"Menulis memang tak selalu mulus jalannya. Banyak hambatan, tantangan, ujian, dan cobaan yang akan dihadapi oleh para penulis. Tidak hanya dibutuhkan kemampuan atau penguasaan teknis dalam menulis saja, tetapi juga diperlukan kesabaran dan keuletan di dalamnya."
Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap narasipost.Com)
NarasiPost.Com-Bismillâhirrahmânirrahîm
Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
Sahabat yang saya cintai karena Allah, izinkan saya untuk sedikit berbagi. Semoga ada manfaatnya.
Ada kalanya seorang penulis mengalami writer’s block yang membuatnya berhenti menulis dalam jangka waktu tertentu. Writer’s block merupakan kondisi di mana penulis tidak dapat menuliskan apa pun. Ia kesulitan memulai tulisan baru atau melanjutkan tulisannya yang sudah berjalan.
Istilah writer’s block dipopulerkan pertama kali di Amerika oleh seorang psikoanalisis bernama Edmund Bergler pada tahun 1940-an. Jadi, ia bukan hal yang baru lagi di dunia ini.
Tak hanya penulis pemula, tetapi penulis yang sudah punya pengalaman menulis selama bertahun-tahun juga bisa mengalami writer’s block. Siapa saja bisa menghadapi kondisi kebuntuan dalam menulis. Bahkan, penulis terkenal juga pasti pernah merasakan buntu, kesulitan mendapatkan ide, dan inspirasi untuk menulis. Penulis yang biasanya produktif bisa seolah-olah tak tahu mau menulis apa. Semua terasa buntu.
Ada beberapa tanda penulis terkena writer's block, yaitu:
- Sulit berkonsentrasi atau tidak bisa fokus
- Tidak merasa terinspirasi
- Kehabisan ide
- Pikiran seperti kosong
- Merasa stres
- Terlalu sering mengoreksi tulisan
Penyebab Writer’s Block
Writer's block bisa disebabkan oleh hal berikut:
1. Kelelahan fisik, mental, dan emosional yang sangat
Ketika lelah terlalu menghinggapi diri, maka tubuh tidak sanggup melakukan sesuatu, termasuk menulis. Bukan hanya kelelahan fisik, tetapi juga mental dan emosional yang teramat kewalahan bisa menyebabkan kehilangan fokus. Padahal, menulis sendiri membutuhkan konsentrasi yang tinggi.
2. Terlalu perfeksionis
Orang perfeksionis biasanya menetapkan standar yang tinggi, bahkan sangat tinggi. Terlalu memasang standar yang tinggi membuat kita merasa bahwa tulisan kita selalu kurang baik atau sempurna sesuai yang diinginkan. Bahkan kesalahan kecil atau sesuatu yang tidak pas sekecil apa pun bisa sangat mengganggu.
Menulis, kemudian dihapus. Menulis lagi, kemudian dihapus lagi. Begitu terus sampai berulang-ulang karena menginginkan tulisan menjadi baik sedari awal. Memang baik bila menginginkan tulisan kita bagus dan sempurna agar bisa menghasilkan tulisan yang terbaik. Namun, jika selalu merasa tulisan kita kurang baik terus, maka bisa jadi tulisan tersebut tak kunjung selesai.
3. Ketakutan
Ketakutan bahwa tulisan kita akan ditolak, dikritik, dinilai kurang bagus, tidak layak, tulisan sampah, ecek-ecek, tak bermanfaat, membosankan, dan hal-hal negatif lainnya akan membuat kita takut untuk menulis. Bayang-bayang menakutkan yang mungkin kita ciptakan sendiri itu bisa menyebabkan kesulitan untuk fokus sehingga tak jadi menulis. Padahal, kita belum menulis sama sekali. Lalu, bagaimana tulisan kita akan dinilai?
4. Tekanan dari luar
Dalam hal ini, penulis yang menghadapi tekanan dari pekerjaannya akan kesulitan untuk menuangkan pikirannya dalam tulisan. Tekanan bisa juga datang dari pembaca yang membuat penulis terpengaruh mental dan pikirannya sehingga terhambat dalam menulis. Ketika orang yang tidak mau menulis, kemudian dipaksa menulis, maka ia akan mengalami kesulitan. Ia tak bisa menuliskan sesuatu karena tak punya ide apa pun.
Cara Mengatasi Writer’s Block
Ketika mengalami writer’s block, kita bisa melakukan beberapa cara berikut ini:
1. Istirahat
Bila tubuh lelah, maka istirahatkan sebentar. Tak perlu terlalu lama karena bisa-bisa malah keenakan dan tulisan terabaikan. Cukup hingga penat lenyap dan tubuh telah mendapatkan waktu untuk pulih kembali. Pikiran pun juga segar untuk bisa mulai menulis lagi.
2. Melakukan kegiatan lain yang menyenangkan
Banyak kegiatan menyenangkan yang bisa kita lakukan selain menulis. Kita bisa berolahraga, memancing, berkebun, memasak, menonton, jalan-jalan atau yang lainnya. Dengan melakukan hobi yang kita sukai, hati senang, pikiran tenang, dan stres pun menghilang.
3. Membaca buku
Dengan membaca buku kita bisa mengalihkan pikiran sebentar dari menulis. Membaca buku bisa membantu kita melakukan variasi dari rutinitas yang telah menyita tenaga dan pikiran kita. Rasa jenuh akan hilang dan kita bisa menemukan ide-ide baru untuk menulis setelah membaca. Buku bisa memberi inspirasi bagi pembacanya. Tidak harus membaca buku dengan tema yang berat atau tebal halamannya, komik atau majalah pun bisa kita baca. Yang penting sesuatu yang kita suka membacanya.
4. Cari tempat dan waktu yang nyaman untuk menulis
Suasana yang nyaman dan waktu yang pas untuk menulis bagi setiap penulis bisa berbeda-beda. Ada yang lebih suka menulis di tempat yang sunyi. Ada yang lebih suka menulis harus di kamarnya sendiri. Ada orang yang bisa menulis di mana saja ia berada. Begitu ada ide, ia bisa langsung menuliskannya. Ada penulis yang tipe morning person, lebih suka menulis di pagi hari. Ada yang dia tipe night owl atau lebih suka bekerja dan menulis di malam hari.
Memilih tempat dan waktu yang nyaman bagi kita sangat penting karena untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang bisa mengganggu fokus. Dengan begitu, akan sangat membantu dalam berkonsentrasi menyelesaikan tulisan.
Hal yang biasanya sering menjadi distraksi sekarang ini adalah telepon genggam kita. Selain manfaatnya yang banyak, gadget kita bisa membuat kita mudah terdistraksi. Awalnya scrolling di medsos untuk mencari inspirasi, eh justru malah keterusan melihat yang lain-lainnya. Jika hal seperti itu membuyarkan konsentrasi, maka jauhkan sementara waktu agar bisa fokus untuk menulis kembali.
5. Menulis bebas
Lakukan free writing atau menulis bebas. Tulislah apa saja yang muncul di kepala secara bebas tanpa memikirkan apa pun. Dalam lima menit misalnya, cobalah menulis tanpa henti. Lupakan sebentar PUEBI dan KBBI. Menulislah seolah-olah sedang berbicara dengan sahabat dekat, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Keluarkan semua unek-unek kita tanpa ragu, malu, dan takut. Terus tuliskan ide-ide yang datang sebelum menghilang hingga ‘stuck’ akhirnya.
Menulis bebas bisa membantu melancarkan kembali aliran menulis yang sempat terhambat. Setelah membaca kembali tulisan hasil free writing kita, siapa tahu ada ide dan inspirasi yang bisa ditemukan.
6. Menulis sesuatu yang lain
Bila kita buntu dengan tulisan yang sedang kita kerjakan, cobalah menulis dengan tema yang lain. Bila sudah jenuh dengan tema atau topik tersebut, tak usah dipaksakan karena justru akan semakin menghambat. Cobalah menulis tema lain yang berbeda, yang lebih ringan, menyegarkan, atau menghibur seperti komedi misalnya. Gunanya untuk menghilangkan kejenuhan sembari mencari inspirasi untuk melanjutkan tulisan yang sebelumnya.
7. Buat deadline
Tentukan batas waktu kapan tulisan kita sudah harus jadi. Ini agar kita tidak berleha-leha sehingga tulisan terbengkalai. Selain itu, juga untuk menghindarkan dari kemalasan dan menunda-nunda dalam menuntaskan tulisan.
8. Mengupayakan kemajuan, bukan kesempurnaan
Jangan pernah mengharapkan tulisan bisa sempurna dalam sekali coba. Ini karena menulis adalah sebuah proses yang terus berlangsung dari waktu ke waktu. Setiap penulis hebat pasti melewati prosesnya masing-masing. Tidak bisa ia langsung jago dalam menulis. Semua penulis bermula dari tidak bisa, belajar, mencoba, gagal, mencoba lagi hingga bisa.
Proses inilah yang tidak bisa dicuri dan dihilangkan. Proses akan selalu mengiringi perjalanan manusia dalam mencapai suatu tujuan. Seorang yang andal dalam hal apa pun, termasuk menulis, membutuhkan proses yang menempa kemampuannya.
Jadi, tulislah sebaik mungkin sebisa kita. Jangan menghabiskan waktu terlalu berlebihan untuk sebuah tulisan. Yang penting tulisan tersebut telah melalui swasunting yang memadai sebelum kita keluarkan. Bila nanti ada kekurangan, bisa ditebus dengan karya berikutnya.
9. Ingat kembali motivasi menulis
Mengingat kembali motivasi dalam menulis bisa menjadi cara yang ampuh dalam membangkitkan semangat untuk menulis. Bagi muslim tentulah motivasi dalam melakukan suatu perbuatan atau aktivitas adalah untuk beribadah kepada Allah. Demikian halnya dengan penulis ideologis, motivasi utama adalah untuk dakwah lillah. Menulis dalam rangka untuk mencerdaskan dan membangkitkan umat, melawan narasi yang buruk terhadap Islam serta mendakwahkan Islam yang lurus.
Dengan begitu, ketika terjadi kebuntuan dalam menulis, penulis ideologis akan bersegera mencari jalan keluarnya. Dia akan segera menuntaskan masalahnya agar aktivitas dakwah bil qolam bisa terus berjalan. Musuh-musuh Islam telah bekerja siang dan malam tiada henti untuk menghancurkan agama ini dari segala sisi. Maka, upaya yang kita lakukan juga harusnya lebih sungguh-sungguh dan serius. Dakwah tidak boleh berhenti apa pun yang terjadi. Dakwah lewat tulisan jangan sampai mati.
Menulis memang tak selalu mulus jalannya. Banyak hambatan, tantangan, ujian, dan cobaan yang akan dihadapi oleh para penulis. Tidak hanya dibutuhkan kemampuan atau penguasaan teknis dalam menulis saja, tetapi juga diperlukan kesabaran dan keuletan di dalamnya.
Pada akhirnya, dasar dari semua yang kita lakukan adalah bermuara pada Sang Pencipta, Allah Swt.. Kita mampu menulis adalah karena-Nya. Kita menulis juga untuk-Nya. Berbagai rintangan yang kita temui dalam perjalanannya juga adalah atas izin-Nya. Karena itulah, iringi selalu aktivitas menulis kita dengan memohon pada-Nya agar diberi kekuatan, keikhlasan, dan keistikamahan di jalan yang Dia ridai.
Sekian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan. Semoga kita semuanya bisa menjadi lebih baik dan berkontribusi dalam dakwah ini.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh []
Photo : unsplash