"Cermin tanpa bayangan. Pola pikir yang akhirnya membawa saya kembali bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya"
Oleh : Tri
NarasiPost.Com-Cermin akan memantulkan bayangan benda sesuai dengan bentuk aslinya. Begitu pula dengan tubuh manusia, akan dipantulkan apa adanya. Manusiawi jika seorang wanita lebih dekat dengan cermin dibandingkan pria. Begitu pula dengan saya.
Berawal dari kebiasaan semasa gadis, dalam sehari saya bisa berulang kali berdiri atau duduk di depan cermin, lalu memerhatikan detail wajah. Hingga muncul pertanyaan, apakah saya sudah cantik atau belum? Atau ternyata saya cantik loh. Badan saya kok melebar? Asyik, sudah terlihat langsing. Itu sedikit celoteh diri setiap bertemu cermin besar maupun kecil.
Seiring berjalannya waktu, saya dipertemukan dengan seorang pria yang akhirnya mendampingi saya mengarungi bahtera rumah tangga. Banyak pelajaran kehidupan yang ditularkan suami untuk saya salah satunya tentang cermin.
Cermin
Saat awal pernikahan, suami hanya memerhatikan saya yang masih betah berlama-lama di depan cermin. Memasuki tahun keempat, suami mulai mengeluarkan jurus tidak nyaman melihat kebiasaan saya ini.
"Papa heran lihat Mama betah sekali di depan cermin. Apa yang ada di pikiran Mama saat bercermin?" tanya suami.
"Apa ya? Melihat mungkin ada jerawat atau noda. Saya merasa cantik. Bangga terlihat awet muda. Hmmm ... apalagi ya? Ditanya begini saya jadi lupa, Pa. Ada apa?"
"Mama, pernah mendengar kata-kata bercermin tanpa bayangan?" Pertanyaan ini sempat membuat saya spontan tertawa. Lucu dan aneh.
"Papa, ini lucu, bagaimana bisa bercermin tanpa bayangan? Memang cerminnya hitam?"
"Cerminnya tetap bening seperti biasa. Pantulan di cermin memang ada diri kita di sana. Tetapi, yang membedakan adalah pola pikir kita," jawab suami tersenyum geli melihat saya yang mengerutkan kening. Bingung.
"Ketika kita bercermin, sering kali kita mengeluarkan pujian pada diri sendiri seperti kata Mama tadi. Saya cantik, awet muda. Ini ego namanya. Karena semua tentang diri sendiri. Mama melupakan satu hal penting. Ada peran Allah di sana, Allah yang menciptakan cantik maupun langsing sesuai harapan Mama."
"Lalu?" Saya mulai tertarik mendengarkan.
"Saat bercermin kita selalu diminta membaca doa bercermin yaitu, Alhamdulillah, Allaahumma kamaa ahsanta khalqi, fa hassinhuluqii. Yang artinya, segala puji bagi Allah. Ya Allah, sebagaimana Engkau telah membaguskan rupaku, makabaguskanlah budi pekertiku."
"Maknanya, cantik dan tampan itu kuasa Allah dan mudah bagi-Nya membalikkan semua itu. Tidak ada aku di dalam cermin itu, sebab yang ada di sana hanya satu. Ciptaan Allah. Karya Sang Maha Pencipta. Inilah yang dimaksud Cermin Tanpa Bayangan. Seandainya masih ada aku di dalam cermin, berarti belum mampu menghadirkan Allah. Kembali ego atau nafsu yang menguasai."
"Jadi, saat bercermin biasakan mengucapkan afirmasi pada diri. Alhamdulillah, Ya Allah, semua ini atas rida-Mu. InsyaaAllah, jika Mama mau mempraktikkannya, Mama tidak akan merasa bingung meskipun tubuh melebar atau langsing. Tidak panik saat ada jerawat mampir di wajah. Karena apa? Mama tidak melihat itu diri Mama, tetapi rida Allah yang turun. Setiap kejadian pasti ada peran Allah di sana, ikhlas pada rencana-Nya. Syukuri dan nikmati itu semua," kata suami mengakhiri penjelasannya.
"Pola pikir ini tidak khusus sewaktu bercermin saja, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Setiap waktu, bahkan ketika udara masuk kehidung. Pikirkan bahwa ini semua karena Allah rida. Mama pastiakan bersyukur. Dan kita pun berzikir mengucap syukur di setiaptarikan nafas."
"Aamiin ya Rabb. Semoga Allah mendengar dan mengabulkan doaPapa. Terima kasih, Pa."
Setelah kejadian itu, saya merasakan perubahan dari dalam diri. Saya bercermin seperlunya saja. Sehari hanya satu atau dua kali untuk merapikan kerudung dan hanya membutuhkan waktu kurangdari tiga menit.
Cermin tanpa bayangan. Pola pikir yang akhirnya membawa saya kembali bersyukur atas segala nikmat dan karunia-Nya. Tidak memandang ada aku di cermin itu, tetapi ada ciptaan Allah. Sederhana.
Balam, 25 Maret 2021[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]