Meraih Bahagiaku Sendiri

Meraih bahagiaku sendiri

“Agar kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong membanggakan diri”. (Al-Hadid:23)

Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Kebahagiaan dunia itu identik dengan kesempurnaan yang fana, tak jarang setiap manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dimilikinya. Ukuran bahagia yang jauh dari Allah pasti akan selalu mendatangkan rasa kecewa, sakit hati dan kesedihan atas setiap peristiwa yang dihadapi. 

Jalan hidup seseorang telah Allah gariskan dalam buku Lauhulmahfuz-Nya. ketetapan Allah yang ada di hadapan kita harus diyakini bahwa itulah jalan hidup terbaik bagi setiap muslim. Begitu pun dengan sahabat yang aku miliki, namanya begitu indah, Layla, begitu aku menyebut nama panggilan kesayangan untuknya. 

Fase Pertama Kehidupan

Layla adalah seorang sahabat yang begitu sabar dan selalu meyakini bahwa setiap hal dalam hidupnya adalah ketetapan Allah yang harus dijalani. Saat masih menjadi seorang gadis yang sibuk dengan pekerjaannya, ia telah menemukan pujaan hatinya dan menerima lamaran seorang laki-laki sebagai suaminya. Di awal pernikahan semua begitu indah. Walau Layla wanita pekerja, tetapi ia tidak lupa kewajibannya sebagai seorang istri. 

Namun, belakangan ini perasaannya begitu terasa berbeda, setelah tiga belas tahun lamanya Layla mengarungi bahtera rumah tangga, sebagai seorang wanita memiliki perasaan yang kuat, apalagi terhadap suaminya yang telah bertahun tahun lamanya hidup bersama. Walaupun banyak alasan dan dalih yang disampaikan sang suami, nyatanya hari itu pun tiba, uraian air mata dan bukti yang telah ia ketahui sungguh sangat menyakitkan hati. Itulah kali pertama bagi sahabatku merasakan pengkhianatan dari seseorang yang ia telah percaya selama menjadi istrinya. Suaminya telah menduakan dirinya.

Di hadapan sajadah yang terhampar, ia mengadu dan menangis sejadi-jadinya kepada Allah atas apa yang sedang dihadapinya. Salat istikharah telah berkali-kali ia lakukan, hingga Layla yakin akan keputusannya untuk bercerai dengan sang suami. Bersama kedua anak hasil pernikahannya, ia yakin bahwa masa depan akan lebih baik untuk mereka, ia akan fokus membesarkan buah hatinya. Perceraian pun dilakukan secara baik-baik. 

Mencari kebahagiaan itu tidak sesederhana yang dipikirkan manusia. Terlebih dalam membangun sebuah keluarga yang didambakan. Aku pun sebagai sahabatnya hanya bisa mendengarkan dan memberikan semangat atas peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Aku katakan “La, Allah itu memberi ujian pasti gak sembarangan sama hamba-Nya, pasti Allah tahulah kalau kamu itu wanita kuat, ibu yang tegar, Insyaallah kamu kuat, La”.

Dengan tatapan yang entah di mana, Layla hanya bisa mengangguk apa yang aku katakan dan menggenggam tanganku dengan erat sambil berkata “Aku bisa, aku harus bisa! Demi anak-anakku”. Sambil menghela napas dalam dan mengeluarkannya sebanyak mungkin rasa gundah dan khawatir agar hilang dari hatinya yang tengah kecewa.

Fase Kedua Kehidupan

Jodoh adalah rahasia Allah yang tidak ada satu pun manusia bisa mengetahuinya kepada siapa kita akan bertemu sebagai pasangan suami dan istri kelak. Setelah empat tahun berlalu, bagi Layla tidak ada yang ia pikirkan selain bekerja dan menghidupi anak-anaknya agar menjadi anak-anak yang mandiri dan sukses dunia akhirat. Semua berjalan sebagaimana mestinya, tiba-tiba saja datang dalam kehidupannya seorang laki-laki yang baik ingin meminangnya. laki-laki ini seorang lajang yang ingin menikahi janda beranak dua, rasanya dalam pikiran Layla tidak ada sebersit pun dalam hatinya untuk mau membina rumah tangga dengan seorang lajang yang serius ingin masuk menjadi bagian dalam hidupnya. 

Melihat latar belakang keluarga laki-laki tersebut datang dari keluarga terpandang dan kaya, ibunya seorang bidan terkenal, dan mereka dari keluarga baik-baik. Entah apa yang mau dijawab oleh sahabatku, butuh waktu tidak sebentar untuk memutuskan menerima pinangannya tersebut. Karena kegigihan laki-laki ini menunjukkan keseriusannya pada Layla, akhirnya ia menerima pinangannya dan mereka pun menikah. Pernikahan yang pertama bagi suaminya dan pernikahan yang kedua bagi Layla. Aku turut mendoakan kebahagiaan padanya.

Tujuh tahun sudah hari-hari Layla dijalani bersama suami keduanya. Tidak ada yang aneh-aneh pada awalnya. Layla menjalani kewajibannya sebagai seorang istri dengan baik. Namun, apakah memang Allah telah takdirkan waktunya? Satu peristiwa yang menjadi bencana buat sahabatku terjadi. Sang suami meminta izin untuk ikut menghadiri reuni SMA-nya. Dan, sejak saat itu rasanya ada sesuatu yang berbeda darinya. Sering kali mereka terlibat pertengkaran dengan berbagai alasan.

Orang tua suami Layla pun kerap membela menantunya sendiri atas perilaku anaknya yang tidak disukai oleh ibunya. Tetapi semua itu tidak mengubah sikap dan perilaku suami Layla, hingga bukti-bukti atas perselingkuhannya terbongkar. Ibu mertua tidak dapat berkata apa-apa, semua keputusan diserahkan kepada Layla atas kondisi ini. Padahal orang tua suaminya begitu sayang dengan Layla dan anak-anaknya. 

Sakit hati yang kedua terasa lebih menghantam dalam dirinya. Pengkhianatan yang dilakukan oleh sang suami demi bersama wanita lain sangat mengganggunya. Istri mana yang rida jika dikhianati seperti itu. Sepertinya Allah lebih tahu yang terbaik bagi hamba-Nya, mereka memang belum dikaruniai seorang anak, sehingga lebih mudah bagi Layla untuk melepas sang suami di pernikahannya yang kedua ini. Subhanallah, kamulah wanita terkuat yang pernah aku temui Layla. 

Setelah perceraiannya, Layla ingin hidup lebih tenang bersama anak-anaknya. Beruntung saat itu ia masih bekerja, sehingga perceraiannya tidak terlalu berdampak pada perekonomian rumah tangganya. Kini kembali ia berstatus sebagai single mom yang siap berjuang untuk mengembalikan hidup dan kebahagiaannya dengan tegar dan ikhlas. Masyaallah.

Fase Ketiga Kehidupan

Layla merasakan kesendiriannya dijalani dengan senyuman. Terlihat di wajahnya penuh kebahagiaan. Ditambah kajian-kajian Islam, pengajian-pengajian yang ia datangi menambah ilmu Islam, ilmu kehidupan yang semakin meyakinkan dirinya bahwa Allah Maha Baik bagi hamba-Nya yang selalu ingat pada penciptanya. 

Kebetulan, kantor tempat kerja Layla berseberangan dengan Masjid Raya di kota itu. Setiap ia bekerja kerap kali masjid sedang mengadakan kajian rutinnya. Ceramah-ceramah para ustaz dan ustazah yang di dengarnya sangat menggugah hatinya. Ia ingin semakin dekat dengan Allah, ia ingin belajar agama lebih dalam lagi, tetapi saat ini niat itu masih harus ditunda, entah kapan akan terwujud karena kondisi yang belum memungkinkan.

Suatu hari, Layla bersama rombongan travel yang dipilihnya pergi melaksanakan ibadah umroh. Selain untuk menenangkan diri, ia ingin berjumpa dengan Allah di Tanah Suci-Nya. Ia ingin mengadukan semua yang ia hadapi, berharap pada kehidupan lebih baik yang akan ia dapatkan, apa pun bentuk kebaikan itu. 

Kebetulan ustaz yang membimbing rombongan umroh mereka saat itu mengatakan bahwa kita akan berdoa bersama di depan Ka‘bah, ustaz mengingatkan untuk berdoa sesuai dengan hajatnya masing-masing, bagi yang single lillah bisa berdoa minta dipertemukan segera jodohnya. Dan tiba-tiba, teman umroh Layla langsung berkata, “Hayuk ibu, aku mau doa minta jodoh terbaikku, ibu Layla sekalian yuk minta jodoh terbaik, kita gak tahu lho bagaimana Allah mengaturnya”. Layla yang tadinya enggan berdoa minta jodoh akhirnya dilakukan juga, walau tidak berharap, hanya menyerahkan kepada Allah saja semuanya.

Tidak terasa, empat tahun kesendiriannya Layla dipertemukan dengan seorang laki-laki duda beranak satu yang sangat baik dan lembut hatinya. Laki-laki itu telah ditinggalkan oleh istrinya karena kematian. Bagi Layla yang telah merajut bahtera rumah tangga dan gagal dua kali, sebenarnya enggan untuk menyambut lamaran duda tersebut. Butuh waktu lama untuk bisa meyakinkan dirinya untuk bisa membuka hatinya kembali. 

Anak-anak Layla sudah mulai beranjak dewasa, ia khawatir mereka tidak lagi butuh sosok seorang ayah bagi mereka, tetapi kedewasaan anak-anaknya yang mengatakan bahwa kebahagiaan ibunyalah yang mereka pikirkan. Mereka tahu apa yang terjadi dengan pernikahan sang ibu sebelumnya, pengkhianatan yang membuat sang ibu menjadi seorang ibu hebat dan kuat yang ada di hadapan mereka kini.

Akhirnya, dengan restu anak-anak Layla dan anak duda tersebut, mereka pun melangsungkan pernikahan secara sederhana dan khidmat. Pernikahan kedua bagi suaminya dan pernikahan ketiga bagi Layla. 

Ternyata doa Layla di Tanah Suci untuk dipertemukan jodoh terbaiknya versi keinginan Allah telah Allah kabulkan. Dan satu lagi yang membahagiakan Layla adalah ia bisa berhenti bekerja dengan mengajukan pensiun dini, karena Allah berikan suami yang berkecukupan secara finansial dan mengizinkannya untuk hanya menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya. Sehingga Layla bisa mewujudkan mimpinya untuk bisa belajar Islam lebih dalam, bisa mengikuti kajian-kajian secara langsung yang biasanya hanya ia dengar dari seberang masjid di kantornya, Masyaallah, Allah Maha baik.

Hari ini kami berdua bisa tersenyum melihat kebahagiaan yang berhak Layla terima. kesabaran, keikhlasan, niat tulus untuk Allah ia jalani demi penantian yang diharapkan. Layla mengatakan padaku, “Ternyata kebahagiaan itu tidak datang dengan sendirinya, perlu usaha keras untuk diri kita dan perlu upaya keras untuk lebih dekat lagi dengan Allah agar kebahagiaan itu Allah wujudkan bersama rida-Nya, Jadi, raihlah kebahagiaan itu dengan doa, tawakal, dan ikhtiar. Semoga Allah rida apa yang kita lakukan di setiap langkah kita”. Setelah itu hening, tanpa kata-kata pikiran kami berpikir masing-masing dalam keheningan itu.

Allah Swt berfirman dalam Surah Al-Hadid ayat 23;

لِكَيْلَا تَأْسَوْا عَلَىٰ مَا فَاتَكُمْ وَلَا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

“Agar kamu jangan bersedih terhadap apa yang luput dari kamu, dan agar kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong membanggakan diri”.

Seperti itulah manusia, jangan sampai apa yang kita hadapi, apakah itu kekecewaan atau pun kebahagiaan, tidak dihadapi dengan emosi secara seimbang. Hal ini agar tidak ada hati yang sombong atau pun membanggakan diri yang dapat menghalangi kita dalam meraih kebahagiaan sejati. Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Desi Wulan Sari Seorang penggiat dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Petaka Kapitalisme: Utang Negara Meroket
Next
Teruslah Berharap
5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

18 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
9 months ago

Masyaallah, romantika kehidupan yang penuh hikmah. Barokallahu fiik, Mbak

Deena
Deena
9 months ago

Jalan hidup setiap manusia sudah ditentukan oleh Allah dengan alur yg terbaik.
Barakallah.. Bu Desi dan temannya..

Firda Umayah
Firda Umayah
9 months ago

Semoga di pernikahan yang sekarang, mbak Layla bisa langgeng sampai ke surga-Nya. Salut dengan perjuangan hidupnya.

Arum indah
Arum indah
9 months ago

Ikhlas dan ridho kunci bahagia trhadap ketetapan hidup. Tapi mewujudkan 2 hal itu jg luar biasa

Sartinah
Sartinah
9 months ago

Masyaallah, sosok Layla yang mengagumkan. Barakallh mbak Desi

Wd Mila
Wd Mila
9 months ago

MasyaaAllah.. Barakallah Mba Desi.

Mahyra senja
Mahyra senja
9 months ago

Takdir hidup Layla indah pd akhirnya

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Mahyra senja
9 months ago

Berkah kesabaran dan Keithlasan

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
9 months ago

Jalan hidup manusia tidak bisa dipridiksi. Karena Allah jualah sutradara terbaik bagi kehidupan kita.

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Isty Da'iyah
9 months ago

Benar mbak Setuju sekali

Ragil
Ragil
9 months ago

Jalan hidup orang memang bermacam-macam. Ada yang lempeng. Ada juga yang berliku layaknya sinetron. Allah tidak akan membebani hamba melebihi kemampuannya. Ikut senang atas kebahagiaan Layla.

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Ragil
9 months ago

Bersabar dan ikhlas ya mbak kuncinya

Yuli Juharini
Yuli Juharini
9 months ago

MasyaAllah, cerita yang bagus. Hidup itu pilihan, selama itu masuk di area yang kita kuasai. Sementara untuk area yang tidak kita kuasai, maka semua itu kita serahkan sepenuhnya pada Allah Swt.

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Yuli Juharini
9 months ago

Pilihan yang selalu mencari rida Allah ya mbak

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
9 months ago

Betul banget, apa yang Allah takdirkan adalah yang terbaik bagi hambanya. Hidup dengan koridor syariatnya akan menentramkan jiwa.

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Hanimatul Umah
9 months ago

MasyaAllah tabarakallah

Desi Nurjanah
Desi Nurjanah
9 months ago

MaasyaAllah terimakasih mbak Desi..
kisah yang sangat menggugah jiwa, mengingatkan kembali agar kita senantiasa berbaik sangka Pada Allah Yang Maha Baik.

Desi Ratna
Desi Ratna
Reply to  Desi Nurjanah
9 months ago

Sama sama mbak Desi, membuat kita semakin yakin bahwa Allah selalu punya Rencana yang terbaik untuk Hamba-Nya

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram