"Untuk memaksimalkan produktivitas di tengah segudang aktivitas, maka yang perlu dijaga adalah semangat yang mendasarinya, yakni keimanan akan balasan Allah terhadap orang yang bersungguh-sungguh berusaha."
Oleh. Isti Da'iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bismillah, niat sharing karena ingin mendapat tambahan ilmu dari teman-teman di grup ini. Meskipun sebenarnya belum merasa pantas untuk sharing masalah produktivitas di tengah segudang aktivitas. Karena saya yakin anggota Konapost pasti jauh lebih produktif dari saya.
Di sini bukan berarti saya lebih bisa atau lebih berpengalaman, karena sebenarnya banyak anggota di sini yang lebih produktif dan berpengalaman dalam dunia literasi. Hanya saja kali ini kesempatan itu jatuh pada saya.
Lebih tepatnya diberi kesempatan untuk sharing pengalaman agar tetap bisa menghasilkan sebuah karya tulis, meskipun banyak aktivitas offline dan online.
Mungkin ketika pandemi, aktivitas menulis atau dakwah lewat media punya porsi waktu banyak. Karena kita dituntut tidak keluar rumah. Semua aktivitas bisa di dalam rumah. Sehingga waktu untuk berinteraksi dengan media online juga lebih fleksibel. Maka tidak heran selama pandemi muncul penulis-penulis baru termasuk saya… he he
Sehingga ketika aktivitas kembali normal, maka diperlukan sebuah cara tersendiri agar tetap bisa menghasilkan sebuah tulisan dakwah. Baik berupa opini, SP (untuk media cetak), Motivasi, Family, dan berbagai tulisan lainnya.
Bagi saya pribadi, ini perlu sebuah energi lebih untuk melakukannya, selain semangat dan niat agar pertolongan Allah segera tiba, semangat itu timbul karena saya menyadari betapa saya belum mampu berbuat banyak untuk dakwah Islam. Ingin mempersembahkan sesuatu, sebagai bukti kalau kita adalah umat yang mencintai Rasulullah, dengan tetap menyampaikan risalahnya.
Dorongan ingin berkontribusi dalam dakwah lewat aksara, ingin meninggalkan jejak di alam semesta agar ada jariah yang bisa meringankan hisab kita nantinya.
Karena tugas dakwah kita adalah melalui lisan dan tulisan, maka menulis haruslah juga dilakukan.
Selain itu, adanya semangat dan dorongan yang terus menerus yang kita terima dari berbagai komunitas menulis, terutama dari Konapost membuat semangat untuk melakukan dakwah lewat aksara, semakin membara.
Sebenarnya alfakir bukanlah orang yang sibuk. Namun sok sibuk, mengapa? Karena saya bukan ibu pekerja kantoran, bukan bidan, bukan dokter, atau mom entrepreneur.
Kesibukannya sebagaimana ibu rumah tangga dan anggota masyarakat pada umumnya. Menjadi sibuk karena memang kita menyibukkan diri ambil bagian di dalamnya. Agar kita berdaya guna di masyarakat dan paling tidak bisa menjadi teman curhat di masyarakat, karena saya belum bisa menjadi seorang ibu yang bisa menjadi rujukan umat.
Namun, jujur kegiatan di masyarakat dan sebagai ibu rumah tangga menjadikan kita benar-benar harus banyak beraktivitas. Banyaknya komunitas menjadikan kita dituntut untuk lebih banyak beraktivitas.
Untuk menyingkat waktu, prolognya segini saja ya… (udah panjang kali lebar kok masih prolog)
Maksudnya kita akan bahas ke pembahasan lebih lanjut. Yakni, pada titik tekan ke manajemen waktu dan beberapa tip untuk meningkatkan produktivitas kita sebagai muslimah
Produktivitas di Tengah Segudang Aktivitas
Untuk memaksimalkan produktivitas di tengah segudang aktivitas, maka yang perlu dijaga adalah semangat yang mendasarinya, yakni keimanan akan balasan Allah terhadap orang yang bersungguh-sungguh berusaha. Yang tentunya semangat ini akan bisa menghasilkan produktivitas sebagaimana yang diinginkan. Karena tanpa semangat keimanan segala aktivitas tidak akan berbekas bagi siapa saja.
Hal yang perlu dilakukan di antaranya:
1. Manajemen waktu.
Setiap manusia punya jatah waktu sama dalam satu hari, yakni 24 jam. Sering ingin waktu tambahan agar kita bisa mengerjakan banyak tugas yang menumpuk, namun itu tidak akan mungkin. Karena Allah sudah menetapkan bahwa rotasi bumi 24 jam.
Sehingga yang perlu kita lakukan adalah menjadikan 24 jam itu menjadi berkah dan produktif. Produktif tentunya bukan dihitung dari materi yang dihasilkan, namun amal saleh apa yang telah kita lakukan.
Beramal dengan penuh perencanaan, merancang apa yang harus dilakukan agar segala yang kita lakukan bisa terkontrol.
Sering kita merasakan dalam sehari bisa melakukan banyak hal. Namun, tidak jarang kita dalam sehari serasa tidak ada yang beres, padahal kita sudah merasa melakukan banyak hal. Sehingga di sinilah pentingnya sebuah manajemen waktu.
Membuat Planing List yang harus kita kerjakan akan sangat membantu kita dalam manajemen waktu ini. Sekali lagi saya tekankan di sini sifatnya hanya sharing. Karena jujur ketika di Konapost diri saya masih sering minder, dan ini juga sebagai pengingat diri pribadi saya. Lanjut.
Rambu-rambu memanfaatkan Waktu:
- Pilih waktu dan tempat nyaman untuk belajar, membaca, termasuk menulis
- Membagi setiap kegiatan sesuai waktu yang dibutuhkan. Terutama kegiatan online dan offline
- Jika bosan maka sebaiknya menghibur diri.
Kalau saya hiburannya adalah menulis dan bisa kirim ke media. Tayang adalah sebuah reward, apalagi bisa tayang di NP. Dan menjadi artikel TBA (The Best Artikel) adalah bonus yang patut disyukuri.
Kuadran Waktu/Aulawiyat atau Prioritas Amal
Terkadang ada satu kondisi yang membuat kita harus memilih. Namun, jika sama-sama kewajiban, semaksimal mungkin dilakukan sesuai jadwal. Di sinilah pentingnya self management.
- Penting + Mendesak
- Penting dan tidak mendesak
- Tidak penting tapi mendesak
- Tidak penting dan tidak mendesak (hindari)
Maka setiap aktivitas kita atur sesuai kuadran waktunya. Berusaha menguatkan azam dan tawakal.
Letakkan tawakal di depan, persis setelah azam (begitu yang saya dapat dari guru saya, jika salah mohon koreksi).
Mencatat Proses dan Progres dalam Buku Target.
Misalnya target dalam kegiatan sehari-hari al-fakir.
- Ibadah tepat waktu (termasuk di dalamnya menyangkut ibadah wajib dan sunah)
- Tilawah Al-Qur'a+terjemah+satu ayat berkesan (minimal 3 sampai 4 juz per minggu)
- Menuntut ilmu baik online atau offline sepekan minimal 3 kali.
- Berbagi ilmu sepekan minimal 2 kali
- Dakwah dan kontak personal. (sebanyak-banyaknya).
- Jalan bersama anak-anak atau suami/olah raga (ke taman sebelah rumah) seminggu sekali.
- Menulis minimal seminggu 3 judul (boleh SP, Opini, SN (berita lugas), dan lainnya.
- Medsos seperlunya
- Kegiatan kemasyarakatan sesuai jadwal (minim seminggu sekali) untuk menjaring target dakwah kepada umat.
- Kegiatan harian, termasuk tugas rumah tangga, termasuk memasak, mencuci, menjemput anak, jualan produk, dan lainnya.
(membuat cek list untuk memanfaatkan waktu semaksimal mungkin)
Makin cepat selesai, makin cepat kita bisa eksekusi sebuah tulisan.
Setiap orang punya kewajiban yang berbeda, intinya sesuaikan dengan aulawiyat masing-masing, membuat self management masing-masing dan komitmen atas apa yang sudah dibuat.
Demikian juga dengan aktivitas menulis. Jangan sampai karena kesibukan, kita akan bergelar mantan penulis. Sayang sekali ilmu yang sudah kita dapatkan jika tidak dipraktikkan.
Mencintai aktivitas menulis, termasuk di dalamnya banyak membaca, agar memperbanyak khazanah pengetahuan dan kosakata kita. Target diri kita untuk meluangkan waktu dalam berkarya. Jangan menunggu waktu sisa. Selesaikan tulisan yang sudah kita mulai.
Tidak ada karya yang kedaluwarsa. Semua akan menemukan jodoh pembacanya. Bersemangat untuk meninggalkan jejak karya di alam semesta, agar setelah kita tiada setiap karya kita bisa menghasilkan jariaah pahala kepada kita. Buatlah mimpi dalam dunia literasi. Misalnya berkeinginan punya buku Solo atau buku Antologi.
Karena demikianlah pengalaman alfakir selama ini. Ingin punya buku sejak mulai menggoreskan aksara. Awalnya ikut proyek menulis buku antologi, kemudian bermimpi ingin mempunyai sebuah buku solo kumpulan opini dan berbagai tulisan yang tayang di media.
Awalnya terkendala biaya. Namun tidak ada sesuatu yang mustahil jika itu adalah rezeki kita. Kedua buku solo saya adalah hadiah.
Dan buku dengan judul Jejak Karya Impian adalah memang benar-benar buku yang saya impikan. Insyaallah buat berdakwah di tengah umat, kalau Islam punya segala solusi permasalahan yang ada.
Lanjut ke topik semula, yakni masalah produktivitas di poin berikutnya:
- Fokus pada tujuan, kembalikan untuk apa tujuan kita menulis, yakni mendakwahkan Islam. Karena setiap kita punya kewajiban beramal makruf nahi mungkar. Ingat menulis dan tidak menulis adalah pilihan, yang semuanya akan ada sebuah pertanggungjawabannya.
Memang, semua manusia pasti punya masalah, namun masalah itu hendaklah tidak memalingkan kita dari tujuan hidup kita, mencari rida Allah Swt.
Sobat Muslimah harus bisa berpikir jernih, untuk apa kita ikut pembinaan, belajar, dan menuntut ilmu, tidak lain adalah agar kita bisa tahu mana yang benar, dan yang salah, agar tahu mana yang Allah rida dan Allah larang. Dan ini juga perlu disampaikan kepada umat.
Sobat, ingat perjuangan kita adalah untuk li isti’na’ fi hayati Islam. Menulis dari hati akan sampai ke hati, bukan menulis karena pujian dan target laporan.
- Mencari komunitas yang bisa mendukung aktivitas menulis kita. Sebenarnya ini diperlukan bukan hanya dalam aktivitas menulis saja. Lingkungan dan komunitas yang kondusif juga akan sangat mendukung dakwah kita.
Mencari sahabat yang bisa mengingatkan kita, yang bisa memberikan semangat kita, agar kita bisa gerak cepat dalam berdakwah. Sehingga kita akan mempunyai rasa malu ketika rasa malas berdakwah bersarang dalam diri kita.
- Upgrading diri.
Jangan bosan untuk belajar. Yang ingin berdakwah lewat tulisan segera belajar meng- upgrade diri dengan belajar menulis. Yang ingin punya amal jariah mengajak orang mengenal Islam kaffah, banyak belajar cara mengontak. Sehingga kebenaran Islam tersampaikan.
Banyak mengasah diri dan belajar menyampaikan dakwah dengan lisan atau tulisan. Jangan malu bertanya. Dan jangan biarkan kita hanya menjadi pengemban dakwah yang hanya titip absen tapi no action.
- Evaluasi diri. Mencari kelemahan diri sendiri untuk meningkatkan kualitas diri. Lapang dada dalam menerima segala kritik dan masukan. Eliminasi perasaan sensi ketika karya kita dikritisi. Karena sebuah evaluasi akan bisa mengantarkan kepada sesuatu yang lebih baik lagi.
- Banyak berdoa agar pertolongan Allah segera tiba. Berdoa agar tetap semangat mendakwahkan Islam, agar terhindar dari rasa jumud dan kemalasan.
- Istikamah dan berusaha meninggalkan perbuatan sia-sia agar bisa lebih banyak berkarya.
Sebagaimana sabda Nabi saw.: “Sebagian dari kebaikan seorang muslim adalah meninggalkan perbuatan yang sia-sia,” (HR. Imam At-Thirmidzi).
Tanya Jawab
1.Ummu Aynissa
Terkadang saat sedang menulis berbenturan dengan amanah dakwah/aktivitas lain yang wajib juga, misal meriayah anak dan lain-lain. Karena saya punya anak kecil yang luar biasa aktif. Sementara untuk bergadang saat ini sudah enggak bisa karena masalah kesehatan, jadi menulis lebih ke siang hari, nyambi-nyambi. Jadi kadang tulisan kita tinggal dulu, nanti pas luang lanjut lagi.
Tapi terkadang tulisan sampai berhari-hari atau akhirnya tulisan itu tidak selesai atau tema sudah basi karena banyak kendala tadi.
Bagaimana menurut mbak Isti jika menghadapi masalah seperti ini?
Jawaban:
Wa'alaikumusalam.
Benar banget, ini adalah masalah yang sering banget dihadapi sebagian besar para penulis. Termasuk saya.
Namun, ketika kita sudah berniat menyelesaikan tulisan, (untuk masalah teknis menulis sudah di share di grup ini. Tulisan Mbak Ragil Rahayu, jadi kita tidak membahas masalah teknis menulis).
Kuncinya, menikmati aktivitas menulis. Namun, kalau memang terbentur waktu, tulisan agar tidak basi, menurut pengalaman saya, tulisan tersebut akan saya jadikan tulisan Suara Pembaca.
2. Cahaya
Terkait manajemen waktu. Terkadang kita sudah buat list kegiatan, ternyata ada amanah/ agenda mendadak yang tidak terduga. Biasanya semua jadwal jadi kacau dan hilang semangat untuk beraktivitas. Bagaimana mengatasi hal tersebut?
Jawaban:
Betul, sejak peralihan dari online ke offline aktivitas menulis total jadi berkurang. Dulu kita bisa melakukan sesuatu cukup hanya di rumah. Sekarang harus keluar, apalagi kalau amanah itu mendadak. Namun, kita bisa menyiasati dengan membuat target di awal usbuk, apalagi sekarang Tor NP terbit di awal usbuk. Itu bisa memudahkan kita untuk memanajemen aktivitas menulis dengan agenda mendadak tadi. Ada waktu lebih panjang dalam menyelesaikan sebuah tulisan.
Dengan dibantu list agenda mingguan.
3. Raras
Sudah dibuat jadwal menulis dan komitmen. Kalau otak lagi encer, mungkin bisa nulis langsung tuntas. Tapi kadang otak mengental hingga kata-kata sulit dirangkai menjadi cerita opini bermakna. Ketika menulis, butuh baca bahan tulisan lebih banyak, apalagi jika menulis tema yang bukan bidangnya. Akhirnya waktu habis untuk baca dan belum mulai menulis, atau menulis hanya beberapa paragraf awal. Sedangkan waktu harus segera digunakan untuk aktivitas lain.
Bagaimana mengatasi hal ini? Bagaimana bisa menulis sampai tuntas dengan waktu yang sudah direncanakan?
Perlukan menulis hanya sesuai bidangnya? Padahal terkadang ingin menulis bidang lain untuk keluar dari zona nyaman. Jazakillah khairan
Jawaban:
Wa'alaikumussalam.
Masyaallah, mbak Raras juga sudah banyak karyanya.
Kalau lagi buntu boleh ditinggal sejenak dengan melakukan aktivitas lain. Bukankah sebuah karya tidak ada yang kedaluwarsa. Mungkin memang faktanya berbeda, namun analisis dan solusinya insyaallah akan tetap sama. Apalagi saat ini , semua permasalahan berakar dari satu muara yang sama yakni kapitalisme sekuler.
Kalau menurut saya, mencoba menaklukkan tantangan dalam menulis di bidang lain dan keluar dari zona nyaman perlu dilakukan. Agar kita bisa meng- upgrade diri.
4. Maftucha
Buku-buku yang seperti apa yang menunjang untuk kita membuat tulisan (selain buku wajib atau artikel sesuai TOR)
Jawaban:
Alhamdulillah, terima kasih untuk sahabat Konapost dan tim NP yang di sini. Sebagai muslimah, memang kita dituntut untuk lebih sat set (baca produktif) dalam menjalankan peran kita. Maka sudahkah kita melaksanakan yang 5 sebelum 5?
Mungkin itulah sebagai pelecut bagi saya yang fakir ilmu ini. Agar punya bekal jariah di akhirat kelak. Agar Allah meringankan hisab kita di akhirat kelak. Dan Allah rida atas segala perbuatan kita sehingga kita layak ke surga Allah Swt. Sekali lagi mohon dimaafkan atas segala kesalahan dan khilaf al fakir ini.
5. Rini Diyah
Izin bertanya, pernahkah Mbak Isty merasa ada kejenuhan dalam menulis? Ditambah pas kondisi fisik habis beraktivitas full seharian. Bagaimana membuatnya fresh kembali?
Jawaban:
Jujur pernah, apalagi sehabis agenda full. Semua ide kadang juga melayang. Ini bisa disiasati jika kita punya ide, kita tulis dan simpan di Hp. Kalau sudah siap nanti kita akan eksekusi.
Untuk membuat semangat fresh lagi untuk saat ini karena sudah kembali offline, kita perlu rehat sejenak. Atau menulis SP dikirim ke media cetak, nanti tayang (tulisan tayang adalah obat jenuh bagi penulis).
Dan jangan lupa berteman dengan banyak penulis agar semangat tetap bisa menular ke kita.
6. Firda Umayyah
Untuk menulis opini, biasanya Mbak Isty lebih memilih menulis opini sedikit tapi berkualitas (minim kesalahan) atau lebih mengejar menulis opini banyak meskipun mungkin kurang maksimal?
Jawaban:
Saya lebih memilih sedikit yang berkualitas dan komplet. Kecuali ketika kita sudah berkomitmen mengikuti challenge yang mengharuskan banyak kita penuhi akad itu semaksimal mungkin.
7. Maya Rohmah
Mbak Isty, apakah tinggal dengan selain keluarga inti? Atau rumahnya sering ada tamu atau sering dijadikan tempat pertemuan?
Sering, saat ada ibu mertua menginap atau ada pertemuan-pertemuan di rumah, susah sekali konsentrasi untuk melakukan aktivitas pribadi seperti menulis. Setelah ibu mertua atau tamu-tamu pulang, rasanya lelah.
Jawaban:
Alhamdulillah kami tinggal dengan keluarga inti. Dan ini memang membantu sekali untuk bisa duduk diam konsentrasi menulis. Karena jujur, kalau ada tamu boro-boro mau nulis, pegang hp serasa tidak sempat. Apalagi kalau tamunya adalah orang tua yang harus dimuliakan dan didengarkan ceritanya, maka total diri saya tidak bisa menulis. Namun, insyaallah pahalanya juga besar.
Closing Statement
Melaksanakan yang 5 sebelum yang 5. Manfaatkan lima perkara sebelum lima perkara :
[1] Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
[2] Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
[3] Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
[4] Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
[5] Hidupmu sebelum datang kematianmu. (HR. Al-Hakim)
Wallahu a'lam[]
Semoga bermanfaat
MasyaAllah, Benar sekali ketika kita produktif mengatur waktu serta melibatkan Allah disetiap helaannya pasti semua dipermudah, itulah pentingnya semangat yang membara mengembangkan Islam secara kaffah. Jazakillah Khoir Mbak Sangat Memotivasi The Next Tulisannya✨