Aku dan “Dia”

Aku dan Dia

Di usia Mbak Dia yang masih muda, aku akui bahwa pencapaiannya dalam dunia literasi begitu hebat, Guys. Ia mampu menjadi salah satu editor di NP.

Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Hai, teman sebaya! Izinkan aku me-review sosokmu dulu, ya! Tenang, aku akan menyampaikan semua tentangmu dengan jujur dan murni, semurni emas 24 karat. Hihihi.

Guys, jujur, aku baru mengenalnya saat bergabung ke Grup Konapost. Belum lama memang, perkenalan kami baru terjalin sekitar 6 bulan lebih, tapi karena sifatnya yang humble (cukup humble ya, bukan humblebrag), aku merasa nyaman berinteraksi dengannya. Mungkin juga karena usia kami sebaya. Tapi, sebenarnya gak sebaya banget juga, sih. Karena kami beda setahun. Dia lahir di akhir tahun, tepatnya pada bulan Desember 1991, sedangkan aku lahir di awal tahun, tepatnya pada bulan Januari 1992. Tapi, demi menghargai awal dan akhir tahun yang ada, kami sepakat untuk menjadi teman sebaya saja, supaya sama-sama berasa tua, sekaligus sama-sama berasa muda. Hahaha.

Baiklah, apakah kalian penasaran dengan temanku itu? Sini, sini, aku beri tahu. Namanya adalah Dia. Ha? Dia siapa? Iya, namanya Dia, D-I-A. Bukan dia si kata pengganti dalam Bahasa Indonesia. Nama lengkapnya Dia Dwi Arista.

Jadi, kita mau menggibah Mbak Dia tentang apa, nih? Hehehe. Enggak, ya. Di tulisan ini, aku ingin bercerita tentang sosok hebatnya yang telah sukses berkiprah bersama NP. Penasaran? Nah, baca ceritanya sampai titik paling akhir di naskah ini, ya!

Kiprah Dia di NP

Saat aku bongkar-bongkar naskah besutannya di NP, namanya aku temui dalam berbagai rubrik tulisan, ada Opini, World News, Medical, dan Story. Mungkin masih ada rubrik lain juga yang pernah ia tulis. Ternyata, ia juga salah seorang yang multitalenta, Guys. Tak heran jika Mom Andrea memilihnya untuk menjadi salah satu editor di NP.

Kepercayaan yang Mom Andrea berikan kepadanya untuk menjadi editor naskah yang masuk ke NP merupakan bukti konkret atas kiprahnya di NP selama ini dan terbukti, sampai saat ini, NP berhasil membesarkan namanya di jagat literasi bersama dirinya dan para tim hebat lainnya yang telah dibentuk oleh Mom Andrea.

Tak Mudah Menjadi Editor

Di usia Mbak Dia yang masih muda, aku akui bahwa pencapaiannya dalam dunia literasi begitu hebat, Guys. Ia mampu menjadi salah satu editor di NP. Media yang aku rasa sangat perfeksionis dari segala sisi dan ternyata dia berhasil mengimbangi ritme kerja NP yang aku rasa sangat berpacu dengan waktu. Aku yakin, tak semua orang bisa berjalan berdampingan dengan ritme kerja NP. Wah, aku tak bisa membayangkan bagaimana caranya ia membagi waktu dalam satu hari.

FYI, Guys, tak mudah untuk menjadi seorang editor. Menurutku, effort untuk mengedit satu naskah hampir sama dengan effort untuk menulis satu naskah. Jadi, bayangkan saja jika setiap hari Mbak Dia harus bergelut dengan naskah-naskah dari para penulis, apalagi saat masa-masa challenge seperti sekarang, pasti tumpukan naskah di meja redaksinya makin bertambah. Ia pasti butuh banyak waktu untuk mengedit naskah-naskah yang masuk.

Aku ingat sekali, saat Mbak Dia bercerita tentang perjuangannya mengedit naskah di malam hari atau dini hari menjelang subuh, handphone-nya sampai terjatuh beberapa kali karena kondisi mata yang sudah hampir merem. Untungnya, HP-nya enggak jatuh ke kepala adik bayi.

Sampai begitu perjuangannya, Guys. Jadi, buat para penulis yang sering bergadang sampai larut malam untuk menyiapkan tulisannya, menahan beratnya kantuk yang mendera sampai HP jatuh berkali-kali, tenang, Guys. Kalian tidak sendiri, editor kita juga sampai begitu. Kita mah mending masih satu naskah, itu juga punya kita sendiri. Editor? Bisa jadi dalam satu malam, mereka melahap lebih dari satu naskah, mengabaikan kantuk yang datang dan harus rela mengurangi waktu tidur, duh, sabar-sabar, ya, para editor. Kami masih baru bisa terima bersih, belum bisa terima gaji. Eh, kok ke mana-mana, ya. Hihihi. Tapi, aku serius, nih. Intinya standing applause untuk Mbak Dia dan tim editor yang lain.

Dia juga Sosok Ibu

Guys, kehebatan Mbak Dia di mataku makin bertambah, tatkala aku tahu bahwa ia juga seorang ibu dari tiga orang anak. Betapa tidak, aku juga seorang ibu dengan tiga orang anak yang berjarak dekat, aku paham betul bagaimana repotnya mengurusi anak-anak. Mulai dari mereka bangun tidur sampai nanti menjelang tidur lagi. Mau makan dengan santai atau sekadar me time saja butuh curi-curi waktu. Belum lagi amanahnya sebagai istri dan amanah-amanah yang lain. Waktu untuk istirahat hampir-hampir tidak ada. Waktu 24 jam kadang terasa kurang.

Akan tetapi, Mbak Dia telah menjadi sosok ibu yang penuh dedikasi, tidak hanya berdedikasi untuk keluarganya, tapi juga untuk keluarga besar dan para sahabat NP. Ia adalah salah satu dari para ibu hebat yang memiliki kontribusi besar di dunia literasi.

Dia di Mata Sahabat NP

Guys, sosoknya yang hangat dan ramah hampir diakui oleh semua orang yang mengenalnya, termasuk Mom Andrea, Pemred NP. Bahkan, ia juga termasuk salah satu admin yang gesit untuk mengeksekusi naskah-naskah di rubriknya dan sangat membantu Mom untuk mengeksekusi program-program di NP. Dedikasi dan amanahnya pun diakui oleh Mom Andrea.

Ada satu julukan yang disematkan Mom Andrea untuknya, yaitu “Bos Cilok”. Pertama mendengar julukannya, aku sempat bertanya, apakah ia bergelut di dunia kuliner dan memiliki usaha cilok? Ternyata bukan, Guys. Saat aku bertanya padanya kenapa Mom memberikannya julukan itu, ia hanya menjawab ceritanya panjang. Padahal, sepanjang apa pun ceritanya, aku bisa jadi pendengar setia, atuh, Mbak Dia. Hehehe. Tapi berkat challenge ini, lewat tulisan dari sahabat NP, aku jadi tahu asal usul mengapa ia mendapat julukan itu.

Mom juga pernah berkata bahwa admin yang ini rada-rada “bandel”. Tapi memang iya, sih. Selain periang binti cerah ceria, admin yang satu ini ada serat-serat “mengeyel”. Akan tetapi, jangan berburuk sangka dulu, ya, Guys. Buatku pribadi, justru sikap “mengeyel” itu, yang selalu membuat kangen.

https://narasipost.com/challenge-true-story/03/2023/surat-cinta-dari-np/

Sifatnya yang luwes, juga membuat ia mudah berteman dengan siapa saja. Grup Konapost pun terasa sepi tanpa sapaan darinya. (Nah, setelah baca ini, rajin-rajin menyapa warga Konapost, ya, Mbak), hehehe.

Menebar Kebaikan Bersama NP

By the way, melihat kinerja Mbak Dia, aku teringat akan firman Allah dalam surah Al-Asr:

وَالْعَصْرِۙ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍۙ اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ ەۙ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.”

Aku juga teringat pada hadis dari Rasulullah. Rasul bersabda dalam sebuah hadis:

“Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya. Masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” (HR. Nasa’i dan Baihaqi)

Ya. Mbak Dia telah menghabiskan banyak waktunya bersama NP. Insyaallah, waktu yang ia habiskan adalah untuk kebaikan. Sebab, NP adalah media yang menyebarkan dakwah Islam, yang secara otomatis NP adalah media penebar kebaikan.

Mbak Dia juga sudah memanfaatkan masa mudanya dengan berkiprah dan berkontribusi di media dakwah NP serta memanfaatkan waktu luang (bahkan mengorbankan waktu istirahat) untuk mencapai target-target kebaikan di NP.

At last, but not least. Terima kasih atas segala keceriaan yang sudah engkau berikan di Grup Konapost. Semoga setiap keceriaan yang engkau bagi pada kami, kelak akan menjadi pahala bagimu. Ya. Bukankah membuat saudaranya tertawa akan berpahala?

Semoga NP senantiasa menjadi media yang semakin penuh warna dan terdepan dalam menyampaikan dakwah. Semangat dan tetaplah berbagi keceriaan seperti biasa!

Wallahu’alam bishowab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Arum Indah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Penyihir Malam, Kiprah Perempuan di Medan Perang
Next
Totalitas Tanpa Batas
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

8 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
3 months ago

Barakallah untuk mbak Arum dan mbak Dia

angesti widadi
3 months ago

tulisannya asyikkk bgt, ga ngebosenin!

Netty al Kayyisa
Netty al Kayyisa
4 months ago

Wuih sdh meluncur. Saya masih merangkai kata untuk Dia. Wkwkwk...

Arum indah
Arum indah
Reply to  Netty al Kayyisa
3 months ago

Dr kemarin pas tulisan ini belom jadi, saya asyik kepikiran mbak diaa teruus..

Skrg mau buat story ttg mom, kepikiran mom terus. Wkwkkwk..

Novianti
Novianti
4 months ago

Mba Dia, tempat saya bertanya. Tidak hanya itu, beliau juga motivator dan penghibur. Padahal usianya jauh lebih muda dari saya. Jadi malu, yang tua belum tentu lebih bijak. Tapi saya memang salut dengan para tim NP yang masih muda tapi glowing amalan. Tulisan ini membuat saya makin kagum pada mba Dia dan tim. Barokallohu fiikum

Dia dwi arista
Dia dwi arista
Reply to  Novianti
4 months ago

Mbak, jangan ketinggian. Nanti gak sesuai realitas jatuhnya sakit. Yuk ah saya tunggu review ttg saya. Wkwkwkw

Novianti
Novianti
Reply to  Dia dwi arista
4 months ago

Iya, nih belum bisa nulis. Baru beberes urusan sekolah akhir tahun. Biasa gunting pita sana sini.. Bencanda. Moga bisa otw ya, mba

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram