Menggapainya, Sebuah Perjalanan dan Proses yang Panjang

”Acara berjalan lancar walau saya sempat salah karena grogi. Dengan semua proses ini, saya mengajarkan pada anak-anak bahwa belajar itu kapan saja, di mana saja, dan dalam kondisi bagaimanapun”

Oleh. Sherly Agustina, M.Ag
(Kontributor NarasiPost.Com & Penulis)

NarasiPost.Com-Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim)

Tulisan ini kisah pribadi selama penulis belajar Qiraati, salah satu metode membaca Al-Qur'an. Pertama kali mempelajarinya di tahun 2010, saat itu masih gadis. Melamar ke salah satu sekolah IT di tempat saya dan dikirim untuk training ke IT pusat di Bogor. Sekolah tersebut menggunakan metode Qiraati dalam proses pembelajaran terhadap anak-anak. Cara baca yang unik, namun saat itu belum membuat saya jatuh hati.

Belajar dari jilid 1 hingga juz 27, gharib dan tajwid tak dipelajari detail tapi bukunya bisa dipelajari sendiri. Sebenarnya cukup sulit belajar Qiraati, akan tetapi pada saat itu saya bisa diajak akselerasi dengan waktu hanya dua bulan mengikuti waktu training saya. Dari percepatan tersebut, saya hanya sampai di tahap tashih belum metodologi dan syahadah. Ketika pulang ke kota asal tempat saya mengajar, saat itu sekolah baru berdiri jadi saya yang meng-handle Qiraati dan tahfiz di sekolah tersebut.

Sayangnya, saya tak bisa lama mengajar di tempat tersebut karena satu dan lain hal. Kira-kira kurang dari satu tahun saya mengajar di tempat tersebut merangkap Pjs sekolah. Syahadah dan metodologi yang seharusnya saya jalani akhirnya tertunda karena saya tidak lagi mengajar di IT. Berkelana, saya mengajar di tempat lain, di kampus BSI Tangerang, Untirta, dan salah satu ponpes milik teman di Kota Serang. Hingga saya menikah di tahun 2013, pembelajaran Qiraati saya masih tertunda.

Memulai Kembali yang Tertunda

Tahun 2016, saya hamil muda anak kedua mulai lagi belajar Qiraati pada teman saya yang sudah syahadah. Dalam hati, kali ini saya harus sampai pada syahadah yang dinanti. Hingga hamil besar anak kedua, belajar Qiraati saya tertunda kembali. Menunggu proses lahiran anak kedua, dan kesibukan lainnya. Tahun 2017 saya pindah ke rumah yang dibeli suami, kebetulan di tempat baru dekat ke tempat pusat pembelajaran Qiraati. Alangkah senangnya hati, karena ini yang sejak dulu dinanti.

Tak pernah menduga bisa dekat dengan pusat pembelajaran Qiraati di Kota Cilegon, bahkan Kabupaten Serang. Ditambah anak sulung saya, sekolah di dekat rumah beliau yang menjadi koordinator pusat Qiraati di sekitar tempat tinggal. Tahun 2018, sambil mengantarkan anak sekolah TK, saya belajar Qiraati mengulang lagi dari jilid 1. Pikirku, tak apa harus mengulang lagi dari nol karena sudah lama tak belajar Qiraati. Hari-hari kulewati, hingga sampai di jilid 6. Saat itu saya hamil anak ketiga, ingin segera menuntaskan jilid 6 dan menuju Al-Qur'an.

Terhalang pandemi 2 tahun menambah kendala pembelajaran Qiraati, ditambah menjelang persalinan anak ketiga. Setelah melahirkan, rehat dulu sampai kondisi stabil bisa dan bisa mobile ke sana ke mari. Ketika kondisi mulai stabil, anak ketiga mulai bisa diajak menjemput kakaknya yang sekolah TK, saya bertekad untuk melanjutkan kembali pembelajaran Qiraati yang lagi-lagi tertunda.

Memulai kembali di tahapan belajar Al-Qur'an sambil membawa baby berusia kurang lebih 5 atau 6 bulan. Sungguh nikmatnya belajar sambil membawa baby, tetapi karena tekad sudah bulat, maka mau tidak mau harus saya lewati. Alhamdulillah bisa dilewati tahapan belajar Al-Qur'an, sudah tes masuk di tahapan gharib. Belajar Qiraati setiap naik tahapan di tes terlebih dahulu oleh koordinator yang menanggungjawabi.

Di proses gharib, harus menghafal semua yang ada di buku, misalnya kata 'lamin' keterangannya apa, ada di surah apa, ayat berapa dan juz berapa. Belajar saat sudah menikah dan punya anak tiga tentu tidak mudah. Pikiran sudah mulai bercabang ke mana-mana. Kembali lagi pada tekad, saya harus bisa dan pasti bisa, insyaallah. Gharib bisa dilewati beberapa bulan, masuk di tahapan tajwid setelah lulus tes gharib. Allah memudahkan saya, dan bisa melewati proses tajwid beberapa bulan.

Padahal, saat di tahapan tajwid Allah menguji saya dengan masalah keluarga. Adik pergi dari rumah entah ke mana, merasa sebagai anak pertama tak berguna, sedih melihat bapak yang banyak pikiran memikirkan anak bungsunya. Berharap, di masa tuanya seharusnya bisa menikmati hidup dengan lebih santai, bahagia, tenang, dan indah. Apalah daya, Allah menguji kami dengan kondisi ini.

Menuju Tahap Akhir

Tahap akhir menuju syahadah ialah finishing, menghafal semua yang sudah pernah dipelajari. Gharib, tajwid, doa-doa harian, surah-surah pendek, awal dan akhir surah serta petikan ayat untuk dilanjutkan dan dijawab ada di surah apa. Hati mulai gundah tak karuan dan senang tentunya, sampai juga di tahapan terakhir. Tes menuju tashih di depan mata, sudah berusaha dan berserah kepada Allah semoga lulus. Ternyata, Alhamdulillah lulus walau nilai kurang memuaskan menurut saya pribadi. Nilai fasohah saya standar, nilai keseluruhan di peringkat kedua sama dengan salah satu utusan dari Ciruas.

Masih ada tahapan metodologi karena syahadah saya untuk mengajar. Metodologi yang dilakukan beberapa hari, mempelajari bagaimana cara mengajar mulai dari jilid pra-TK hingga finishing. Setelah itu apakah sudah selesai? Belum, masih ada PMQ yaitu Praktik Mengajar Qiraati. Jadi, setelah mendapat teori di metodologi, dipraktikkan di PMQ. Seru dan semua rasa bercampur, mengajar itu gampang-gampang susah karena menghadapi anak-anak itu luar biasa.

Saat PMQ, sakit batuk belum reda. Hari pertama jadwal mengajar pra-TKA yang luar biasa aktifnya. Suara sampai habis, anak menangis dan waktu habis sementara materi yang seharusnya diajarkan tak sesuai target yang disampaikan saat metodologi. Pengalaman ini sangat berharga untuk saya pribadi, tetap komitmen dengan apa yang didapat di metodologi apa pun kondisi di lapangan. So, pengalaman yang unforgettable.

Selesai PMQ, satu proses lagi yang harus dilewati yaitu khatmil. Ujian di hadapan orang banyak menghafal semuanya, gharib dan tajwid tanpa melihat. Setelah itu ditanya layaknya ujian lisan. Nervous-nya luar biasa saat itu, tetapi senang dihadiri suami dan anak-anak. Acara berjalan lancar walau saya sempat salah karena grogi. Dengan semua proses ini, saya mengajarkan pada anak-anak bahwa belajar itu kapan saja, di mana saja, dan dalam kondisi bagaimanapun. Saya yang sudah menikah dan punya anak masih semangat belajar, maka anak-anak harus lebih semangat.

Di hari bahagia itu, akhirnya sertifikat syahadah bisa saya dapatkan bersama peserta lainnya. Bahagia tak terkira, belajar Qiraati dari 2010 bisa mendapatkan syahadah di tahun 2023. Selama 13 tahun dilewati, banyak kendala dan lainnya harus dijalani. Jika tekad sudah bulat, niatkan karena Allah, jalani saja hingga sampai pada waktunya. Qadarullah, ternyata ini maunya Allah saya melewati semua tanpa putus asa, sabar dan ikhlas.

Setelah mendapat syahadah, apakah selesai? Tentu tidak, babak baru akan dimulai karena jika sudah mendapat syahadah diaplikasikan lewat mengajar. Melihat saya di titik ini, sulung saya termotivasi dan sekarang sudah di tahapan finishing. Terlambat, karena awalnya saya targetkan sulung ikut khatmil sebelum bulan puasa kemarin. Insyaallah, dilanjutkan di tempat baru hingga tuntas. Semoga story ini bisa diambil hikmahnya dan memberikan manfaat untuk orang lain. Aamiin. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Sherly Agustina M.Ag. Kontributor NarasiPost.Com dan penulis literasi
Previous
Ketika para Angsa Kecanduan Narkotika
Next
Janda Menderita, Siapa yang Bela?
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Ingin belajar metode qiraati juga. Karena sebelumnya saya belajar beberapa metode yang lain.

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

alhamdulillah ya mbak.. pingin banget belajar qiroati..

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Masyaallah, tahniah Mb Sherly atas perjuangan, pengorbanan, dan kesabarannya mempelajari salah satu ilmu Islam. Punya beberapa anak dan masih konsisten belajar Al-Qur'an adalah luar biasa. Semoga berkah ilmunta

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Masyaallah tabarakallah Mb Sherly selamat ya, sebuah kesabaran belajar yang teruji. Dalam perjuangan yg terindah, tersabar, terikhlas dan teeerrrrr lainnya.

Dan dirimu hebat telah melewatinya dg baik. Semoga ilmunya berkah dunia akhirat. Aamiin inspiring.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Kisahnya hampir mirip dengan saya. Menaklukkan metode Qiroati. Hanya daja saya hanya sampai tasheh saja. Berhenti karena Pandemi. Mau mulai lanjut, harus mulai awal lagi. Ingin sekali lanjut. Semoga Allah Mampukan segera menyusul. Mohon do'anya.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram