"Betapa sistem kehidupan sekuler kapitalis hari ini begitu menyusahkan rakyat. Mengeruk harta rakyat lewat legislasi sehingga terkesan elegan. Padahal pemalakan tetaplah pemalakan, rakyat pun mampu mengendusnya."
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Tim Redaksi NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Pagi ini seperti biasa, aku berbelanja sayur dan kebutuhan dapur di warung sayur dekat rumahku. Warung sayur itu adalah langgananku, karena selain dekat dengan rumah, pilihannya juga lengkap, mulai dari sayur-mayur, aneka jenis ikan, ayam, udang, hingga buah-buahan semua ada. Warung sayur ini pun selalu ramai diserbu para ibu yang berbelanja. Seperti pagi itu, tepat pukul 8 aku ke sana, ternyata sudah ada empat orang ibu sedang mengantre. Memilih-milih sayuran.
Bukan ibu-ibu namanya, jika bertemu tak saling sapa dan mengobrol apa saja. Tangan sibuk memilah-milih sayuran, sementara mulut berbicara banyak hal. Begitulah uniknya para ibu.
Pagi itu, aku hanya membeli setengah kilogram bawang merah, 1/4 kilogram bawang putih, satu bonggol brokoli, dan tiga buah wortel. Totalnya sekitar Rp38.000. Lantas seorang ibu berseloroh, "Padahal belanjanya itu aja ya, tapi sampai 38 ribu."
"Ya begitulah Bu, sekarang serba mahal. Apalagi nanti kalau kena pajak." ujarku.
"Loh, memang mau dipajakin, Teh?" tanya si ibu penjual sayur sambil sedikit melotot, kaget.
"Iya Bu, rencananya kan pemerintah akan mengenakan pajak 12% untuk sembako, seperti gula, susu, telur, beras, sagu, buah-buahan dan sayur-sayuran nanti kena pajak." ungkapku.
"Waduuhh… Baru tau saya."ujar ibu warung.
"Iya benar, bahkan katanya sekolah dan lahiran juga kena pajak loh nanti." kata seorang ibu menambahkan.
"Apa-apa dipajakin, makin susah aja nih hidup." seloroh ibu yang lain dengan wajah kesal.
"Iya, sekarang aja apa-apa sudah mahal… Haduhh!" timpal ibu yang lainnya lagi.
"Apalagi pemerintah kan kalau ada apa-apa nggak bilang-bilang, kayak listrik aja tiba-tiba naik… " ujar si ibu warung sambil tangannya sigap membersihkan ikan.
Aku masih menyimak obrolan mereka, padahal belanjaku sudah selesai. Aku tidak membeli ikan hari ini, karena berencana akan memasak telur balado saja.
"Uangnya kan untuk bayar utang, Bu. Jadi apa-apa dikenai pajak. Tahu sendiri utang negara kita kan menumpuk, belum bunganya." timpalku lagi.
"Mereka yang ngutang, kok rakyat yang disuruh bayar? Lagian kita juga nggak ngerasain utangnya. Huh!" ujar seorang ibu tampak kesal.
Aku yang terburu-buru karena meninggalkan anak bayiku bersama kakaknya di rumah pun segera beranjak dari warung sayur itu, menyisakan obrolan 'panas' di kalangan ibu-ibu. Intinya, mereka menjerit pilu atas nasib mereka yang kian tak menentu.
Betapa sistem kehidupan sekuler kapitalis hari ini begitu menyusahkan rakyat. Mengeruk harta rakyat lewat legislasi sehingga terkesan elegan. Padahal pemalakan tetaplah pemalakan, rakyat pun mampu mengendusnya.
Kapitalisme sekuler memang menjadikan pajak sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Tak pandang bulu, kaya miskin wajib bayar pajak. Mirisnya lagi, telat bayar pajak terkena denda dan pajak atas orang kaya direlaksasi alias dikurangi. Alasannya, untuk menstimulus konsumsi barang mewah kepada para orang kaya tersebut. Ah, alasan mengada-ngada. Bilang saja, bahwa konglomerat sahabat penguasa, sementara rakyat kerap ditindas.
Aku jadi merenung sambil menyuapi bayiku dengan bubur saring ikan tuna, tahu putih, dan bayam yang baru tadi pagi kubuat. "Bagaimana nasib anak cucuku nanti jika sistem kehidupan sekuler kapitalis masih dipertahankan?" batinku.
Lantas aku teringat dengan janji Allah bahwa kelak Dia akan memberikan kemenangan kepada kaum muslimin. “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang salih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)
Begitu juga sabda Rasulullah Saw yang selalu terngiang di telingaku.
"…. Kemudian akan tegak khilafah yang mengikuti metode kenabian." (HR.Ahmad)
Betapa Allah dan Rasul-Nya telah memberikan kabar gembira kepada kita bahwa kelak umat Islam akan memimpin dunia. Dengannya, hanya syariat Islam saja menjadi rujukan dalam membuat kebijakan. Tak akan ada kezaliman sistematis, karena Khilafah akan menjalankan roda pemerintahan berdasarkan wahyu ilahi Rabbi.
Dengan tegaknya Islam dalam naungan khilafah, insyallah jerit pilu para ibu akan berakhir. Berganti doa-doa penuh syukur atas terselimutinya negeri ini dengan kemuliaan dan rahmat-Nya. Maka, tak ada yang bisa kita lakukan hari ini selain tetap bersabar dengan segala keburukan yang menimpa kita dan berjuang dengan segala potensi yang kita punya demi tegaknya kembali khilafah yang dijanjikan. Allahu Akbar!!![]
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]