"Kami berangkat ke Surabaya dengan penuh lantunan doa dan keyakinan atas kesembuhan putri kami. Yakin Allah pasti memberikan obat. Yakin pula ini adalah garis takdir yang harus kami jalani. Ini semua merupakan cara Allah untuk menguji hamba-Nya, apakah bisa melalui dengan sabar ataukah tidak. Semoga kami termasuk dalam golongan orang yang sabar."
Oleh. Sri Indrianti
NarasiPost.Com-"Silahkan anaknya di luar didampingi salah satu orang tua. Satunya lagi di dalam, nggih."
Kalimat di atas adalah perkataan dari dokter anak tempat kami memeriksakan ananda. Dua hari ananda panas tinggi mencapai 38 derajat. Ditambah lagi ada lebam di bawah lutut kaki sebelah kiri. Lebam ini dulu pernah muncul saat kelas satu SD yang kami kira hanya karena kecapaian. Nyatanya perkiraan kami salah besar. Permintaan bu dokter agar ananda keluar dengan didampingi salah satu orang tua membuat diri kami diliputi rasa khawatir. Sebab tidak biasanya bu dokter bersikap seperti itu.
Saya diminta suami di dalam saja menyimak penjelasan bu dokter. Benar saja, penjelasan beliau membuat air mata ini hampir berjatuhan. Dengan menguatkan diri, saya menyimak penjelasan beliau. Ya Allah, ananda yang berusia delapan tahun didiagnosis ada kelainan darah. Untuk memperkuat diagnosis, kami diminta tes darah lengkap di RSUD.
Kami ikuti arahan bu dokter untuk tes darah lengkap di RSUD. Tak lepas diri ini melantunkan selawat dan berbagai doa demi kesembuhan putri kami. Berharap hasil tesnya baik, tidak ada kelainan darah. Namun, harapan kami belum terkabul. Tes darah menunjukkan trombosit yang rendah di bawah normal dan ada gumpalan. Kami juga tidak begitu paham.
Hasil tersebut kami bawa ke bu dokter dan ternyata kami diminta tes ulang. Ya Allah, ananda harus merasakan nikmatnya jarum suntik lagi. Berarti kesabaran kami harus ditingkatkan lagi. Sayangnya, tes darah kedua menunjukkan hasil yang sama yakni trombosit yang rendah di bawah normal dan ada gumpalan. Bu dokter menyebutkan bahwa diagnosisnya adalah ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura), salah satu penyakit kelainan darah.
"Ya Rabb, berikanlah pertolongan untuk kesembuhan putri kami."
Bu dokter meminta kami untuk memeriksakan ananda ke salah satu rumah sakit ibu dan anak di Surabaya yang merupakan tempat praktik teman bu dokter yang ahli terkait darah. Kami ikuti arahan bu dokter demi kesembuhan putri kami. Tak peduli seberapa jauh jarak tempuh untuk pengobatan dan seberapa banyak biaya yang kami keluarkan, dengan ikhlas kami lakukan dengan harapan kesembuhan putri kami.
Hati kami rasanya nano-nano. Putri yang kami besarkan sepenuh hati ternyata memiliki kelainan darah. "Ya Rabb, ampuni dosa-dosa kami yang terkadang kurang sabar dalam merawat amanah yang Engkau titipkan ini. Mungkin ini merupakan teguran dari-Mu atas kelalaian yang kami lakukan selama ini. Ya Rabb, sembuhkanlah putri kami."
Tidur malam kami kurangi untuk gantian menjaga putri kami dan mendekatkan diri kepada Allah walaupun ananda sebenarnya sudah tidak panas dan kembali beraktivitas seperti biasa. Permohonan doa kami sebar lewat WhatsApp kepada saudara-saudara salihah. Dengan penuh keikhlasan, saudara-saudara salihah mendoakan kesembuhan putri kami. Tak terasa air mata menetes membaca doa-doa yang dikirimkan kepada kami. Bahkan ada yang awalnya tak saling kenal tiba-tiba menghubungi untuk mendoakan kesembuhan putri kami.
Tiba saatnya kami berangkat ke Surabaya untuk memeriksakan ananda. Sebelum berangkat, saya melihat lebam di bawah lutut kaki kiri masih terlihat jelas. Malah ada tambahan lebam di lutut kanan karena terbentur tempat tidur malam sebelumnya. Tujuan ke Surabaya ada dua dokter, yakni dokter ahli alergi karena ada flek di paru-paru dan dokter anak yang menangani darah.
Kami berangkat ke Surabaya dengan penuh lantunan doa dan keyakinan atas kesembuhan putri kami. Yakin Allah pasti memberikan obat. Yakin pula ini adalah garis takdir yang harus kami jalani. Ini semua merupakan cara Allah untuk menguji hamba-Nya, apakah bisa melalui dengan sabar ataukah tidak. Semoga kami termasuk dalam golongan orang yang sabar. Aamiin.
Dari dokter ahli alergi, kami diberikan obat dengan harga fantastis bagi ukuran kami. Bismillah, semoga obat ini menjadi jalan penyembuh bagi putri kami. Sepulang dari dokter alergi, kami menginap di rumah kerabat yang ada di Surabaya, sebab esok harinya merupakan hari libur nasional. Barulah hari Sabtu kami ke rumah sakit ibu dan anak untuk memeriksakan terkait kemungkinan diagnosis kelainan darah tersebut.
Setiba di rumah sakit, perut saya mulas tidak karuan dan sering buang air kecil. Mungkin ini semacam perwujudan dari perasaan was-was memikirkan kondisi ananda. Begitu tiba giliran periksa, pak dokter meminta anak kami berbaring untuk melihat kondisi lebam di kaki. Allahu Akbar! Pekik saya dalam hati. Lebam di bawah lutut sebelah kiri dan lebam karena benturan di lutut sebelah kanan bersih tidak berbekas. Pak dokter pun meminta supaya putri kami menjalani tes darah lagi sebagai evaluasi. Beliau menyampaikan kemungkinan lebamnya ada hubungannya dengan alergi.
Tes darah pun kami jalani lagi. Tidak ada rasa takut di wajah putri kami mendengar kalimat "diambil darah." Kemungkinan karena beberapa kali menjalani tes darah dan pernah tes mantoux di rumah sakit setempat membuatnya terbiasa dengan jarum suntik. Saat ditanya ayahnya kenapa tidak takut lagi, katanya karena dia yakin diperiksa supaya sembuh. Masyaallah.
Saat menunggu hasil tes darah kurang lebih satu jam, perasaan was-was semakin meningkat. "Ya Allah, kami pasrahkan semuanya kepada-Mu. Apapun hasilnya semoga ada jalan kesembuhan untuk putri kami."
Hasil tes kami serahkan ke pak dokter lagi. Saat pak dokter membuka surat hasil tes, kemudian membacanya, dilanjutkan dengan menulis surat rujukan, saya pikir putri kami akan menjalani rawat inap. Ya Allah, apakah putri kami akan menjalani rawat inap di rumah sakit Surabaya? Berbagai perasaan berkecamuk di hati. Untungnya aku memakai masker yang dapat menutupi raut muka kecemasan.
"Ibu, Bapak, hasil tes darahnya semua normal. Ini trombositnya juga normal. Tidak perlu kontrol ke sini lagi. Cuma perlu diwaspadai jika anak ini menstruasi. Jika pendarahannya banyak dan lama maka perlu diperiksakan. Anak ini aktivitasnya sebaiknya juga dipantau untuk menghindari terjadinya benturan. Ini surat untuk diserahkan ke bu dokter di Tulungagung."
Masyaallah, Allahu Akbar! Mendengar kalimat demi kalimat yang diucapkan pak dokter membuat hati kami plong. Seakan baru terlepas dari beban berat. Alhamdulillah Ya Rabb, Engkau mengabulkan doa kami. Tak kuasa air mata ini pun bercucuran sekeluarnya dari ruang pak dokter. Kami peluk putri semata wayang ini.
Allah Mahabaik mendengar doa-doa yang kami langitkan. Entah doa siapa yang dikabulkan. Yang jelas ini semua tak lepas dari doa-doa dari saudara-saudara salihah yang mengetuk pintu langit. Ya Allah, semoga dari kejadian ini banyak hikmah yang bisa kami ambil sebagai bahan perbaikan diri.
"Alhamdulillah Ya Allah, rasa syukur kami atas seluruh kenikmatan yang Engkau berikan kepada kami, hamba yang masih banyak berselimutkan dosa."[]