Umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mencintai Al-Qur’an, dan sudah sepantasnya kita merasa malu karena kondisi kita yang mungkin sama dengan saya (belum hafal 1 juz pun dalam Al-Qur’an).
Oleh. Nofifah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Anda seorang muslim dan menerima pertanyaan tersebut, apa yang akan anda jawab? Mungkin bagi kalian yang lulusan pesantren atau biasa disebut anak santri, pertanyaan itu bisa kalian jawab dengan angka yang menyatakan bahwa kalian sudah hafal sekian juz dari Al-Qur’an.
Namun, apa jadinya jika yang menerima pertanyaan itu adalah saya, yang notabenenya tidak pernah menempuh pendidikan agama formal seperti mereka yang bersekolah di pesantren. Saya sejak kecil hingga sekarang bersekolah di sekolah negeri yang tentu saja pelajaran tentang agamanya jauh lebih sedikit dari pelajaran umum. Saya tahu soal agama Islam, apa kewajiban saya, dan apa yang dilarang atau tidak seharusnya saya lakukan, saya tahu membedakan mana yang buruk dan mana yang benar, namun lingkungan saya sejak kecil terutama lingkungan sekolah tidak pernah mengajarkan saya atau mendorong saya untuk tekun menghafal Al-Qur’an.
Bagaimana ini? Saya seorang muslim, Al-Qur’an adalah kitab suci saya, pedoman hidup saya. Namun satu juz pun belum ada yang saya hapal. Apakah saya merupakan orang yang menyia-nyiakan hidup dengan terus mencari dunia yang tidak ada habisnya? Dan yang lebih parah lagi adalah, saya mungkin tidak akan merasa bersalah mengenai hal ini jika tidak diingatkan Allah Swt. Melalui perantara manusia lainnya.
Siang tadi, kami sedang ada kegiatan di kampus. Namun, karena waktunya tergolong senggang dan di antara kami terjadi obrolan santai yang membicarakan hal-hal abstrak menurut saya, random saja, apa yang terlintas di kepala itulah yang dibicarakan kepada sesama teman yang lain. Namun, kerandoman itu justru mendatangkan peringatan dari Allah Swt. Di tengah pembicaraan kami, tiba-tiba saja teman saya yang nonmuslim bertanya kepada saya “Juz itu apa?”, saya jawab dengan heran “Jus?”, kemudian dia mempertegas “J-U-Z”, saya jawab spontan “Ooo, juz itu kayak bab dalam Al-Qur’an”. Tidak sampai di situ saja ternyata, dia lanjut bertanya “Sudah hafal berapa juz?”, dan tentu saja saya yang tak pernah bersekolah di sekolah pesantren atau jenis sekolah agama lainnya terdiam membisu dan rasanya seperti ada yang mengetuk pintu hati saya.
Jujur saja saya tergolong tipe orang yang susah menghafal, saya tergolong lamban dalam menghafal, saya sudah menyadari ini dari sejak saya duduk di bangku SMP. Namun, lamban bukan berarti tidak bisa, ‘kan?
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah Ayat 117, yang artinya, “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia.”
Kun Fayakun, Allah Swt. berkata bahwa apa yang dikehendakinya terjadi maka akan terjadi. Sejak kejadian hari itu, yang belum sampai seminggu berlalu saat saya membuat tulisan ini. Saya terus memikirkannya setiap harinya, lewat perkataan dan pertanyaannya saya tersadar bahwa sebenarnya saya punya kewajiban untuk memahami isi dalam Al-Qur’an, mempelajarinya, dan tentu saja menghafalnya, agar saya dapat menyebarkan apa yang saya dapat dari Al-Qur’an kepada teman-teman muslim yang lain.
Saya merasa bersalah karena hanya membacanya saja, yang mungkin tidak setiap hari. Saya sudah merasa beribadah lebih baik dari orang lain. Sejak pertanyaan itu ditanyakan kepada saya maka sejak itu juga saya merasa bahwa saya harus punya bekal setidaknya 1 juz dalam Al-Qur’an yang saya hafal sebagai bentuk rasa cinta saya kepada Al-Qur’an dan Islam.
Mungkin selama ini saya tidak pernah menyempatkan diri membaca Al-Qur’an adalah karena saya sering merasa sibuk. Dan tidak jarang saya justru mengatakan pada diri saya bahwa masih banyak yang harus saya kerjakan, sebelumya saya sekolah, sekarang saya kuliah, banyak tugas kuliah yang lebih penting, banyak pekerjaan yang lebih penting. Coba pikirkan ini, semua yang kita lakukan di dunia ini akan kita tinggalkan, hanya amal ibadah yang kelak akan kitab bawa menghadap Allah Swt. Yang Maha Esa.
Melalui tulisan ini, saya hanya ingin membagikan pengalaman saya. Saya merasa tamparan ini bukan hanya untuk saya, saya juga ingin kalian yang membaca ini merasa tertampar dan pada akhirnya kita berubah menjadi lebih baik lagi, tidak harus memaksakan diri untuk bisa menghafal semua isi Al-Qur’an. Kita bisa mulai dari 1 ayat terlebih dahulu, dan konsisten setiap harinya (meskipun saya tahu bahwa konsisten itu sungguh tidak mudah). Tapi saya rasa kita harus terus memelihara perasaan itu dalam diri kita, perasaan bahwa kita umat Islam memiliki tanggung jawab untuk mencintai Al-Qur’an, dan sudah sepantasnya kita merasa malu karena kondisi kita yang mungkin sama dengan saya (belum hafal 1 juz pun dalam Al-Qur’an).
Demikian tulisan singkat yang saya angkat dari pengalaman pribadi saya, semoga tulisan ini dapat menyentuh hati para pembaca semua dan dapat merasakan apa yang saya sendiri rasakan ketika mendapat pertanyaan yang mendadak tersebut.
Wallahu a'lam. []
Masya Allah ....
Semoga Allah memudahkan kita dalam menghafal ayat-ayat Al-Qur'an.
Dari judulnya saja sudah menampar diri ini..
Ya mbak. Hafalan anak2 saya yg TK malah lebih banyak drpd umminya.. kdg saat mentahfizhkan anak2 sya juga merasa tertampar...
Barakallahu fiik untuk penulis. Tulisannya menjadi pengingat bagi kita semua
Masyaallah, jadi cambukan untuk semua orang ini mah. Betul, terkadang dengan alasan sibuk, jangankan menghafal, membaca Al-Qur'an pun tidak sempat dilakukan oleh sebagian orang. Barakallah
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, kata orang. InsyaAllah usaha yang dinilai Allah, semangat beribadah dan menimba ilmu untuk bekal di akhirat. Barakallah untuk penulis story bagus.