"Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.”
(HR. Tirmidzi)
Oleh : Surani Ningsih
(Mentor Sharia MomPreneur)
NarasiPost.Com-"Hari ini mau ke mana, Nak?" tanyaku kepada Umar. Sejak kemarin anak ini memang yang paling antusias untuk diajak berkeliling di kota ini. Maklum, ini safar pertama sekaligus terjauhnya.
"Ke bengkel Kakek! Umar mau ke bengkel Kakek," jawabnya dengan begitu girang.
Dengan sigap, Umar mengambil masker, jaket, dan kacamatanya. Senyum lebar itu terukir manis. Sosok yang selama lima tahun ini hanya bisa dilihat melalui video call, kini bisa ia lihat langsung untuk pertama kali, secara nyata di depan mata!
Sejak awal, Umar memang sangat penasaran dengan sosok kakeknya. Bagaimana tidak, aku selalu menceritakan dan membanggakan sosok kakek dengan seribu memori indah di masa kecil dulu. Sosok yang tanpanya, aku belum tentu bisa menjadi yang seperti sekarang.
Ia adalah bapakku, lelaki pertama yang ada di hatiku. Ia yang mengajariku arti optimisme, perjuangan, kejujuran, ketulusan, cinta, dan kerja keras.
Salah satu kisah favorit Umar adalah bagaimana kakeknya berpetualang keliling Indonesia dan merintis semua dari nol secara mandiri, dari Jawa, ke Sumatera lalu akhirnya menetap di Papua. Semua ini kukisahkan sambil membuka peta.
"Wow, jauh sekali!" katanya.
Tak terasa, satu jam sudah Umar bermain ke bengkel Bapak yang bersahaja. Meski kotor, Umar tampak senang sekali di sana. Ia tak ragu duduk dan menyimak pekerjaan kakeknya sembari bercakap-cakap bersama para pekerja.
Bagi orang yang tidak mengenal Bapak, hampir tidak bisa dibedakan mana owner dan mana pekerja. Orangnya memang tegas tapi sangat humble dan humanis. Ia tak mau membedakan diri, tak ingin ada sekat dengan yang lain. Mungkin dari sisi sosialnya ini, Bapak bisa terus ekspansi dan mendapatkan peluang untuk berkembang.
Lebih dari tiga puluh tahun, Bapak menjalankan bengkel ini. Ya, hanya sepetak bengkel kecil yang tampak sepele. Namun, dari sini Bapak bisa memutar modal, mengembangkan relasi dan membuka beberapa sektor bisnis lainnya.
"Gapapa, tampak kotor, yang penting kerjanya halal, bisa membantu orang lain."
Demikian prinsip hidup Bapak. Entah sudah berapa banyak karyawannya yang lepas dan kini mandiri membangun bengkel dan usaha mikro lainnya. Entah sudah berapa banyak orang di kampung yang ia tolong dan majukan perekonomiannya, saking banyaknya orang yang ia tolong dalam hidupnya. Saya percaya, bisa jadi, aneka kemudahan yang saya dapatkan hari ini tidak lain karena doa dan balasan atas kebaikan beliau sebelumnya sejak awal.
"Pak, udahan aja, yuk, berhenti kerjanya. Bapak sudah tua, sudah saatnya istirahat, keliling Indonesia dan bermain bersama cucu. Biar Bapak bisa fokus ibadah …," bujukku sejak dua atau tiga tahun terakhir ini, bujukan yang tidak langsung ia penuhi karena Bapak sangat workaholic, tidak bisa berhenti kerja, tidak bisa diam di rumah, sangat anti kelembaman.
Alhamdulillah, kabar bahagia itu pun tiba.
Bapak berkata, ia akan pensiun segera dalam satu atau dua bulan ke depan selepas adik kami menikah, insyaallah.
Mohon doanya, ya, teman-teman …. Semoga kami bisa menjadi anak yang berbakti setotalnya, meski tentu saja harus putar otak, bagaimana agar Bapak tidak bosan dan bisa terus produktif selepas berhenti bekerja nanti.
Ah, jadi teringat salah satu nasihat dalam kajian parenting yang pernah saya hadiri. Bahwasanya, keberhasilan parenting tidak bisa dinilai hanya dari hafalan Al- Quran, nilai, juara, IPK, almamater, besaran gaji, karir prestisius, popularitas, atau kesuksesan anak lainnya. Tidak, sama sekali bukan dari hal-hal itu. Tunggulah hingga orang tua menginjak usia senja. Di sana, akan teruji seberapa baik kualitas parenting dan seberapa sehat relasi yang ada.
Semoga Allah memudahkan setiap upaya kita dalam birrul walidayn dalam rangka melayakkan diri untuk dipanggil oleh pintu terbaik di gerbang surga kelak.
Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.”
(HR. Tirmidzi).
Penegasan kata ‘paling baik’ di atas seakan-akan ingin menunjukkan kepada kita akan pentingnya berbuat baik dan berbakti kepada orang tua. Al-Qâdhi dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi menjelaskan:
أَيْ خَيْرُ الْأَبْوَابِ وَأَعْلَاهَا وَالْمَعْنَى أَنَّ أَحْسَنَ مَا يُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى دُخُوْلِ الْجَنَّةِ وَيُتَوَسَّلُ بِهِ إِلَى وُصُوْلِ دَرَجَتِهَا الْعَالِيَةِ مُطَاوَعَةُ الْوَالِدِ وَمُرَاعَاةُ جَانِبِهِ
“Tegasnya, maksud dari awsath al-bâb adalah sebaik-baiknya pintu dan paling mulianya pintu. Maknanya adalah, sesungguhnya sebaik-baiknya pintu yang menjadi wasilah masuknya seseorang ke dalam surga, juga menjadi wasilah bagi ia untuk mendapatkan derajat yang tinggi ialah dengan menaati orang tua dan merawat di sampingnya” (Imam al-Mubarâkfûri, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jâmi’ at-Tirmidzi, juz 4, hal. 522).
Terima kasih Abi Asep Bagja Nugraha yang bersedia menemani hingga ke ujung timur Indonesia dan membantu istrinya menunaikan bakti ini.[]
Photo : Pribadi
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]