"Tanpa self editing, penulis tak mungkin mengetahui adanya kesalahan dan kekurangan dalam tulisannya."
Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Bismillâhirrahmânirrahîm
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Sahabat yang saya cintai karena Allah, izinkan saya untuk sedikit berbagi. Semoga ada manfaatnya.
Self editing atau swasunting adalah proses mengedit naskah yang dilakukan oleh penulisnya sendiri. Swasunting dilakukan sebelum naskah dikirimkan atau ditayangkan. Swasunting penting bagi penulis untuk meminimalkan adanya kesalahan sehingga naskah yang dihasilkan adalah yang terbaik.
Swasunting menjadi bagian tak terpisahkan dari menulis itu sendiri. Tanpa swasunting, penulis tak mungkin mengetahui adanya kesalahan dan kekurangan dalam tulisannya. Berikut ini yang dilakukan dalam proses swasunting:
1. Menyunting isi
Isi adalah bagian inti sebuah tulisan. Mengedit isinya dilakukan untuk membuat tulisan seperti yang diinginkan si penulis. Isi yang tersusun dengan baik dan benar akan membantu pembaca memahami tulisan.
Isi tulisan merupakan apa-apa yang diinginkan oleh si penulis. Sudah pasti si penulis yang lebih mengetahui isi dari tulisannya tersebut. Karena itulah yang bisa mengedit isinya tentu si penulis itu sendiri.
Isi tulisan juga menjadi tanggung jawab sepenuhnya dari si penulis. Begitu tulisan keluar di publik, maka ia bisa dibaca dan dinilai oleh siapa pun, termasuk dipersoalkan bagi mereka yang tak sepakat dengannya. Apalagi untuk tulisan yang isinya sensitif tentu dibutuhkan kepiawaian dalam mengolahnya agar tak berimbas negatif. Mengedit isinya bukan hanya agar tulisan enak dibaca tetapi juga ‘aman’ dari berbagai jeratan persoalan.
Kita memang tak bisa membuat semua orang menyukai pribadi dan tulisan kita. Yang bisa kita lakukan adalah sebisa mungkin menghindari hal-hal yang berpotensi menjadi masalah. Ini bukan berarti kita takut menyampaikan kebenaran yang kita yakini. Sebaliknya, kita dituntut berani dalam memperjuangkan yang hak. Namun, keberanian harus diiringi dengan strategi dan kehati-hatian supaya langkah kita dalam menegakkan kebenaran bisa terus berjalan.
2. Perhatikan PUEBI dan KBBI
Penulis bukan hanya menulis semata untuk menuangkan ide dan pendapatnya, tetapi juga menyajikan tulisan yang rapi. Tulisan yang rapi membantu kenyamanan dalam membacanya. Hal ini bisa dilakukan dengan selalu berpedoman pada PUEBI dan KBBI.
Jangan bosan-bosan membuka PUEBI dan KBBI. Selalu mengecek tulisan agar sesuai dengannya. Sering terjadi pemakaian kata yang tidak mengacu pada kaidah bahasa yang benar. Banyak yang melakukannya sehingga dianggap benar. Dikira sudah sesuai dengan PUEBI dan KBBI, ternyata keliru adanya. Ini harus diluruskan agar tak keterusan.
Penulis juga bertanggung jawab untuk bisa mengedukasi pembacanya. Bukan hanya tentang isi tetapi juga terkait hal-hal teknis menurut kaidah berbahasa yang baik dan benar.
3. Hindari kesalahan
Manusia memang tempatnya salah dan lupa. Wajar bila ada kesalahan padanya. Namun, bukan berarti kemudian membiarkannya jika kita mengetahuinya.
Begitu pula dalam menulis, kita bisa memaklumi jika terjadi kesalahan. Penulis juga manusia. Salah ketik, keliru menempatkan tanda baca, adanya kata atau huruf yang hilang atau malah kebanyakan merupakan kesalahan yang menimpa penulis. Dengan melakukan swasunting, maka kesalahan-kesalahan tersebut bisa diperbaiki.
Salah itu biasa dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Memperbaiki kesalahan adalah keharusan. Berulang kali salah itu parah. Tak mau belajar dari kesalahan adalah kesombongan. Astagfirullah…
4. Mengedit paragraf
Swasunting juga untuk mengedit paragraf agar tak terlalu panjang atau terlalu pendek. Bagaimana menuliskan kembali kalimat-kalimat dalam setiap paragraf menjadi lebih efektif dan tepat. Membuat paragraf satu dengan yang lainnya bisa saling terkait dan tersambung secara baik.
5. Edit sistematika
Melakukan swasunting agar tulisan bisa sistematis secara keseluruhan. Menghindari tulisan yang melompat-lompat, memutar-mutar dan tidak urut logikanya. Dengan meletakkan bab dan subbab secara teratur dan sistematis supaya enak dibaca. Tulisan yang sistematis membuatnya enak dibaca dan mudah dipahami oleh pembaca.
Mengedit tulisan sendiri memang tak semudah dibayangkan. Sudah capek menulis, masih juga harus melakukan swasunting. Waktu yang dibutuhkan tentu juga lebih lama lagi untuknya. Ya, memang begitulah kerjaan penulis. Jangan sedih sebab semua akan indah pada waktunya. Proses tak akan mengkhianati hasil.
Berikut ini tips dalam self editing:
1. Jangan menulis sambil mengedit.
Fokus dahulu menyelesaikan tulisan secara keseluruhan baru kemudian mengeditnya. Kerjakan satu per satu supaya bisa konsentrasi dan maksimal hasilnya.
2. Ambil jeda.
Setelah tulisan selesai, jangan langsung mengedit. Istirahatkan diri dahulu supaya pikiran kembali fresh. Selain itu dengan mengambil jeda, kita bisa melihat kembali tulisan yang dibuat dengan lebih jernih. Jaga jarak dulu dengan tulisan yang baru diselesaikan supaya bisa memandang dengan lebih terang. Dengan begitu akan tampak kelebihan dan kekurangan di dalamnya untuk kemudian diperbaiki.
3. Baca berulang-ulang.
Sekali sering kali tak cukup untuk bisa mendapatkan hasil yang terbaik. Kita perlu membaca berkali-kali supaya bisa menemukan kata atau kalimat yang tepat guna mendukung isi tulisan.
4. Baca dengan keras.
Dengan membaca keras akan membantu merasakan adanya kata atau kalimat yang tidak pas atau aneh. Setelah menemukannya, kita kemudian bisa memikirkan kata atau kalimat alternatifnya.
5. Memosisikan diri sebagai pembaca.
Cobalah menempatkan diri kita sebagai pembaca. Kira-kira tulisan kita itu bisa dipahami atau tidak. Jangan-jangan pembaca malah bingung, ini maksudnya apa ya?! Berusahalah melihat dari sisi yang lainnya agar kita bisa mengetahui bagaimana rasanya di sana sehingga mampu menjadi lebih bijaksana.
6. Cek plagiarisme.
Lebih aman memakai buah pikiran sendiri dalam menulis untuk menghindari terkena plagiarisme. Selain itu dengan menuangkan pikiran sendiri, kita bisa lebih memahami apa yang kita tulis. Kita boleh terinspirasi dari tulisan orang lain, tetapi tidak boleh menirunya plek ketiplek.
Mesin untuk mengecek orisinalitas tulisan tersedia banyak di internet. Kita bisa pilih mana yang paling bagus di antaranya. Cek berulang kali naskah kita supaya benar-benar minim plagiasi atau kalau bisa bebas sama sekali alias zero plagiarisme.
7. Perbanyak membaca.
Dengan banyak membaca, cakrawala kita bisa semakin luas. Kosakata yang kita kenal juga semakin banyak. Kita juga bisa melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang. Ini tentu sangat berguna dalam menulis dan melakukan swasunting.
8. Teliti adalah kunci.
Melakukan swasunting dibutuhkan ketelitian. Melihat satu per satu huruf, kata, kalimat, dan tanda baca apakah sudah tepat atau belum. Memeriksa dengan jeli supaya tidak ada kekeliruan yang terlewat. Itu semua dilakukan dengan hati-hati dan tidak tergesa-gesa.
Ketelitian tidak berarti berlebihan dan berlama-lama. Ketelitian mengharuskan adanya kejelian, kecermatan, akurasi dan konsistensi. Ketelitian juga membutuhkan kesabaran dan kebesaran jiwa untuk meredam ego. Maka, yang demikian sekaligus menjadi ajang menempa diri untuk mencapai hal yang lebih baik lagi dari masa ke masa.
Manusia tidak ada yang sempurna. Begitu pula tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Anggaplah ini juga sebagai media untuk melatih diri supaya menjadi lebih baik.
Sekian yang bisa saya sampaikan. Semoga ada manfaat yang bisa diambil dan menjadi penyemangat untuk terus belajar. Mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh[]
Sangat berkesan