Meneropong Kesalahan dalam Penulisan

"Pengetahuan soal teknis penulisan juga tak kalah penting! Sebab tulisan sebagus apa pun itu, jika kaidah penulisannya banyak ditabrak, maka tulisan itu akan terlihat cacat dan mengurangi kualitasnya. Jika kualitas berkurang, daya tarik dibaca orang pun berkurang."

Oleh. Annisa Hana Afriliani
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Assalamualaikum. Wr. Wb. Bismillahirahmanirahiim…

Apa kabar Sahabat Konapost semua? Semoga dalam keadaan sehat dan taat. ☺
Aamiin…

Insyaallah malam ini saya akan sharing soal "Meneropong Kesalahan dalam Penulisan".

Prolog dulu ya, Bestie…

Ketika kita menerjunkan diri dalam dunia penulisan, tentu saja kita harus punya modal yang cukup. Selain modal iradah (kehendak) yang kuat untuk berdakwah lewat tulisan, kita juga perlu modal ilmu (tsaqofah) yang memadai dan pengetahuan tentang teknis penulisan yang baik dan benar.

Iradah penting! Karena dialah motor penggerak bagi setiap penulis untuk selalu menghasilkan karya. Tsaqofah pun tak kalah penting! Karena dialah yang menjadi pisau bedah bagi kita dalam menganalisis fakta, khususnya dalam tulisan opini. Makin tajam pisaunya, makin bagus hasilnya.

Terakhir, pengetahuan soal teknis penulisan juga tak kalah penting! Sebab tulisan sebagus apa pun itu, jika kaidah penulisannya banyak ditabrak, maka tulisan itu akan terlihat cacat dan mengurangi kualitasnya. Jika kualitas berkurang, daya tarik dibaca orang pun berkurang.

Yup, yang akan kita bahas hari ini adalah soal kesalahan penulisan, khususnya secara teknis ya….

1. Kutipan Berita

Kutipan berita biasanya dipakai untuk menopang validitas fakta. Namun, seringkali saya mendapati beberapa penulis salah dalam penulisan kutipan berita.

Kesalahannya:

a. Langsung copy paste dari sumber berita. Sehingga oleh mesin plagiarisme, terdeteksi plagiat. Ini bisa jadi membuat naskah tidak lolos tayang.
Harusnya, lakukan teknik parafrasa, yakni meracik kalimat yang sudah ada menjadi berbeda.

b. Penulisan sumber berita, perhatikan;

Contoh:

Dilansir dari Tempo.com pada Sabtu, 12 Desember 2022, Jokowi mengapresiasi kegiatan tersebut….. (salah)

Dilansir dari Tempo.co (12-12-2022), bahwa Jokowi mengapresiasi kegiatan tersebut… (benar)

Atau boleh dengan pola begini:

Jokowi mengapresiasi kegiatan tersebut. (Tempo.co/12-12-2022) (benar)

Jokowi mengapresiasi kegiatan tersebut (Tempo.co/12-12-2022). (salah)
Titiknya harusnya sebelum kurung.

Jokowi mengapresiasi kegiatan tersebut. (Tempo.co) (salah)
Tidak ada tanggal penulisan berita

2. Efektifitas Kalimat

Kalimat efektif berarti kalimat yang pas, lengkap, sesuai porsinya, dan sempurna maknanya. Tidak bertele-tele. Padat berisi. Masih banyak saya temukan di antara tulisan teman-teman yang kalimatnya tidak efektif.

1. Dalam satu kalimat. terlalu banyak koma.
Padahal seharusnya kalau sudah memenuhi kaidah sempurna langsung saja tutup dengan titik (.) dan mulai dengan kalimat baru.

Contohnya:

Pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) dalam rangka membatasi jumlah kelahiran, katanya hal itu juga berkaitan dengan peningkatan ekonomi, melalui program itu diharapkan ekonomi negeri ini dapat bertumbuh dengan baik.

Ubah menjadi efektif:

Pemerintah menggalakkan program Keluarga Berencana (KB) dalam rangka membatasi jumlah kelahiran. Menurut pemerintah, hal itu juga berkaitan dengan peningkatan ekonomi. Melalui program itu diharapkan ekonomi negeri ini dapat bertumbuh dengan baik.

2. Terlalu bercabang sehingga lepas dari intinya dan terkesan bertele-tele.

Contoh:

Palestina yang merupakan negeri kaum muslimin yang juga merupakan tanah kharajiyah terus dijajah Israel laknatullah yang telah melakukan itu sejak berpuluh tahun lalu tanpa ada penyelesaian sampai saat ini.

Ubah jadi efektif:

Palestina merupakan negeri kaum muslimin dan merupakan tanah kharajiyah terus dijajah Israel laknatullah. Hal itu telah berlangsung sejak berpuluh tahun lalu tanpa ada penyelesaian sampai saat ini.

3. Sudah ditutup dengan titik (.) padahal belum final. Jadi, maknanya rancu.

Contoh:

Remaja sebagai generasi muda yang akan bisa membawa perubahan besar pada Islam.

Ubah jadi efektif

Remaja adalah generasi muda yang akan mampu membawa perubahan besar pada Islam.

Atau

Remaja sebagai generasi muda yang akan bisa membawa perubahan besar pada Islam akan senantiasa dibidik oleh Barat untuk dirusak perilakunya.

3. Kesalahan dalam Pemilihan Diksi

Hakikatnya pemilihan kata (diksi) sangat menentukan makna sebuah kalimat. Salah memilih kata, bisa jadi akan membuat makna kalimat menjadi kabur bahkan tidak sesuai yang dimaksud. Maka, penting untuk memilih kata.

Apalagi untuk tulisan opini yang notabenenya menggunakan kata-kata yang tegas dan mencerdaskan. Maka, jika ingin menggunakan diksi yang sifatnya kiasan/denotatif, tetap harus memperhatikan nyambung/tidaknya dengan maksud yang diinginkan.

Misalnya, saya pernah menemukan sebuah kalimat begini:

Mahasiswa Terjerat Pinjol, Akidah Agent of Change Jebol

Kata akidah di sana kurang pas, sebab jika kita kembalikan pada maknanya, akidah itu adalah keyakinan yang pasti (jazm). Maka, kurang pas dimasukkan ke kalimat itu. Kata akidah, diganti dengan potensi lebih pas.

4. Kesalahan EYD dan KBBI

Ini kesalahan yang paling umum ditemukan. Makanya memang perlu adanya pengetahuan soal kata baku dan tidak baku. Untuk memudahkan, kita bisa ditemani oleh web KBBI daring saat menulis, jadi kalau ada kata-kata yang masih kita ragukan kebakuannya, bisa kita cek di sana. Intinya, jangan malas untuk terus belajar. Alah bisa karena biasa. 😊

Mungkin itu saja yang bisa saya share kepada Sahabat Konapost semuanya. Semoga bermanfaat. Sekian dan terima kasih.

Tanya Jawab

Firda Umayah

  1. Menurut pemateri, seberapa pentingkah keberadaan subjudul dalam sebuah tulisan opini?
  2. Apakah NP menerima tulisan dalam bentuk suara pembaca? Yang isi tulisannya lebih singkat
  3. RUU KUHP yang telah disahkan disinyalir menjadi alat untuk membungkam dakwah Islam. Karena terdapat beberapa pasal yang bisa menjerat pengemban dakwah. Bagaimana menurut pemateri?
  4. Mungkinkah tulisan opini dibuat lebih halus penggunaan katanya tidak seperti yang biasanya. Mengingat tulisan opini harus ditulis lugas, padat, tidak bertele-tele. Sedangkan jika ditulis dengan bahasa yang lebih halus cenderung lebih memakai banyak kata dan kemungkinan besar juga ada tulisan "lemak" di dalamnya.
  5. Perbedaan SP NP dengan tulisan opini apa ya Mbak? Jika sama-sama terdiri dari 600 kata?

Jawaban:

  1. Subjudul dalam sebuah tulisan sangat penting. Sebab ini akan membantu pembaca memetakan alur dalam tulisan. Sehingga pembaca akan lebih mudah menemukan benang merah tulisan.
  2. NarasiPost.Com menerima Surat Pembaca, namun bukan SP seperti di koran-koran yang panjangnya hanya sekitar 2-3 paragraf saja. Di NP, standar surat pembaca panjangnya 500-600 word. Sedangkan opini minimal 600 word.
  3. Selama kita menulis dengan ditopang oleh fakta yang valid dan sumber yang terpercaya serta analisis yang cerdas dan tidak menjatuhkan individu tertentu, Insyallah aman Mbak. Makanya, ketika menulis kita harus fokus bongkar kebijakan, bukan menjatuhkan personalnya.
  4. Boleh Mbak … Saya pun sering menggunakan kiasan. Asal perlu diingat, jangan lebay dan harus pas dalam penempatannya ya.️
    Yuk, ditutunggu tulisannya Bu…
  5. Opini biasanya lebih dalam dalam analisisnya dan komprehensif dalam solusi. Untuk opini minimal 600 kata Mbak. Di bawah itu SP.

Hesty Andyra

Izin bertanya tentang poin 3, tentang pemilihan diksi dalam sebuah kalimat. Sebaiknya menggunakan kata-kata yang lugas dan sederhana atau kata-kata rumit misalnya istilah "Quo Vadis", "paradoks" dsb. untuk menarik perhatian pembaca?

Jawaban:

Boleh menggunakan kata-kata istilah dan ilmiah seperti itu, tidak masalah. Asal penempatannya benar dalam kalimat.

Neni Nurlaelasari

  1. Assalamualaikum cikgu. Izin bertanya, adakah trik dan tips khusus agar mudah dalam membuat kalimat menjadi efektif?
  2. Satu lagi mbak, izin menanyakan untuk memenuhi standar minimal kata dalam opini, kadang ada sedikit kesulitan dalam pembahasan materi karena kalimat di usahakan agar efektif. Adakah tips agar tambahan ataupun revisi tidak keluar jalur dari pembahasan, tapi revisi atau tambahan tidak menjadikan opini berlemak?🙏

Jawaban:

  1. Tipsnya sudah ada di materi Mbak. Silakan dibaca kembali. Tambahan, baca pelan-pelan tulisan kita kalau sudah selesai. Kira-kira sudah enak dibaca belum? Atau bikin pusing? Posisikan kita sebagai netizen. Kalau bikin pusing, berarti perlu ada kalimat yg direvisi.
  2. Berlemak ini kan maksudnya apabila banyak kalimat tidak efektif Mbak, bukan pada pembahasan yang komprehensif dan lengkap. Kalau ini tidak masalah. Makanya kita perlu mencari pembahasan yang bisa dikembangkan, sehingga bisa menambah bobot analisis.

Nining Ummu Khansa Khalisa

  1. Apakah penulisan sumber fakta bisa diganti dengan Tempo.co, 12/12/2022.
  2. Saya pernah mencoba menuliskan hadis atau ayat Al-Qur'an agar tidak terdeteksi plagiarisme sesuai yang pernah di_share_. Tapi kok masih terdeteksi plagiat ya?
  3. Saya suka kewalahan dengan TOR di NP kadang gak kejangkau. Misalnya rubrik Worldnews.

Jawaban:

  1. Boleh Mba
  2. Hmmm… Mungkin bisa dikreasikan penulisan dalil dengan seperti ini:

Iman Bukhari pernah meriwayatkan sebuah hadis, " …. "

  1. Iya katanya TOR NP susah2 ya..
    Tapi sebetulnya sudah ada panduan target yang harus dicapai dalam tulisan, itu memudahkan kita untuk merangkai analisis. Banyak baca tulisan tentang tema sejenis yg akan ditulis saja Mbak, biasanya nanti akan tergambar alur berpikirnya.

Sartinah

  1. Untuk penulisan judul, apakah sebuah opini itu lebih bagus menggunakan judul yang panjang atau singkat?
  2. Bagaimana sih trik penulisan judul yang baik dan menarik?

Jawaban:

  1. Judul jangan terlalu singkat dan jangan terlalu panjang. Gunakan kalimat berima, misalnya:

Potensi Generasi Terbajak Kapitalisasi
semuanya i
Bisa juga pakai plesetan, misalnya:
Apa pun masalahnya, Islam Solusinya

Maftucha

Kalau menyiasati data pada tulisan cerpen bagaimana mbak? Kan biasanya cerpen suka melukiskan tempat jadi seolah-olah kita benar-benar dibawa ketempat itu… Kalau data pada opini kan bisa cari di web

Jawaban:

Riset Mbak, sekarang kita mudah mencari bacaan tentang sesuatu di Mbah Google.️

Iha Soliha

  1. Pada poin 1, bagaimana kalau kutipannya panjang?
  2. Untuk parafrasa apa yang harus ditambah dan dikurangi?

Jawaban:

Diubah susunan kalimatnya mb.
Misalnya,

Provinsi Banten merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa.

Provinsi Banten terletak di bagian paling Barat Pulau Jawa yang memiliki luas wilayah 9.662,92 km2.

Provinsi Banten terkenal dengan berbagai objek wisata salah satunya yaitu Pantai Anyer, Museum Situs Kepurbakalaan dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Bisa diparafrasa:

Dengan luas wilayah 9.662,92 km2, Banten merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Jawa. Salah satu objek wisata yang terkenal di sana adalah Pantai Anyer, Museum Situs Kepurbakalaan dan Taman Nasional Ujung Kulon.

Rochma Ummu Satirah

  1. Mengenai pemilihan diksi, bagaimana menghilangkan penggunaan kata yang berulang, misal hal itu yang digunakan beberapa kali dalam satu tulisan. Jazaakillah khoiron
  2. Nah untuk ini, bisa diberikan nasihat agar lebih berazzam dalam self editing, karena bisa jadi ingin cepat-cepat kirim setelah selesai tulisan

Jawaban:

  1. Self editing penting dilakukan oleh setiap penulis sebelum mengirimkan ke media. Hal itu untuk meminimalisasi kesalahan dalam penulisan. So, jangan buru-buru kirim, baca dulu tulisan kita minimal 2x…ada yanh salah or typo segera revisi, baru deh kirim.
  2. Nah ini juga yang seringkali terjadi. Makanya perlu dibaca ulang tulisan kita Mbak, jadi ketahuan kalau ada yang 'nggak beres'. Konjungsi yang berulang itu membuat tulisan kurang baik, bahkan membosankan.

Misalnya:

Anak itu pergi ke sekolah. Kemudian dia bertemu seorang nenek. kemudian dia menyapanya dengan ramah, sampai kemudian mereka pun saling berbincang.
(kebanyakan kata kemudian)

Padahal bisa dikreasikan dengan konjungsi temporal lainnya.

Anak itu pergi ke sekolah. Kemudian dia bertemu seorang nenek. Lalu, dia menyapanya dengan ramah, setelah itu mereka pun saling berbincang.

Ragil Rahayu

Izin bertanya. Mengapa di naskah yang diposting NP, pada bagian nama penulis tertulis:
Oleh. (ada titiknya)

Jawaban:

Kalau soal ini, sebetulnya saya hanya menerapkan apa yang pernah saya dapat ketika kuliah di sastra Indonesia Unpad dulu. Dosen saya mengajarkan demikian Mbak.

Oleh: Ragil Rahayu (salah)
Oleh. Ragil Rahayu (benar)

Anggap saja ini selingkung NP ya, karena sudah disepakati juga oleh Bu Pemred dan all tim redaksi. Hehe[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Manini dan Muninggar (Bagian 2)
Next
Pentingnya Memperbarui Keimanan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Novianti
Novianti
3 months ago

Jazaakillah khoiron katsiron atas tulisannya sebagai pengingat kembali.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram