Lika-liku Menulis Tema Ekonomi

"Sederhanakan pembahasan. Jika tulisan kita untuk konsumsi umum, butuh adanya penyederhanaan pembahasan agar 'daging' tulisan kita lebih mudah dikunyah'."

Oleh. Ragil Rahayu
(Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Bagaimana kabarnya Sobat Konapost sekalian? Semoga semuanya selalu dalam perlindungan Allah Swt. Dikaruniakan nikmat iman, kesehatan, dan keistikamahan dalam menyampaikan kebenaran. Aamiin.

Salam hormat untuk Mom Andrea, semoga sehat selalu.
Salam sayang untuk seluruh kru NarasiPost.Com yang makin glowing saja.

Mohon izin, malam ini saya akan menyampaikan sharing "Lika-liku Menulis Tema Ekonomi" Semoga bermanfaat.

Teman-teman…
Adakah yang suka baca atau menulis tema ekonomi?
Sepertinya, ekonomi merupakan jenis tema yang "benci tapi butuh" Wk wk…

Ya, kebanyakan dari kita sulit memahami pembahasan ekonomi. Karena penuh dengan data berupa angka dan istilah yang asing dan rumit. Tapi … Tema ekonomi hadir setiap hari dalam kehidupan kita. Setiap hari, berita diisi tema ekonomi. Jadi, mau nggak mau, kita butuh menulis tema ini. TOR mingguan yang sering dirilis NP juga sering berisi tema ekonomi.

Nah, berarti kita nggak bisa menghindar dari tema ekonomi. Kalau berita ekonominya seperti ini:

"Layakkah KA Argo Parahyangan 'Ditumbalkan' Demi Kereta Cepat?"

Insyaallah kita masih bisa menganalisis. Topik ini lagi hot-hotnya.

Tapi … Kalau seperti ini:

"Impor Naik 30,74% Neracara Dagang RI Surplus US$ 2,9 Miliar"

"BI Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI 5,5 Persen pada 2024"

Rada pusing, ya? Apalagi kalau sudah ketemu kata-kata: ekonomi makro, mikro, fiskal, moneter, dll. Auto puyeng ya. Lebih puyeng kalo istilahnya pake bahasa linggis, eh, Inggris. Misalnya: yoy, trickle down effect, sunset policy, right money policy, supply, demand, dll

Saya sendiri kesulitan untuk memahami berita-berita ekonomi sehingga tidak bisa sekali baca, tetapi butuh diulang-ulang. Memang saya background-_nya ekonomi, tetapi jurusan saya akuntansi. Jadi kurang mendapatkan materi teori ekonomi makro maupun mikro. Kalau yang _full belajar teori ekonomi ya jurusan ekonomi pembangunan. Tapi, terlepas dari itu, sebagai pejuang pena, kita harus mengakrabi tema ekonomi. Ya, karena kita butuh untuk mendekonstruksi pemikiran kapitalisme yang batil, ygy. Jadi, meski sulit, yuk taklukkan.

Berikut sedikit tip dari saya untuk nulis tema ekonomi:

  1. Baca dan pahami fakta sampai paham. Jika kita sebagai penulis belum paham, bisa dipastikan pembaca juga nggak akan paham. Bisa jadi tulisan kita isinya cuma copas dari sana sini. Agar bisa sampai paham, memang tidak cukup baca satu dua artikel. Sebaiknya, bacalah tulisan terkait. Biasanya di bawah artikel kan ada link berita terkait. Nah, itu bisa kita telusuri. Selain membaca, biasakan diskusi juga. Kalo ada yang gelarnya SE, ajakin diskusi. Ayo, siapa yang ada di sini, cung.
  2. Jika ada istilah yang sulit dipahami, gunakan jalan ninja, yaitu tanya mbah google. Ya, gimana lagi, mbahnya memang pinter, sih. Meski nggak selalu bener.
  3. Pastikan data yang kita sodorkan valid. Jika ada data yang bombastis, crosscheck di media yang bisa dipercaya, atau di website pemerintah, seperti BPS, BI, dll.
  4. Untuk analisis, jika kesulitan, kita bisa ngintip analisis para ekonomi. Baik ekonom umum, maupun ekonom Islam ideologis. Setelah itu, baru kita olahraga dengan bahasa kita sendiri.
  5. Sederhanakan pembahasan. Jika tulisan kita untuk konsumsi umum, butuh adanya penyederhanaan pembahasan agar "daging" tulisan kita lebih mudah "dikunyah".
  6. Pastikan solusi Islam yang kita sodorkan nyambung dengan permasalahan yang ada secara detail. Jadi nggak global. Biasanya yang paling famous ya pembahasan tiga jenis kepemilikan itu, ya? Sebenarnya banyak yang bisa kita sodorkan ke umat sebagai solusi, nggak itu-itu saja.
  7. Agar solusinya nggak itu-itu saja, kita perbanyak referensi. Dari buku-buku ekonomi, salah satunya "Politik Ekonomi Islam".

Dah, itu saja sedikit tip dari saya. Semoga bermanfaat ygy. Ini beberapa tulisan saya, kali aja ada yang mau baca

https://narasipost.com/2022/11/20/gelombang-phk-saat-ekonomi-baik-baik-saja-anomali-atau-watak-asli-kapitalisme/

Demikian sharing dari saya. Maaf kalau hanya seuprit. Semoga bermanfaat.

Wa afuminkum. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Tanya Jawab

Firda Umayah

  1. Maaf, Mbak. Izin tanya apakah Mbak Ragil Rahayu punya referensi yang biasa dijadikan rujukan untuk memahami sistem ekonomi Islam dan kapitalisme dengan bahasa yang lebih mudah dimengerti selain politik ekonomi Islam? Karena kalau merujuk kepada kitab Nizam Iqtishadi juga tidak mudah dipahami. Susah di baca bolak-balik dan diskusi juga kadang suka lupa

Jawaban:

Pengantar Sistem Ekonomi Islam karya UIY
Al Amwal, ada yang Syekh Zalum, ada yang abu Ubaid.
Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalisme karya Yusuf Assabatin.
Bantahan atas Kebohongan-kebohongan Seputar Hukum Riba dan Bank karya M. Ahmad Ad-Da'ur.
Kamus Pintar Ekonomi Islam karya Dr. Arim Nasim, Akt. dan Budi Upayarto, S.E, M.Si., Akt.

  1. Dalam masalah ekonomi biasanya penyebabnya kan bercabang. Lah kalau dikupas satu-satu jadi terlalu panjang untuk
    ditulis. Bagaimana tips melihat suatu masalah ekonomi yang langsung kepada poin penting atau mungkin tips cara menuliskan _entry poin-_nya saja?

Jawaban:

Ambil satu angle. Jangan lebih dari satu. Jika mengupas pertumbuhan ekonomi, ya sudah itu saja. Kemiskinan ya kemiskinan saja. Walaupun kita greget pengin mengkritik semua, tetapi harap sabar, kapasitas otak pembaca dan penulis terbatas

  1. Saya masih kesulitan meringkas bahasa ekonomi yang mudah di pahami yang menjadi "daging" saja. Biasanya jadi lebih panjang dan tidak semua orang suka dengan tulisan yang panjang. Bagaimana cara membuat bahasa "daging" yang mudah dipahami atau tips membuat orang tertarik membaca opini ekonomi?

Jawaban:

Bikin kerangka tulisan. Konsisten dengan kerangka tersebut. Batasi jumlah karakter, misalnya 800 kata. Self editing, buang lemak-lemak yang menggelambir dalam tulisan. Minta tolong orang untuk baca tulisan kita. Orang yang objektif, yang nggak sungkan mengkritik kita.

Nur Hajrah

  1. Jadi kalau mengambil referensi dari MU dan Al-Wa'ie bisakan ya mbak?

Jawaban:

Bisa banget. Tapi diolah dengan bahasa sendiri ya.

Irma Sari Rahayu

  1. Saya termasuk penulis yang agak menghindari membahas ekonomi wkwkwk (ngaku aja dah ) buat saya, begitu syulit untuk mengupas ekonomi apalagi dengan bahasa yang mudah. Kalau mau dibahas dengan gaya teen bagaimana mbak? Masih PR banget, karena anak muda juga layakmelek ekonomi juga 'kan meskipun ruwet.

Jawaban:

Ambil tema kekinian yang relate sama teens. Misal investasi, krisis perumahan, pengangguran. Ambil sudut pandang remaja sebagai pelaku.

Mariyatul Qibtiyah

  1. Mengapa ya, bahasan ekonomi ini sulit dicerna, padahal ini berhubungan dengan kehidupan kita sehari-hari?

Jawaban:

Ini terkait taraf berpikir umat yang rendah dan tugas kita untuk menyederhanakan pembahasan dan sekaligus meningkatkan taraf berpikir umat.
Tau nggak, sosok seperti Maudy Ayunda saja sejak remaja bacaannya the economist? Semoga kita nggak ngantuk baca alwaie. Hehe

Erni Susanti

  1. Pertanyaan saya cukup sederhana mbak Ragil Rahayu, bagaimana agar terbiasa dengan bacaan seputar ekonomi… Biar bisa kayak makan keripik aja gitu … Saya pribadi seperti kurang akrab…? 😆

Jawaban:

Bacalah tulisan yang kita butuh. Biasanya karena butuh jadi nyantol. Karena usahanya lebih keras. Bagaimana agar merasa butuh?
Bikin tulisan atau isi forum atau bikin konten dakwah. Pasti auto ngelembur belajar.[]


Photo : Pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Ragil Rahayu (Tim Penulis Inti NarasiPost.Com )
Ragil Rahayu S.E Tim Redaksi NarasiPost.Com
Previous
Merebaknya HIV/AIDS dalam Sistem Sekuler
Next
Demi Investasi Jangan Lupakan Harga Diri Negeri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram