"Surat An-Najm (78) ayat 39 ini Allah Swt. berfirman:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
Ayat ini seperti membangunkan saya dari tidur panjang dan memaksa keluar dari comfort zone selama ini dengan dalih demi anak-anak. Mestinya bisa terus berkarya tanpa harus meninggalkan anak-anak. Yah, akar masalahnya karena kurang kemauan, kurang ulet dan kurang motivasi dalam mengejar mimpi.
Oleh. Wininatin Khamimah
(Kontributor NarasiPost.Com )
NarasiPost.Com-Sejak berhenti bekerja karena mengikuti tugas suami ke Surabaya, praktis saya jadi ibu rumah tangga yang hampir 24 jam di rumah. Pekan pertama menikmati betul jadi orang 'rumahan'. Segala urusan rumah tangga dikerjakan sendiri, mulai menguras bak mandi hingga bayar listrik. Satu bulan berlalu sudah. Bulan berikutnya kejenuhan, rasa minder, nelangsa dan menyesal karena ilmu tidak dipraktikkan mulai melanda. Rasa minder mungkin juga rasa iri saat ada teman kuliah dulu muncul di TV atau koran, juga saat melihat orang-orang yang sukses di bidangnya yang seusia saya, bahkan ada yang jauh lebih muda dari saya. Melihat itu semua, benar-benar I’m no one, I’m nothing.
Belum lagi dari segi finansial, biasanya punya gaji sendiri, tetapi sekarang sepenuhnya tergantung pada suami. Karena tidak punya penghasilan sendiri, mau menyisihkan uang belanja untuk membeli buku merasa sungkan. Dari situ saya melamar menjadi dosen di beberapa universitas, tetapi tak satu pun yang merespon. Maklum meski ada pengalaman mengajar di sebuah STIE di Jakarta, ijazah cuma S1. Pada saat itu mulai berlaku untuk menjadi dosen minimal harus lulusan S2. Untuk bisnis pun, bingung harus bisnis apa, pangsa pasarnya siapa, modalnya dari mana dan pertanyaan-pertanyaan lain yang sulit dijawab.
Di tengah kegalauan ini, untunglah ada stasiun TV lokal yang akan mengudara. Sejak bertahun-tahun punya rancangan acara kuis di TV. Alhamdulilah, proposal acara kuis disetujui, beberapa bulan kemudian ditayangkan. Karena satu dan lain hal, kerja sama ini berakhir lebih awal. Duh! Profesi pengacara (pengangguran banyak acara) kembali dijalani. Perasaan minder, bingung harus berbuat apa dan tak berdaya terus berlangsung hingga kelahiran anak ketiga. Hingga saat membacakan majalah anak-anak untuk si sulung, saya menemukan halaman yang memuat surat An-Najm (78) ayat 39. Dalam ayat ini Allah Swt. berfirman:
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”
Ayat ini seperti membangunkan saya dari tidur panjang dan memaksa keluar dari comfort zone selama ini dengan dalih demi anak-anak. Mestinya bisa terus berkarya tanpa harus meninggalkan anak-anak. Yah, akar masalahnya karena kurang kemauan, kurang ulet dan kurang motivasi dalam mengejar mimpi.
Alhamdulilah, dari satu ayat Al-Qur’an ini terpacu untuk terus menggali potensi diri, antara lain menulis, menerjemah dan mengedit buku. Oh Allah, saya malu. Kenapa dari dulu tidak akrab dengan firman suci-Mu yang di dalamnya banyak mutiara hikmah untuk kemaslahatan hamba-Mu. Pepatah Arab yang populer benar-benar terasa: Man jadda wa jada, siapa yang bersungguh-sungguh dia yang mendapat. Sungguh!
Momen lain yang membangunkan kesadaran agar menjadi pribadi lebih baik dan produktif adalah Tahun Baru Hijriah. Pada malam 1 Muharam biasanya bermuhasabah atas ucapan, sikap, perbuatan selama setahun ini. Ibadah-ibadah yang masih jauh dari harapan sebagai seorang muslim yang mengharap rida Allah Swt. Air mata meleleh manakala ingat betapa banyak dan rumit persoalan-persoalan umat, juga beban derita yang ditanggung saudara-saudara sesama muslim di sekeliling kita, sementara saya belum mampu berbuat apa-apa. Sungguh malu, Allah Swt. memberi kesehatan fisik dan mental, tetapi kontribusi untuk orang-orang di sekitar kecil sekali. Kesibukan mengurus rumah tangga sering dijadikan alasan untuk lari dari permasalahan-permasalahan umat. Hanya penyesalan yang tersisa kenapa waktu satu tahun tidak dimanfaatkan secara optimal untuk berbuat yang terbaik. Waktu tidak bisa diputar kembali, waktu terus berlalu hingga fajar 1 Muharam datang kembali.
Pada 1 Muharam jiwa segar kembali, bagai tanah kering yang diguyur hujan dan kemudian siap ditanami. Kejenuhan akan rutinitas sehari-hari seperti hilang tergantikan semangat menyambut harapan baru, kegiatan baru dan peluang-peluang baru. Pada 1 Muharam dengan semangat rencana-rencana selama satu tahun ke depan dibuat, jadwal kegiatan sehari-hari disusun. Banyak kegiatan yang ditulis untuk dilaksanakan, mulai salat tahajud, berkebun, merawat diri, membuat proyek sosial hingga menulis buku. Wah! Ceklis kegiatan dan ‘proyek’ ini sepertinya mudah dilakukan. Seakan-akan tinggal mengayun satu langkah, semua itu akan tercapai.
Namun dalam praktiknya sulit dilakukan. Makin jauh dari 1 Muharam, semangat perbaikan yang membara dalam segala hal lambat laun meredup. Target-target yang ditetapkan tidak semua tercapai. Ibadah-ibadah sunah tidak sepenuhnya dijalani, beberapa proyek terbengkalai. Sering berdalih, namanya iman kan naik turun, wajar kalau ibadah kadang kencang, kadang kendor. Kondisi tubuh juga tidak selalu prima, kadang fit, kadang loyo. Betapa sulit untuk istikamah dalam kebaikan. Ketidakmampuan dalam manajemen diri ternyata jawabnya. Manajemen diri berarti juga manajemen waktu yang harus dikelola dengan cermat selama 24 jam. Manajemen diri ini bisa berjalan baik kalau kita mau disiplin. Disiplin bisa tegak bila tahu arah yang dituju. Dalam hal ini visi hidup harus jelas, agar dalam perjalanannya tidak melenceng tak tentu arah.
Perlu dicanangkan dalam diri kita, saat satu Muharam datang adalah saat untuk tersenyum menikmati hasil-hasil yang sudah diraih selama satu tahun. Bukan penyesalan-penyesalan yang tiada guna. Saat satu Muharam, juga saat yang tepat untuk bertekad terus berbuat baik meskipun hal kecil. It’s better light a candle than condemn the dark. Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan. Lebih baik berbuat nyata meski hal kecil dan sederhana daripada hanya mengeluh dan menyalahkan keadaan.[]
Ya Allah, ini salah satu tulisan yg menginspirasi, agar ke depannya jauh lebih baik lagi. Nasehat untuk diri sendiri juga.