Bedah Naskah (Syiar)

"Saran kami, sesibuk apa pun seorang penulis, alangkah baiknya jika terlebih dahulu membaca sendiri tiap kalimat dalam tulisan yang dibuat sebelum mengirimkannya, agar bisa mengetahui apakah penempatan tanda bacanya sudah tepat atau belum, apakah ada kalimat rancu yang kira-kira membuat pembaca bingung dengan maksud yang hendak disampaikan."

Oleh. Dian Afianti Ilyas
(Tim Redaksi NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, berdasarkan jadwal yang telah disepakati, hari ini adalah jadwal untuk bedah naskah. Dalam kesempatan kali ini, naskah yang akan dibedah adalah naskah dari rubrik syiar.

Tak ada maksud lain, dipilihnya naskah yang akan dibedah kali ini sejatinya bertujuan untuk meningkatkan kualitas tulisan para penulis, serta menjadi evaluasi bagi kita semua. Silakan disimak.

✏✏✏✏

Pahala Puasa Raib, Kenali Sebab-Sebabnya!

Ramadan adalah bulan istimewa. Penuh ampunan dan pahala yang berlimpah. Segala keberkahan ini, hanya bisa direguk dengan amalan terbaik. Diniatkan karena Allah Swt. Pun, tata caranya harus sesuai tuntunan syariat-Nya. Melenceng dari ketentuan-Nya, bisa saja, tepercik noda. Membuat pahala puasa raib. Tak tersisa.

Namun sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa pahala puasa bisa sirna . Karena terkotori niat atau perbuatan yang tercela. Hal ini tentunya, sangat disayangkan! Pahala puasanya tak ada. Hanya sekadar lapar dan dahaga. Ibadah saum yang susah payah dikerjalan ternyata, berakhir sia-sia.

Penyebab Puasa Batal

Ada beberapa kondisi yang membatalkan puasa. Di antaranya adalah; haid, nifas, berjimak, muntah dengan sengaja, gila, murtad, memasukkan obat ke dua tempat yakni dubul dan qubul, dan terakhir memakan makanan haram dengan sengaja.

Ya, meski harus kita garis bawahi. Tidak semua hal tersebut terjadi atas keinginan kita. Seperti haid dan nifas. Ini kondisi yang dimaafkan bagi muslimah jika meninggalkan puasa. Walaupun nantinya, tetap wajib diganti, sebanyak yang ditinggalkan, di bulan lainnya. Begitu pun dengan memasukkan obat karena anjuran dari dokter, di dua area yakni qubul dan dubur. Dua sebab ini, pun dimaafkan. Dengan syarat puasa tertinggal diganti di luar bulan puasa.

Namun, berbeda halnya, jika penyebab puasa batal datang dari pilihan manusia. Seperti sengaja muntah. Sengaja makan dan minum. Sengaja murtad. sengaja makan makanan haram saat berbuka. Semua itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Kendati puasanya kelak, diganti. Namun dosanya, tetap ada selama ia tidak sungguh-sungguh bertobat.

Hanya saja, ada beberapa kondisi, tergolong perkara yang sangat tercela. Di mana seseorang berbuat kesalahan dalam puasanya, tapi Allah tidak meminta puasanya untuk diganti. Justru sebaliknya, Allah langsung menghapuskan pahala puasanya. Dengan kata lain, pahala puasanya tertolak.

Kondisi ini, tentunya wajib diketahui oleh setiap insan yang inginkan pahala puasa diterima. Agar bisa dihindari dengan segala daya dan upaya. Karena bulan Ramadan adalah bulan meraup pahala, jangan sampai yang bertambah malah tabungan dosa.

Hal-Hal yang Wajib Dihindari

Setidaknya ada 5 perkara yang menyebabkan pahala puasa raib tak tersisa. Hal ini, sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Ad-Dailami yang artinya "Ada 5 perkara yang membatalkan pahala orang yang berpuasa. Yaitu berdusta, bergibah, mengadu domba, bersumpah palsu, memandang dengan syahwat."

Untuk perkara pertama, yakni berdusta. Kenapa Allah menghapus pahala puasa orang-orang yang berdusta dan puasanya ditolak? Hal ini, karena Allah sangat membenci pelaku dusta. Bahkan, Allah mengatakan tidak butuh puasa orang berdusta. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari yang artinya “Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.

Kedua, suka gibah atau bergosip. Ini aktivitas yang kerap dilakukan oleh emak-emak jika berkumpul. Ada yang kurang, jika tidak ada yang digosipkan. Layaknya sayur tanpa garam. Hambar. Padahal, Allah sangat membenci pelaku gosip. Bahkan, menyamakan pelakunya seperti memakan bangkai saudaranya sendiri, sebagaimana Firman Allah Swt. di surat Al-Hujrat ayat 12 yang artinya, “Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?”

Ketiga, mengadu domba yang mengarah kepada kebencian dan fitnah. Ini sering terjadi pada pengemban dakwah yang mengajak untuk berislam kaffah. Sering kita temui orang-orang yang menstigmatisasi mereka dengan tuduhan negatif seperti kadrun, radikal, dan lain-lain. Sehingga, umat dan pengemban Islam berselisih. Karena itu, Allah dan Rasul-Nya sangat membenci orang-orang ini. Bahkan Rasul bersabda, yang diriwayatkan oleh Muslim, yang artinya, “Pelaku adu domba tidak akan masuk surga.”

Keempat, bersumpah palsu. Orang-orang yang bersumpah palsu ini sangat dibenci oleh Allah. Mereka hanya pembohong yang bersumpah atas nama Allah. Menukar ayat-ayat Allah dengan harga sedikit. Mereka berniat berbuat zalim dengan sumpahnya itu. Karenanya, mereka tak akan mendapat bagian apapun dari pahala yang diupayakan di dunia. Sebagaiman Firman Allah di surat Ali Imran ayat 77, "Sesungguhnya orang-orang yang menukar janjinya dengan Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bagian (pahala) di akhirat,”

Kelima, tidak menjaga mata dari syahwat. Artinya, seseorang tersebut telah melihat sesuatu yang tidak pantas (syahwat), baik secara langsung maupun tidak. Karena memang salah satu sumber syahwat itu adalah pandangan mata. Karena itu Rasulullah mengatakan dalam sebuah hadis yang diriwiyatkan oleh Al-Hakim dan At-Tabrani yang artinya, "Pandangan merupakan salah satu anak panah iblis.” Jadi, jangan sembarangan melepaskan anak panah iblis ini. Sebaliknya, tundukkan pandangan! Agar terbebas dari melihat hal-hal yang tak pantas.

Hilangkan Masalah!

Sebenarnya, hal-hal buruk yang memorakporandakan pahala puasa tanpa sisa itu, terjadi karena hal sepele yang kita sebut kebiasaan. Namun, meskipun sepele, kebiasaan ini tidak mudah untuk dihilangkan. Selama tidak didasari oleh pemikiran dan dibarengi oleh solusi fundamental. Selamanya, masalah ini akan menjadi momok di bulan Ramadan. Dihindari saat puasa saja. Tapi, kembali terulang dan membiasa lagi, di luar bulan suci.

Lihat saja, apa yang dunia hiburan tanah air kita suguhkan! Gibah dari sosok ke sosok setiap hari. Pun, budaya menfitnah jemaah Islam kaffah yang tak pernah sepi. Budaya korupsi juga mencerminkan sikap dusta dan sumpah palsu. Lalu para milenial, generasi yang akan meneruskan estapet kepemimpinan, malah sibuk dengan dunia KPop, dan tontonan yang mengundang syahwat. Buktinya mereka lebih mengenal nama-nama aktor Korea daripada para sahabat Rasul yang wajib diteladani.

Pada akhirnya, problem ini sebenarnya adalah masalah sistemik juga. Akarnya ya, sekularisme. Ide yang memisahkan aturan hidup kita dari syariat Islam. Imbasnya, Ramadan momentum takwa, tinggal cita-cita. Target meraup pahala, raib. Sia-sia. Alih-alih menang di Idulfitri, kita hanya menjadi pribadi yang rugi.

Maka, jelaslah! Ramadan dengan sekularisme, sungguh, tidak berjodoh. Lain haluan, lain pula tujuan. Bersebab itu, berhenti memaksakan sekularisme sebagai standar berpikir umat. Sebaliknya, cabut ia dari kehidupan umat. Sepenuhnya. Itulah solusi dari setiap permasalahan kita.

Khatimah

Sungguh, alangkah baiknya. Jika bulan Ramadan yang memiliki sejuta keutamaan ini, kita jadikan momentum raih ketakwaan hakiki. Mengoptimalkan dakwah Islam kaffah. Menyeru umat untuk kembali fitri. Kembali ke fitrahnya sebagai hamba yang berhukum dengan syariat saja. Hidup di bawah sistem mulia. Di bawah sistem kepemimpinan Islam. Menjemput janji Allah dan Rasul-Nya. Khilafah Rasyidah, yang pasti Kembali.

✏✏✏✏

Dari naskah di atas, kita akan mencoba untuk membedahnya. Check it out!!

1. Syarat naskah yang ditetapkan NarasiPost.Com

✔ Naskah ini terdiri dari 984 kata, yang mana kita telah ketahui bersama bahwa syarat minimal jumlah kata yang ditetapkan adalah 600 kata

✔ Tingkat plagiarisme hanya mencapai 3%, yang mana terdeteksi pada bagian dalil. Tentu cukup sulit untuk menghindar dari deteksi plagiat jika terkait dalil. Namun, rendahnya tingkat plagiarisme ini menunjukkan bahwa naskah ini murni buah pikiran penulis.

2. Kalimat tidak efektif

Alinea ke-5:

Namun, berbeda halnya, jika penyebab puasa batal datang dari pilihan manusia. Seperti sengaja muntah. Sengaja makan dan minum. Sengaja murtad. sengaja makan makanan haram saat berbuka. Semua itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Kendati puasanya kelak, diganti. Namun dosanya, tetap ada selama ia tidak sungguh-sungguh bertobat.

Bisa dirampingkan menjadi:

Namun, berbeda halnya jika penyebab batalnya puasa datang dari pilihan manusia, seperti muntah, makan dan minum, murtad, memakan makanan haram saat berbuka, yang semuanya dilakukan dengan sengaja, maka semua itu akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. Kendati puasanya kelak diganti, namun dosanya tetap ada selama ia tidak sungguh-sungguh bertobat.

3. Kesalahan KBBI dan Typo

dikerjalan 👉🏻 dikerjakan

membiasa 👉🏻 terbiasa

menfitnah 👉🏻 memfitnah

estapet 👉🏻 estafet

KPop 👉🏻 K-Pop

4. Penempatan tanda titik (.) dan tanda koma (,) yang tidak sesuai

Alinea ke-1

Melenceng dari ketentuan-Nya, bisa saja, tepercik noda. 👉🏻 Melenceng dari ketentuan-Nya, bisa saja tepercik noda.

Alinea ke-2:

Namun sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa pahala puasa bisa sirna . Karena terkotori niat atau perbuatan yang tercela 👉🏻 Namun sayangnya, masih banyak yang belum menyadari bahwa pahala puasa bisa sirna karena terkotori niat atau perbuatan yang tercela (Masih rangkaian kalimat yang sama maka tidak perlu dibubuhi tanda titik)

Hal ini tentunya, sangat disayangkan! 👉🏻 Hal ini tentunya sangat disayangkan!

Ibadah saum yang susah payah dikerjalan ternyata, berakhir sia-sia. 👉🏻 Ibadah saum yang susah payah dikerjakan ternyata berakhir sia-sia.

Alinea ke-4:

Walaupun nantinya, tetap wajib diganti, sebanyak yang ditinggalkan, di bulan lainnya. 👉🏻 Walaupun nantinya tetap wajib diganti sebanyak yang ditinggalkan di bulan lainnya.

Dua sebab ini, pun dimaafkan. 👉🏻 Dua sebab ini pun dimaafkan.

Alinea ke-6:

Hanya saja, ada beberapa kondisi, tergolong perkara yang sangat tercela. 👉🏻 Hanya saja, ada beberapa kondisi tergolong perkara yang sangat tercela.

Alinea ke-7:

Kondisi ini, tentunya wajib diketahui oleh setiap insan yang inginkan pahala puasa diterima. Agar bisa dihindari dengan segala daya dan upaya. 👉🏻 Kondisi ini tentunya wajib diketahui oleh setiap insan yang inginkan pahala puasanya diterima agar bisa dihindari dengan segala daya dan upaya._

Alinea ke-9:

_Hal ini, karena Allah sangat membenci pelaku dusta. 👉🏻 Hal ini karena Allah sangat membenci pelaku dusta.

Alinea ke-14:

Sebenarnya, hal-hal buruk yang memorakporandakan pahala puasa tanpa sisa itu, terjadi karena hal sepele yang kita sebut kebiasaan. 👉🏻 Sebenarnya, hal-hal buruk yang memorakporandakan pahala puasa tanpa sisa itu terjadi karena hal sepele yang kita sebut kebiasaan.

kembali terulang dan membiasa lagi, di luar bulan suci. 👉🏻 kembali terulang dan terbiasa lagi di luar bulan suci. (lebih tepat menggunakan kata "terbiasa" daripada kata "membiasa")

Alinea ke-18:

Sungguh, alangkah baiknya. Jika bulan Ramadan yang memiliki sejuta keutamaan ini, kita jadikan momentum raih ketakwaan hakiki. 👉🏻 Sungguh, alangkah baiknya jika bulan Ramadan yang memiliki sejuta keutamaan ini, kita jadikan momentum untuk meraih ketakwaan hakiki.

Saran kami, sesibuk apa pun seorang penulis, alangkah baiknya jika terlebih dahulu membaca sendiri tiap kalimat dalam tulisan yang dibuat sebelum mengirimkannya, agar bisa mengetahui apakah penempatan tanda bacanya sudah tepat atau belum, apakah ada kalimat rancu yang kira-kira membuat pembaca bingung dengan maksud yang hendak disampaikan. Hal ini tentunya menunjukkan keseriusan penulis dalam menggarap naskah.

Demikian yang dapat saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga kita semua semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas tulisan kita. Mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan. Terima kasih atas kesempatannya.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Dian Afianti Ilyas Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Menghadapi Serangan Islamofobia
Next
Berhijab = Manusia Gurun? Fix, Ini Rasis!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram