Safar di Dua Tanah Suci (Part 1)

Safar di Dua Tanah Suci

“Satu salat di masjidku ini lebih afdal seribu kali daripada salat di tempat lain, kecuali di Masjidilharam” (Muttafaq ‘alaih)

Oleh. Bunga Padi
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Dalam Al-Qur’an di surah al-Baqarah ayat 196 Allah Swt. berfirman,

وَأَتِمُّوا۟ ٱلْحَجَّ وَٱلْعُمْرَةَ لِلَّهِ

“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” 

Menunaikan ibadah umrah dan haji ke tanah suci merupakan cita-cita mulia setiap muslim di dunia ini. Pun begitu denganku yang bercita-cita suatu hari nanti bisa safar untuk menapakkan langkah kaki untuk beribadah di sana. Oleh karenanya, di usia 22 tahun kala itu aku telah meletakkan niatku, dan bermunajat kepada Allah. Berharap suatu hari nanti bisa melakukan safar untuk berkunjung ke tanah suci. Meski tahu keadaan finansial belum memungkinkan, tetapi ber-positif thinking itu sangat perlu.

Dalam hadis qudsi dari Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw. telah bersabda, “Allah itu sesuai dengan persangkaan hambanya. Jika persangkaannya baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan.” 

Dalil inilah yang menjadi motivasi kuat tertanam dalam pikiran dan hatiku setiap kali punya keinginan. Iya, selalu berhusnuzan kepada Allah, dan meyakininya sepenuh hati, insyaallah suatu hari akan tercapai.  

Sebagai muslimah yang mengharapkan keridaan Allah di sepanjang hidup, aku berusaha menjalankan apa yang menjadi kewajibanku di hadapan Allah, di antaranya belajar Islam kaffah tiap pekan, ikut tahsin, dan amar makruf nahi mungkar. Di sisi lain, menjauhi perkara yang dilarang seperti meninggalkan riba, dan menjauhi perkara-perkara yang bisa merusak amalan saleh lainnya. 

Ikhtiar lainnya dengan menyisihkan sebagian harta kepada yang membutuhkan dengan cara menggencarkan sedekah seberapa pun nilainya. Tidak lupa aku menabung yang diniatkan untuk ibadah haji. Tahapan terakhirnya bertawakal, menyerahkan semua urusanku kepada Allah Swt. 

20 Tahun Kemudian

Demi cita-cita ke tanah suci, di setiap salat dan sujud aku tak pernah berhenti berdoa agar keinginanku untuk melakukan safar ke tanah suci bisa terkabul. Bila ada ibu-ibu pengajian di kampungku bercerita mereka habis pulang haji atau umrah, ada rasa iri dihati. Kerinduanku akan pergi ke tanah suci semakin membuncah. Jika sudah begini semakin kencang doaku terutama di sepertiga malam. Terkadang di saat melangitkan doa buliran bening menetes membasahi pipiku. Iya, begitulah cara merayu Tuhanku, betapa aku merindukan melakukan safar untuk berkunjung ke baitullah. 

Untuk memperkuat obsesiku ke tanah suci. Aku membeli poster bergambar Ka‘bah, lalu aku tempel di ruang dapur, di tempat yang mudah terlihat. Sengaja aku menaruh di dapur, karena aktivitasku lebih banyak di area ini. 

Pada suatu hari, sepulang bekerja tiba-tiba suamiku mengatakan padaku bahwa kami akan berangkat umrah. Spontan saja aku kaget sekaligus bahagia mendengar berita gembira ini. Oleh beliau, aku disuruh mencari travel mana yang akan diikuti. Kemudian aku membuka tabloid media umat yang ada iklan umrah plus tapak tilas ke Turki bersama ustaz Felix Siauw. Alhamdulillah usulanku diterima, aku pun segera menghubungi pihak admin travel. 

Safar yang Pertama

Singkat cerita, April tahun 2015  berangkatlah kami melakukan safar umrah untuk pertama kali sekaligus tapak tilas sejarah kejayaan Islam terakhir yaitu masa kekhilafahan Utsmani di kota Istanbul, Turki. Bersama travel Syahara, Kota Bogor di bawah bimbingan KH. Hafidz Abdurrahman. Turki menyimpan sejuta kenangan bagi umat Islam sedunia. Benteng terakhir peradaban Islam yakni Khilafah Utsmani yang diruntuhkan tahun 1924. Sungguh menyisakan kepedihan mendalam yang mampu mencerai-beraikan kaum muslimin sedunia. Di kota ini, banyak peninggalan bernilai history tinggi seperti Istana Topkapi, Panorama 1453, Masjid Biru, Hagia Sophia, menyusuri selat Bosphorus, ziarah ke makam Sulaiman Al-Qanuni, dan masih banyak lagi. 

Masyaallah tabarakallah, rentang tiga tahun kemudian, cita-cita awalku untuk berhaji Allah kabulkan pada  Dzulhijjah 1439 H atau Agustus tahun 2018. Alhamdulillah, doaku di-ijabah Allah, walau harus lama menunggu di 20 tahun kemudian. Tiada perkara yang paling baik kecuali aku tetap bersyukur, karena keinginanku untuk menunaikan ibadah haji terkabulkan. Dalam kesempatan safar ini, aku pun bisa merasakan mabit di Muzdalifah, Mina. Di sana  aku memungut batu-batu kecil untuk nanti dipakai saat melontar jumrah. Begitu juga detik-detik wukuf di Arafah, melontar jumrah, dan rangkaian ritual lainnya. 

Banyak pembelajaran penting selama safar yang kujalani , mengandung ibrah, dan pengalaman berharga yang kami peroleh di setiap perjalanan ibadah ke tanah suci. Sungguh betapa manusia adalah makhluk yang lemah tiada daya, hina, dan bergelimang dosa. Jika tanpa hidayah, dan kasih sayang Allah, kita bukanlah siapa-siapa. 

Namun, Allah Maha Rahman dan Rahim, selalu membentangkan tangan-Nya kepada hambanya yang senantiasa bersimpuh memohon ampunan, dan belas cinta kasih-Nya, serta selalu ditunjukkan ke jalan yang lurus. 

Mudah-mudahan ke depannya, Allah memudahkanku untuk menuliskan pengalaman safar ibadah di atas. Sekarang aku mau menuturkan pengalaman terbaruku saat umrah kemarin. Yuk, simak kisahnya!

Safar yang Kedua

Alhamdulillah, pada 17 Januari 2024 atau bertepatan 5 Rajab 1445 H kembali Allah mengizinkanku  melaksanakan ibadah umrah di dua tanah suci yakni Madinah dan Makkah bersama Travel Haji dan Umrah Innayah Bontang. Dengan jumlah 99 jemaah sudah termasuk tour leader 3 orang.

Pada perjalanan kali ini agak berbeda dari sebelumnya. Kenapa? Karena aku tidak hanya berdua dengan suami, tetapi ada 2 putri dan ibu mertua turut serta, jadilah formasi berlima. Ibundaku sendiri tinggal di Kota Tenggarong, sedangkan aku di Kota Bontang.  

Dengan umrah bareng seperti ini, tentu ada kebahagiaan tersendiri bagi kami sekeluarga. Jujur saja bagiku ini momen terindah dan spesial. 

Jika dua kali perjalanan terdahulu aku menggandeng ibu dan nenek dari daerah lain. Kali ini aku benar-benar menggandeng tangan ibundaku. Kesempatan ini kupergunakan sebaik-baiknya untuk melayani beliau, meski sekadar membuatkan teh tawar untuknya, makan bersama, mendengarkan ceritanya, dan lain-lain. Menyenangkan bukan?

Islam telah mengajarkan agar memberikan perhatian sepenuh jiwa. Berbakti pada orang tua/mertua adalah kewajiban seorang anak. Itulah yang berusaha kulakukan kepada beliau, berharap beliau rida akan kehidupanku, dan Allah pun rida padaku. 

Masyaallah, tabarakallah beruntungnya diriku memiliki ibu mertua yang sangat baik dan menyayangiku. Tak lupa rasa syukur mendalam senantiasa dilangitkan kepada Allah atas anugerah terindah ini. 

Prosesi Pelepasan Jemaah Umrah 

Tibalah saat yang dinanti. Mengawali perjalanan umrah ini,  ada berjuta perasaan bahagia menyelimuti hati kami. Di rumahku sendiri tidak ada acara khusus. Seminggu sebelumnya kami sudah berpamitan dan bermaaf-maafan dengan keluarga besar di kampung.

Pada 5 Rajab 1445 atau 17 Januari 2024, pukul 20.00 WITA, para jemaah telah berkumpul di Masjid An-Namirah untuk melaksanakan serangkaian acara di antaranya, prosesi pelepasan calon jemaah umrah oleh ibu Wakil Walikota Bontang, sekapur sirih dari founder Travel Haji & Umrah Ibu Hj. Innayah Triviadiani, pembagian atribut dan pernak pernik bagi  calon jemaah, serta terakhir doa bersama. 

Pada prosesi pelepasan ini di hadiri oleh sejumlah tokoh agama, tokoh masyarakat, dan keluarga besar calon jemaah umrah. Tak lupa hadir Wakil Walikota Bontang, Ibu Hj. Najirah, S.E untuk memberikan seuntai nasihat kepada para calon jemaah umrah. Beliau berpesan, selama safar tetap menjaga kesehatan, kesolidan, dan saling menjaga satu sama lain, dan pulang ke tanah air dengan selamat serta memperoleh predikat umrah yang mabrur.  

Pun begitu dengan Ibu Hj. Innayah selaku founder Travel Haji dan Umrah Innayah Kota Bontang memberikan wejangan singkatnya kepada para calon jemaah umrah.  Supaya tetap memperhatikan instruksi tour leader, tidak berpisah dari jemaah, menjaga kekompakan sebagai sebuah keluarga besar travel Innayah Bontang, dan tak kalah penting kartu nama selalu dipakai. Kemudian acara prosesi diakhiri dengan pembacaan doa oleh ulama setempat.

Safar ke Madinah Kota Istimewa

Dengan iringan doa, kami pun berangkat menempuh perjalanan darat dan udara kurang lebih 20 jam lamanya. Lumayan melelahkan, tetapi rasa bahagia, dan syukur yang tinggi akan ziarah ke tanah suci jadi terbayarkan.

Apatah lagi memahami tanah tersebut merupakan tanah yang  diberkahi, berlimpah pahala, banyak menyimpan sejarah perjuangan Rasulullah saw. dalam mendirikan negara Islam untuk pertama kali. 

Singkat cerita sampailah kami di Kota Madinah pada tanggal 19 Januari 2024. Kami menuju hotel untuk check in, dan menempati sebuah kamar berukuran sedang dengan empat kasur. Setelah selesai salat di Masjid Nabawi, kami menuju ruang makan. Alhamdulillah perut sudah terisi. Kini, saatnya istirahat buat persiapan agenda besok harinya.  

Jarak hotel dan masjid cukup dekat. Sebagai peziarah tentu kita tidak mau menyia-nyiakan kesempatan emas ini untuk beribadah di Masjid Nabawi. Mengingat betapa besar pahala yang disediakan bagi mereka yang beribadah di sana. Dalam sebuah hadis Muttafaq alaih Rasulullah saw. menuturkan,

 “Satu salat di masjidku ini lebih afdal seribu kali daripada salat di tempat lain, kecuali di Masjidilharam.”

Masyaallah, betapa luar biasa besarnya pahala yang disediakan bagi peziarah yang berkunjung ke Masjid Nabawi ini. Maka sangat rugi bila tidak mengoptimalkan kegiatan amal saleh kita kecuali uzur. Ibadah tidak sebatas salat tetapi juga amalan lainya seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, berselawat, berzikir, iktikaf, dan sebagainya.

Di Madinah ini pula pertama kali Islam diterima. Rasul telah mengirimkan salah satu sahabat yang wajahnya mirip dengan Rasul untuk membina masyarakat, dan mengajarkan Al-Qur’an, serta Islam di sana. Beliau adalah Mush’ab bin Umair seorang pemuda Quraisy terpandang. Ia adalah kesayangan ibunya. Namun, keimanan Islam telah menyejukkan jiwanya hingga ia rela meninggalkan agama orang tuanya menuju cahaya Islam. Sejak menyatakan keberislamannya, ia pun menjadi orang kepercayaan Rasulullah saw. Masyaallah.

Mush’ab bin Umair Utusan Pertama.

Madinah Al-munawarah secara harfiah berarti kota yang bersinar (cahaya kenabian), sebuah nama pemberian Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an, bisa dibaca di surah At-Taubah ayat 101 dan 120. Sejak pertama kali Rasul menjejakkan kaki ke kota itu. Nama lainya thayyibah dan thabbah. Ini selaras dengan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi:

 “Sesungguhnya Madinah adalah Thayyibah yang bisa menghapus dosa, dan sebagaimana api menghapus kotoran perak.” 

Dahulu, sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah dan mendirikan negara yang pertama di kota ini. Dikenal dengan nama Yatsrib, dan kota ini telah berdiri 1600 tahun sebelum hijrah. Penduduknya terdiri dari berbagai kabilah, seperti suku Amalik, suku Minean, kabilah Yahudi, kabilah Aus, kabilah Khazraj.  

Kota Yatsrib memiliki tanah yang sangat subur dan banyak terdapat sumber mata air. Sehingga ini pula yang menjadi perhatian dan menarik hati bagi kabilah Aus dan Khazraj, dan mereka akhirnya menetap di Yatsrib. Di sana tinggal banyak kabilah Yahudi, di antaranya Bani Nadhir, Bani Qainuqa, Bani Quraizhah. Mereka hidup rukun berdampingan dengan kedua kabilah tersebut dan berjanji akan setia melindungi Yatsrib dari serangan musuh atau kabilah lainnya. 

Namun, janji setia hanyalah di lisan saja. Manakala kehidupan kabilah Aus dan kabilah Khazraj mengalami kemajuan dan kekayaan bertumbuh pesat. Di dada kaum Yahudi tumbuh kebencian, hasad, dan takut kedua kabilah Aus dan Khazraj makin menguat pengaruhnya di kota itu. Akhirnya tak bisa terelakkan peperangan pun terjadi, yang dikenal dengan Perang Bu’ats. 

Namun, semenjak Rasulullah membawa Islam masuk ke kota tersebut, api permusuhan di antara mereka berhasil dipadamkan dan mereka pun menerima dakwah Rasul dan memeluk Islam serta memberikan baiatnya kepada Rasulullah saw., kemudian bait ini dikenal dengan Baiat Aqabah.

Pelaksanaan baiat di lembah Mina. Sejak masuknya kabilah Aus dan kabilah Khazraj, Islam makin menyebar di Kota Madinah. Di sinilah peran Mus’ab bin Umair begitu berarti bagi perkembangan tersebarnya Islam pertama kali di Kota Madinah. 

Kepiawaian diplomasi yang dimilikinya mampu membuat Kota Madinah kemudian berubah dalam tempo singkat menjadi kota yang bersinar dengan keagungan kalam-Nya. Di mana orang-orang jadi pandai membaca Al-Qur’an dan mempelajari Islam secara kaffah. Sejak itu pula Islam menjadi pusat perhatian seluruh penduduk Kota Madinah yang kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab dan sekitar.

Sampai-sampai penduduk Madinah pun menjulukinya, “Muqri al-Madinah” (orang yang membacakan Al-Qur’an di Madinah).

Demikianlah kisah safarku dan awal mula Islam berkembang di Kota Madinah. Nantikan kisah menarik berikutnya. Semoga bermanfaat.

Wallahu a'lam bishawab. [] 

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Bunga Padi Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Forest City IKN, Benarkah Ramah Lingkungan?
Next
Mengonsumsi Sitophilus oryzae Haramkah?
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

23 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Firda Umayah
Firda Umayah
8 months ago

Masyaallah, semoga Allah Swt. memudahkan saya sekeluarga bisa mengunjungi baitullah seperti penulis. Barakallahu fiik

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Firda Umayah
8 months ago

Aamiin Ya Mujibasailiin, insyaallah mb Firda akan ke tanah suci ya sekluarga

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
8 months ago

Masyaallah bahagianya Adinda dimudahkan Allah berumrahke Tanah Suci sudah 2X..Luar biasa semoga menjadi perjalanan terindah yang selalu dirindukan. Seluruh umat muslim pasti merindukan untuk pergi berumrah dan berhaji.insyaallah semoga seluruh umat muslim mampu pergi ke Tanah Suci

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Dewi Kusuma
8 months ago

Alhamdulillah kanda Dewi semua atas izin Allah. Semoga kanda Dewi juga bisa ke tanah suci lagi. Aamiin

Sartinah
Sartinah
8 months ago

Masyaallah, barakallah Mbak Mimi. Baca kisah safar di atas, jadi sangat rindu dengan baitullah. Semoga Allah juga izinkan kami untuk menjejakkan kaki di sana.

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Sartinah
8 months ago

Aamiin Ya Mujibasailiin
Ya dek Sartinah, semoga rindunya terobatinya dg di ijabahnya doa disegerakan ke tanah suci. Aamiin

Arum indah
Arum indah
8 months ago

Masyaallah. Mbak mimii
Semoga kami juga diberi kesempatan utk bisa berkunjung ke baitullah utk melaksanakan haji dan umroh

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Arum indah
8 months ago

Insyaallah dek Arum, jika kita yakin sepenuh hati akan ke tanah suci, akan selalu ada jalan ke Baitullah. Smoga doanya kabul Aamiin

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Mimy Muthmainnah
8 months ago

Melihat karut marut birokrasi pengaturan haji dan sulitnya ekonomi yang ada rasa2nya gak mungkin bisa ke tanah suci.
Tapi satu hal kita gak boleh berputus asa dan Allah Maha Mendengar doa2 hamba-Nya.
Jadi, kalo ada yg bilang,
haji dan umrah itu panggilan Allah., benarlah adanya, insyaallah.

Jadi teringat naskah sy yg berjudul, "istigfar jalan Terang Menantimu" itu kisah nyata nenek yg gagal berangkat haji, namun tahun depannya malah berangkat gratis oleh dermawan."

Maman El Hakiem
Maman El Hakiem
8 months ago

Haji dan umrah adalah panggilan Allah, selain panggilan azan dan kematian.

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Maman El Hakiem
8 months ago

Melihat karut marut birokrasi pengaturan haji dan sulitnya ekonomi yang ada rasa2nya gak mungkin bisa ke tanah suci.
Tapi satu hal kita gak boleh berputus asa dan Allah Maha Mendengar doa2 hamba-Nya.
Jadi, kalo ada yg bilang,
haji dan umrah itu panggilan Allah., benarlah adanya, insyaallah.

Jadi teringat naskah sy yg berjudul, "istigfar jalan Terang Menantimu" itu kisah nyata nenek yg gagal berangkat haji, namun tahun depannya malah berangkat gratis oleh dermawan."

Puspita Ningtiyas
Puspita Ningtiyas
8 months ago

Masya Allah ingin juga ke dua tanah suci, semoga Allah ijabah

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Puspita Ningtiyas
8 months ago

Aamiin Ya Mujibasailiin, semoga Allah mengijabah doanya ya Mb Puspita. Semangat

Deena
Deena
8 months ago

Masyaallah.. tabarakallah.. Mbak Mimi..
Harapan dan cita-citaku jauh di atas awang-awang adalah bisa ke tanah suci sekeluarga..

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Deena
8 months ago

Aamiin Ya Mujibasailiin Mb Dina, tiada alasan bagi Allah menolak keinginanmu berkunjung ke Baitullah, sabar ya insyaallah pada gilirannya akan ke Makkah Madinah.Aamiin

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
8 months ago

Alhamdulillah tayang, semoga kisah safar ini bisa menjadi inspirasi dan obat rindu bg sahabat yg berniat safar ke tanah suci. Ketika Allah berkehendak tiada yg tak mungkin. Jazakillah khairan Ibu Pemred dan NP sukses always.

Novianti
Novianti
8 months ago

Alhamdulillah. MaasyaaAllah. Semoga mabrur.

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Novianti
8 months ago

Aamiin Allahumma Aamiin
Sebentuk kabar gembira yg membahagiakan, kau pun Allah panggil kembali ke tanah suci. Insyaallah. Tetap semangat mb Novianti

Dia dwi arista
Dia dwi arista
8 months ago

Baarakallah, mabruk alfa mabrukkk

Mimy Muthmainnah
Mimy Muthmainnah
Reply to  Dia dwi arista
8 months ago

Wa fiik barakallahu

Aamiin Ya Mujibasailiin Mba Dia, Mom dan NP

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram