Musyrifahku Bagiku

Kadang aku pun tak tahu malu. Adabku pun masih seujung kuku. Merasa benar dan mencari pembenaran. Merasa hebat padahal kurang ilmu, kurang adab. Merasa sombong dengan ilmu tak seberapa. Merasa pongah dengan amalan yang hanya sedepa. Hatiku sempit dalam menerima nasihat. Menjalankan kewajiban dengan berat. Lupa bahwa dengan dasar ikhlaslah ilmu didapat.


Oleh: Aya Ummu Najwa

NarasiPost.com - Dalam perjalanan hidupku, tak selalu mulus tanpa batu. Terkadang onak juga duri mengganggu langkahku. Bahkan, ada saat aku membeku dalam lautan debu. Satu sisi dalam kehidupanku, aku mengenal seorang perempuan hebat selain ibuku. Aku mengenalnya, saat aku jauh dari-Nya. Tak mengenal atauran-Nya dan merasa nyaman jauh dari agama.

Sebelum bertemu musyrifahku, agama bagiku adalah sekadar bawaan lahirku. Sebuah agama keturunan yang kudapat dari keluargaku. Aku salat, aku mengaji, namun tak ada pengaruh sama sekali. Aku masih bebas berbuat apa saja yang aku mau. Aku pun lepas dari penutup aurat dan juga tingkah polahku. Jauh dari syariat, apalagi jalan taat.

Namun, dia datang dalam hidupku. Selalu tersenyum yang mengganggu. Mulai berisik tentang kerudung dan pakaianku. Mengusikku dengan nasihat dan perhatian. Mengajakku berpikir arti kehidupan, penciptaan, bahkan penghisaban. Bahkan, tentang Islam yang menjadi mercusuar kehidupan.

Dia membuatku resah. Aku ingin menjauhinya, namun aku tak bisa. Ketika aku berbelok, dialah yang meluruskanku dengan elok. Ketika aku jemu dengan kehidupan, dialah yang mengajakku mengenal jalan Tuhan. Ketika aku jatuh dalam kubangan maksiat, dialah yang mengajakku kembali kepada syari'at.

Sedikit demi sedikit dia ajarkan aku arti kehidupan. Menjawab pertanyaanku tentang darimana asalku, kemanakah tujuan akhirku, juga apa tugasku. Begitu gamblang dia sampaikan Islam tak hanya mengurusi ritual semata, namun harus menjadi jalan hidup juga. Senantiasa ia ingatkanku tentang kewajiban. Juga tanpa lelah mencegahku dari larangan.

Ketika aku tersandung dengan urusan dunia yang kadang sungguh sangat menggoda. Ia akan menjadi manusia pertama yang sibuk mengingatkanku senantiasa. Bahwa hidup tak selamanya. Mengapa harus menghalalkan segala cara? Terkadang aku marah padanya. Mengapa begitu ikut campur urusanku? Mengapa terlalu kaku?

Kadang aku pun tak tahu malu. Adabku pun masih seujung kuku. Merasa benar dan mencari pembenaran. Merasa hebat padahal kurang ilmu, kurang adab. Merasa sombong dengan ilmu tak seberapa. Merasa pongah dengan amalan yang hanya sedepa. Hatiku sempit dalam menerima nasihat. Menjalankan kewajiban dengan berat. Lupa bahwa dengan dasar ikhlaslah ilmu didapat.

Namun, tak bosan ia merangkulku dengan cinta. Menunjukkan indahnya aturan dari Sang Pencipta. Bahwa hidup bukan hanya di dunia saja, namun akhiratlah tempat berpulang jua. Menunjukkan padaku betapa Islam adalah jalan hidup. Maka, harus diemban dan dianut. Dijadikan dasar dalam melangkah, juga harus memimpin setiap langkah.

Musyrifahku manusia biasa. Ia juga tak sempurna. Namun, ia telah tunjukkan padaku jalan dari Yang Maha Sempurna. Musyrifahku tak cuma satu, silih berganti datang yang baru. Ketika berpisah menangis inginku, namun ternyata itu terlarang bagiku. Bahwa aku tak boleh memandang individu.

Musyrifahku, semoga Allah memuliakanmu. Memudahkan semua urusanmu dan memberkahi kehidupanmu. Terimakasih telah bersabar padaku. Aku pun meminta maaf atas semua khilaf dan keras kepalaku. Ikhlaskanlah ilmu yang telah kau berikan kepadaku. Semoga menjadi pemberat amal ibadahmu dan juga diriku.

Wallahu a'lam.

Picture Source by Google


Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Previous
Pekatnya Aroma Korporatokrasi di Balik Polemik Limbah Batu Bara
Next
Bahaya Utang Bagi Kedaulatan Indonesia
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram