha ha... Barang kali itu yang ada dalam pikirannya. Faktanya? Entahlah. Maafkan pecintamu ini ya, Mbak Ragil. Katanya cinta, kok mengeyel saja!
Siapa yang mengira, selain rubrik Opini dan World News, Mbak Ragil juga harus mengedit naskah Syiar dan Cerpen. Mengapa menjadi istimewa? Ini karena menurutku rubrik syiar itu paling banyak mengandung tsaqafah yang harus kita pahami sehingga tidak bisa sembarangan menayangkan. Editor harus paham topik apa yang akan diangkat, meski dengan judul yang hampir sama. Dua jempol untuk Mbak Ragil yang bisa menunaikan amanah tersebut.
Aku dan Mbak Ragil
Aku terinspirasi oleh guru parenting-ku, Bu Yanti Tanjung, ketika kami berada dalam tim manajemen beliau. Seluruh tim manajemen pernah bertemu dengan beliau. Ketika menyelesaikan pertemuan dengan salah satu dari kami, beliau mengucap sukur dan menyampaikan jika telah berazzam ingin bertemu dengan seluruh tim manajemen, entah kapan dan bagaimana caranya.https://narasipost.com/event/reportase-meet-and-greet-tim-redaksi-np/
Di Konapost, mengenal pemred dan tim redaksi, mereka seolah dekat dan seperti keluarga sehingga aku juga menginginkan hal yang sama. Bahkan di naskah tentang Mom Andrea, dengan tidak tahu dirinya aku menyampaikan keinginan, semoga suatu saat bisa berdiri di sebelah Mom Andrea. Begitu juga ketika ada Mbak Ragil di sana. Ada keinginan untuk bersua, entah bagaimana caranya. Apalagi Malang—Sidoarjo hanya berjarak dua jam perjalanan.
Impian itu menjadi nyata saat Iduladha 1445 H. Aku sudah bertekad sejak di rumah, hari ini harus bertemu Mbak Ragil, meski hanya sebentar. Si sulung menyampaikan, “Mi, ditelepon teman Ummi, tapi enggak kuangkat.”
Ketika kutanya siapa, disebutlah sebuah nama yang kuharap bertemu. Namun, melihat tempat salat pada saat itu sudah mulai sepi, seperti pupus harapanku untuk bertemu. Hingga tak kusangka, aku mengenal wajahnya, berjalan lurus dengan muka tersenyum berseri-seri. Aku yakin itu dia. Maka kusapa, eh dia tidak mengenal saya. Gubrak! He he... ya tidak mengapa, 'kan aku bukan artis. Di mana-mana itu fans yang mengenali artisnya, bukan artis yang mengenali fansnya. Ha ha...
Menyapa sekilas, cipika-cipiki, dan kami harus kembali pada keluarga masing-masing yang sudah teriak-teriak memanggil. Ya, pertemuan itu hanya sekilas, tetapi sarat makna. Setidaknya harapan itu ada. Harapan untuk bertemu seluruh tim redaksi NP, entah bagaimana caranya. Mom Andrea dan tim redaksi NP, tunggu saya, ya.
Terakhir, terima kasih Mbak Ragil yang sudah banyak memberikan ilmu pada kami di Konapost. Terima kasih atas kesabarannya menghadapi aku yang sok tahu dan suka mengeyel ini. Semoga berkenan. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam suasana yang lebih longgar sehingga bisa merajut ukhuwah lebih panjang. Amin. []
#MerakiLiterasi
#NarasiPostCom
#MediaDakwah
Jazakillah khoir mom Andrea dan tim NP sudah menayangkan tulisan saya.
Yaa Allah mba Mimi sudah pernah ketemu mbak Dia. Mba Netty sua pernah ketemu mba Ragil. Semoga saya juga bisa bertemu dengan sahabat Konapost. Aamiin.
Hayuuk kopdar. Aq melu.
alhamdulillah akhirnya bisa tatap muka. Senang pastinya ya, mba. Sama, saya juga suka dengan tulisan mba Ragil apalagi jika ngupas ekonomi. Hal yang berat tapi bisa dinarasikan kayak lagi duduk di warung kopi. Selamat, ya mba sudah berhasil nulis tentang mba Ragil. Karena ga mudah kan kita nulis story tentang orang lain yang kita kenal sebagai orang yang punya prestasi khususnya di dunia literasi.
Betul mb. Renyah, gurih, ngangenin. He he
Saya juga suka baca serial Yu Sri. Barakallah untuk mbak Netty dan mbak Ragil
Aamiin... Wa fiik baarakallahu. Matur nuwun mb sudah mampir