Sejumput asaku juga menjadi harapan bagi teman-temanku. Tetaplah menjadi seperti mutiara yang berkilau meski berada di tengah badai ujian.
Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku/Bianglala Aksara)
NarasiPost.Com-"Ustazah, aku boleh diberi amanah apa pun, asalkan jangan menulis, please!" Aku menemukan potongan kalimat tersebut tertulis dalam naskah story-nya. Permohonan itu ia tujukan pada gurunya kala itu karena merasa tak mampu dan tak bisa menulis. Ia bahkan membencinya. Namun, tahukah kalian bahwa tak ada kebencian abadi, sebagaimana tidak ada kecintaan yang abadi di dunia ini? Semua rasa bisa berubah kapan saja dan di mana saja.
Demikian pula dengan kebencian dan ketidaksukaannya pada dunia tulis-menulis. Semua berubah. Bukan hanya tak suka menulis, saat ini ia bahkan menjadi salah satu "ratunya" penulis opini. Yup, bukan ratu yang duduk di singgasana dan bertakhtakan segenggam berlian, tetapi ratu dalam menggoreskan aksara demi menyebarkan pemikiran Islam. Kualitas tulisannya yang telah teruji telah membuat seseorang yang begitu istimewa (di hatiku dan hatinya) sampai memberinya gelar, "Mutiara dari Pasundan".
Maka, benarlah kata orang, "Jangan terlalu membenci sesuatu, nanti bisa jadi kamu menyukainya." Ini kiranya yang terjadi pada seseorang yang kukenal. Meski tak pernah bersua di dunia nyata, aku cukup mengenalnya dari karya dan kiprahnya. Beliau itu, dari tidak suka menulis kemudian menjadi piawai dalam merangkai kalimat menggugah yang tertuang dalam tulisan-tulisannya. Tulisannya pun sangat tajam saat mengupas suatu fakta. Mungkin ia tak tahu jika tulisannya menjadi salah satu inspirasiku dalam menulis. Betul, itu kamu, Teh Nurjamilah!
Perjumpaan dengan NP
Selalu saja ada sejumput kisah saat mengenal dan berjumpa dengan seseorang. Begitu pun dengan Teh Nurjamilah saat berjumpa dan mengenal Founder NP, Mom Andrea. Perkenalan dalam sebuah kelas kepenulisan dengan mom membuatnya langsung berpikir bahwa Mom Andrea itu istimewa. Benar saja, suatu ketika mom mempersilakan siapa pun yang ingin mengirimkan tulisan pada website yang dimilikinya.
Singkat cerita, Teh Nur sebagai penulis pemula saat itu, juga ikut meninggalkan jejak tulisan di website pribadi Mom Andrea yang bernama www.AndreaNews.Com. Momen perdana mengirim naskah tersebut terjadi pada 14 Oktober 2020. Tak perlu menunggu lama, sehari kemudian naskah Teh Nur yang berjudul Vaksin Covid-19 Bisnis Menggiurkan di Tengah Pandemi pun sudah tayang. Niat hati ingin terus mengirim naskah pada website mom ternyata kandas di tengah jalan. Tak pernah disangka, naskah berikutnya ternyata ditolak secara bertubi-tubi oleh sang editor.
Penolakan bertubi-tubi tersebut membuatnya down. Ia tak mau lagi menulis dan menyadari bahwa bakat menulis bukanlah miliknya. Namun, suntikan semangat dari sahabat, para guru, termasuk mom sendiri telah membangkitkan semangatnya yang "mati suri". Teh Nur pun menjadi seperti burung yang terus terbang melesat tanpa mampu dibendung. Berbagai challenge NP yang diikuti berhasil mengantarkannya sebagai sang jawara. Itu pula yang membawa Teh Nur menjadi bagian penting dalam "gerbong" NP hingga saat ini.
Editor Super Teliti
Saat ini, Teh Nurjamilah menjadi bagian dari Tim Redaksi NarasiPost.Com. Beliau biasanya bertanggung jawab untuk menangani Opini, World News, dan Surat Pembaca (SP). Kemampuan menulisnya pun nyaris merata di berbagai rubrik, seperti Opini, World News, Family, dan Motivasi. Namun, ada seseorang yang bilang agar jangan menyuruhnya menulis rubrik Story, Cerpen, Sastra, dan Traveling. Benarkah ini, Teh Nur? Apakah karena seperti aku? Kata seseorang, cerpenku yang berjudul La Bucona, adalah cerpen rasa World News. Ah, entahlah, apakah itu pujian atau karena diksiku yang terlalu kaku.
Sebagai seorang editor naskah, beliau terkenal sangat teliti. Ketelitian memang menjadi salah satu modal bagi seorang editor saat memeriksa naskah. Jika tak teliti maka bisa dipastikan kesalahan di naskah tersebut akan terlewat. Karenanya naskah para penulis yang sudah menjadi "jatahnya" akan diperiksa dengan detail di setiap kalimatnya. Beliau juga tak segan-segan berdiskusi tentang naskah para penulis jika solusi Islam dalam naskah tersebut dianggap masih kurang.
Tak hanya menjadi editor naskah, Teh Nur juga diberi amanah oleh Mom Andrea untuk menjadi editor buku-buku NP. Salah satu buku keluaran NP yang telah dieditori oleh Teh Nur adalah buku solo perdanaku yang berjudul Rempaka Literasiku. Beliau sangat amanah dan gercep saat mengedit naskah buku milikku tersebut. Tak perlu menunggu berbulan-bulan, naskah buku milikku pun sudah dikirim ke percetakan untuk segera dicetak.
Tak hanya buku milikku, beliau juga sangat amanah melakukan tugasnya mengedit buku-buku NP lainnya termasuk buku milik Mom Andrea. Karena sifat amanahnya itulah sehingga mom tak segan memberi fee lebih pada Teh Nur. Beliau juga sosok pribadi yang baik dan ramah. Namun, kalau sudah berbicara tentang challenge maka beliau akan menjadi orang yang berbeda. Teh Nur merupakan salah satu editor naskah challenge yang sangat pelit memberi nilai. Selain itu, penilaiannya pun dilakukan secara terperinci. Jadi, tak ada kompromi soal nilai jika memang naskah tersebut kurang berbobot. Ah, andai dia bisa disuap. Hehe ... bercanda!
Mutiara yang Hilang
Selain mengedit naskah, Teh Nur juga diberi amanah untuk mengampu Tim Penulis Inti (TPI). Tugas tersebut dijalankan bersama seorang admin lainnya, yaitu Mbak Miladiah. Menjadi admin di TPI memang tidak mudah. Ada berbagai program dan agenda yang harus dikerjakan demi meng-upgrade anggota tim inti yang berada di bawah asuhannya. Karena tugas mengampu TPI itulah membuat Teh Nur jarang meninggalkan jejak di grup Konapost. Apakah kalian penghuni Konapost merasa kehilangan sosoknya?
Jika pertanyaan itu ditujukan padaku maka aku jelas merasa kehilangan sosoknya, baik sebagai admin TPI maupun sebagai penulis yang aku kagumi. Sebagai admin TPI, entah mengapa sosoknya sering kali menghilang. Dari satu hari bahkan sampai berhari-hari, aku sering tak melihatnya menyambangi kami di grup TPI. Jujur, aku terkadang ingin bertanya, "Kemanakah dirimu? Begitu menyenangkankah mojok di suatu tempat, Teh Nur?" Hehe ...
Tak hanya sering menghilang karena segudang aktivitas, saat sakit pun beliau sering kali menghilang hingga mom kesulitan mencarinya. Tahukah, betapa sepi grup TPI tanpa kehadiranmu dan Mbak Mila? Aku tahu, tugas dan amanah kalian pasti banyak hingga sering kali tak sempat menyelinap di grup TPI meski hanya sesaat. Tahukah juga, tanpa kehadiranmu secara kontinu membersamai TPI, kami seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Saking sepinya, aku sempat mengira sedang berada di grup gaib. Ada beberapa nama admin dan anggota yang terpajang di sana, tetapi wujudnya tak tampak. Ups ...
Tak hanya kehilangannya sebagai pengampu TPI, aku juga merasa kehilangan beliau sebagai seorang penulis. Tak lagi kujumpai naskah keren nan tajam miliknya menghiasi beranda NP. Padahal aku sering menantikan tulisan beliau sejak awal mengenalnya hingga saat ini. Ah, entah kapan terakhir kali aku membaca tulisannya.
Untukmu, my inspiration. Setiap manusia memiliki kesibukan dan ujiannya masing-masing. Kesibukan dan ujian itu terkadang tidak diketahui oleh orang lain. Namun di sisi lain, ada orang-orang yang menganggapmu penting dan membutuhkan kehadiranmu. Ini artinya, kehadiranmu benar-benar penting karena dianggap dapat memberi manfaat bagi orang lain, baik lisan atau tulisanmu.
Jadilah "mutiara" yang memberi manfaat untuk orang lain karena Rasulullah saw. pernah bersabda dalam hadis riwayat Ahmad, ath-Thabrani, dan ad-Daruqutni, "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia."
Sejumput asaku juga menjadi harapan bagi teman-temanku. Tetaplah menjadi seperti mutiara yang berkilau meski berada di tengah badai ujian. Love you, Teh "Emy" Nurjamilah.
Wallahu a'lam bish-shawaab.[]
Dari story ini saya merasakan ketulusan dari Mbak Sartinah untuk Admin penulis inti. Naskah yang mengandung bawang.
Barakallah untuk Mbak Sartinah dan Teh Nurjamilah
Barakallahu fiik MbK Sartinah dan teh Nurjamilah. Terakhir membaca naskah mbak Nurjamilah sepertinya tahun 2023 deh. Kalau ngak salah ingat. Weh semoga segera menetaskan tulisan kerennya. Aamiin
Ya satu yang membuat kangen dan dirindukan ya memang menulis. Meski untuk merangkai kata butuh inspirasi dan hati yang sungguh-sungguh maksimal. Kesal pun sering menyvangi. Namun, setelah tayang di media hatipun berbunga-bunga. Terlebih jika tayangnya di narasi post com.
Sama-sama keren nih mba Sartinah yang menulis naskah maupun mba Nur Jamilah yang menginspirasi tulisannya.
Oh ya siapa si nama FBnya Mba Nur Jamilah?
Syukran Bu Dewi. Nama fb-nya Emy Noer Jameelah.
Wow... Duo penulis kereeen. Semoga ketularan jadi penulis hebat seperti mereka
Aamiin, saya pun masih harus banyak belajar, Mbak.
Barakallah fiikum Mbak Nurjamilah dan Mbak Sartinah.. dua penulis keren..
Saya pun bertanya-tanya di manakah gerangan Mbak Nurjamilah..
Sepertinya Mbak Nurjamilah masih mojok di suatu tempat, hehe ...
Masya Allah, Teh Nurjamilah memang luar biasa.
Begitu pula dengan penulis naskah ini.
Baarakallaah fiikunna Teh Nurjamilah dan Mbak Sartinah.
Aamiin, wa fiik barakallah, Bu