Fokuslah, Karena Waktumu Begitu Berharga

"Bagiku tak boleh ada waktu yang unfaedah. Sebab putaran waktu itu teramat berharga. Betapa merugi ketika kita melewatkan waktu-waktu kita dengan sia-sia. Ingatlah, bahwa roda waktu tak bisa diputar ulang. Maka, lewatilah setiap detiknya dengan terencana."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S

NarasiPost.Com-Hari itu adalah jadwalku mengajar. Meski masih daring, tetap saja aku harus mempersiapkan materinya secara matang, demi profesionalitasku sebagai pengajar generasi. Akhirnya sejak subuh aku sibuk menyiapkan bahan ajar. Kebetulan hari itu jadwalku mengajar tiga kelas, mulai pukul 7.50 pagi sampai 14.30 WIB. Di antara waktu itu ada dua kali waktu jeda.

Sejak pagi aku sibuk menyiapkan bekal sarapan untuk suamiku dan hidangan sarapan untuk anak-anakku. Kemudian selepas suami berangkat kerja, aku melanjutkan aktivitas domestikku, yakni merapikan rumah, dapur, dan mencuci pakaian.

Alhamdulillah… 20 menit sebelum kelas dimulai, aku sudah selesai urusan-urusan tersebut, tinggal mandi dan bersiap mengajar. Biasanya sambil mengajar, aku mengasuh bayiku yang berusia 1 tahun, sedang aktif-aktifnya mengacak-ngacak semua benda yang ditemui, termasuk sangat suka naik ke tangga. Makanya, sesekali aku izin kepada murid-muridku untuk menurunkan anakku yang sudah menaiki dua atau tiga anak tangga.

Kakak-kakaknya sedang bersekolah daring di kamar masing-masing. Jadi, tak bisa membantu menjaga adiknya. Sementara kakaknya yang berusia 5 tahun sibuk main sendiri dengan bonekanya. Dan memang belum bisa menggendong adiknya yang beratnya hampir 10 kg.

Pukul 09.00 WIB selesai mengajar kelas 7. Kemudian cepat-cepat kugunakan untuk salat Dhuha dan menyiapkan bahan masakan untuk makan siang. Selang satu jam kemudian aku kembali mengajar, kali ini dua kelas. Tepat 15 menit sebelum waktu Zuhur, kelas selesai. Aku bergegas memasak makanan yang tadi sudah kusiapkan bahan-bahannya. Sambil menunggu menggoreng ikan, atau merebus sayur, biasanya aku manfaatkan untuk mencuci piring atau menyapu lantai, jika semua itu sudah selesai, kugunakan untuk menulis di ponsel atau mengedit naskah. Setelah masakan matang, aku mengirimkan makan siang untuk suamiku di kantornya dengan menggunakan jasa ojek online.

Setelah itu, kulanjutkan dengan salat Zuhur, makan siang, dan mengeloni bayiku tidur siang. Dan tepat pukul 13.15 aku harus kembali mengajar sampai menjelang Ashar. Sore hari, barulah aku bisa sedikit santai, biasanya kugunakan untuk menulis, mengedit naskah, dan family time.

Demikianlah sedikit gambaran aktivitas harianku. Tidak setiap hari seperti itu, ada hari-hari yang aku libur mengajar. Jadi, bisa lebih banyak melakukan aktivitas lainnya, misalnya merapihkan pakaian di lemari, membaca buku, atau menyelesaikan naskah buku. Bagiku tak boleh ada waktu yang unfaedah. Sebab putaran waktu itu teramat berharga. Betapa merugi ketika kita melewatkan waktu-waktu kita dengan sia-sia. Ingatlah, bahwa roda waktu tak bisa diputar ulang. Maka, lewatilah setiap detiknya dengan terencana. Demikianlah nasihat untuk diriku sendiri yang entah mengapa secara otomatis menempel terus dalam benakku.

Buat Peta Konsep

Aku sering mendengar curhatan beberapa temanku. Ada yang merasa keteteran mengerjakan pekerjaan rumah tangga, sampai akhirnya tak sempat membuat tulisan bahkan sekadar ikut kajian, meski lewat Zoom. Bahkan ada yang mengatakan waktu 24 jam itu sangat kurang karena begitu banyak beban pekerjaan, sehingga merasa waktu 24 jam tak cukup menampungnya. Butuh lebih banyak waktu lagi dalam sehari.

Aku memahami bahwa setiap orang memiliki kesibukan yang berbeda-beda dan setiap orang pula memiliki kondisi fisik yang berbeda dalam mengerjakan banyak hal. Namun, satu yang perlu diingat bahwa setiap orang memiliki potensi akal yang sama yang Allah anugerahkan kepadanya. Potensi akal inilah yang dapat digunakan untuk berpikir, termasuk merancang konsep aktivitas dalam benak.

Ya, begitulah setiap hari yang kulakukan. Peta konsep sudah kulekatkan di dalam benak sejak malam sebelumnya. Sehingga esok hari, semua sudah terencana akan melakukan apa. Dengan begitu, kita akan lebih fokus pada apa yang kita kerjakan saat itu. Bahkan sebetulnya kita juga perlu membuat peta konsep untuk waktu kita selama seminggu, serta menetapkan target-target. Dengan begitu, hidup kita akan terarah dan fokus.

Ya, fokus itu penting bagi kita. Jangan mudah tergoda aktivitas lain saat mengerjakan suatu pekerjaan. Karena sedikit saja kita tergoda, maka fokus kita akan pecah. Pekerjaan pun tak selesai. Apalagi jika kita dikejar deadline, ketidakfokusan hanya akan menjadikan semuanya kacau. Misalnya, saat kita sedang membuat tulisan, jangan sekali-kali gagal fokus buka media sosial. Sampai akhirnya bisa jadi kita malah menghabiskan waktu membaca status teman maya kita berlama-lama. Atau misalnya, kita sibuk berchat ria di grup Whatsapp pada sesuatu pembahasan yang sekadar haha-hihi alias tak penting, hingga akhirnya banyak urusan penting yang tak terselesaikan.

Bukankah banyak juga contoh gagal fokus yang berujung pada petaka? Contohnya apa yang ditunjukkan oleh pemerintah hari ini. Di saat kaum ibu berdesakan antre minyak goreng yang mendadak langka, pemerintah malah sibuk memblow-up isu radikal radikul. Gagal fokus bukan?

Begitu pun dalam hidup, jika kita gagal fokus, maka tujuan hidup yang hakiki tak kan dapat diraih yakni menggapai rida-Nya. Mungkin kita malah sibuk mengejar dunia yang fana, namun abai menyiapkan bekal untuk akhirat. Inilah contoh gagal fokus yang paling memprihatinkan. Sebab, gagal fokus dalam hidup, akan membuat tersesat dan kian jauh dari rida-Nya. Dan endingnya tentu saja tempat kembali yang buruk. Naudzubillah…

Maka, fokus adalah kunci. Adapun melatih fokus perlu ditopang oleh iradah (kehendak) yang kuat dan azzam (tekad) yang mengakar. Insyallah semua pasti bisa. Tinggal kita, mau atau tidak. Selayaknya nasihat Khalifah Umar bin Abdul Aziz ini menjadi renungan bagi kita agar kita lebih menghargai waktu, “Siang dan malam hari terus bergerak mengambil dirimu, maka bergeraklah mengambil manfaat darinya.”

Sejatinya menghargai waktu adalah menghargai hidup dalam rangka menjalankan seoptimal mungkin semua peran kita di dunia, sebagai hamba-Nya, istri, ibu, dan khoiru ummah (umat terbaik). Allahu Akbar!!![]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Negara Penting Tuntaskan Stunting
Next
Tiga Bagian dari Tulisan yang Membuat Orang Tertarik Membaca
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram