Bedah Naskah Opini (Part 2 )

"Lakukan self editing sebelum kirim naskah. Insyaallah ini akan meminimalisasi kesalahan, terutama typo. Penulis juga sebaiknya cek plagiat dulu secara mandiri. Jika ada yang terdeteksi plagiat karena copy paste, segera lakukan parafrasa."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Redpel NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ini adalah naskah yg akan kita bedah hari ini ya teman-teman…. Mohon izin ya bagi yang merasa naskahnya dijadikan objek bedah. Semoga nggak baper ya.

Ada Kemulian Muslimah di Negara Khilafah

Muslim India mengalami intimidasi kembali. Setelah kurang lebih satu bulan yang lalu terjadi seruan kebencian terahadap salah satu agama. Bahkan seruan melakukan genosida terhadap umat muslim di India oleh kelompok ekstrimis Hindu. Kini Muslimahdi India juga mengalami diskriminasi. Diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India. Larangan gadis Muslim berhijab untuk masuk ke ruang kelas terjadi di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India Selatan. Peristiwa ini memicu protes selama berminggu-minggu oleh para siswa (Republika.co,9/2/2022). Ratusan dari siswa dan siswi, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang larangan penggunaan hijab di sekolah. Kebijakan diskriminatif ini menyebabkan protes dan kekerasan yang meluas. Dengan Amanda kasus ini negara bagian Karnatakadi India mengeluarkan perintah untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi selama tiga hari setelah terjadi sejumlah unjuk rasa. (suara.com,10/2/22).

Tindakan diskriminasi tersebut dinilai sebagai islamphobia bagi umat muslim di sana. Wakil Ketua Umum (Waketum) MUI Anwar Abbas menyesalkan larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India terutama di negara bagian Karnataka India. Menurut Anwar Abbas hal ini jelas-jelas mencerminkan islamophobia. Mereka menyulut permusuhan dan kebencian dari pihak pemerintah terhadap rakyatnya sendiri yang beragama islam (Republika.co,10/2/2022). Anwar mengatakan perlakuan buruk yang diterima oleh umat islam di India, juga telah menyakiti hati umat islam yang ada di indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.(Republika.co,10/2/2022).

Sebagaimana diberitakan disejumlah media beberapa waktu lalu, menteri pendidikan Karnataka India, SM Nagesh, memerintahkan bahwa aturan berpakaian sekolah telah ditetapkan untuk melarang jilbab di lembaga pendidikan. Pemerintah Karnataka, merupakan daerah 12% dari populasinya adalah Muslim dan diperintah oleh Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Party (BJP) yang mendukung Perdana Menteri Narendra Modi. Pemerintah setempat membuat aturan bahwa semua sekolah harus mengikuti aturan berpakaian yang ditetapkan oleh manajemen. Partai-partai oposisi dan kritikus di India berpendapat bahwa pemerintah di tingkat federal dan negara bagian telah melakukan diskriminasi terhadap agama minoritas (Suara.com, 10/2/22) Pengadilan Tinggi Karnataka sedang mempertimbangkan untuk menentang larangan hijab tersebut. Pendapat lain mengatakan bahwa pelarangan ini menyoroti potensi isolasi dan marginalisasi umat Muslim (Suara.com, 10/2/22)

India sebenarnya negara yang memiliki jaminan kebebasan beragama yang tercantum dalam konstitusi. Namun beberapa kali pemerintah India menyulut kebencian kepada kaum Muslim sampai termanifestasikan ke ranah fisik. Kekerasan dan ujaran kebencian terhadap Muslim semakin meningkat di bawah pimpinan Modi dan partai nasionalis Hindu. Tak bosan-bosannanya mereka berusaha membuat kaum muslim sengsara. Umat Islam di India memang tergolong minoritas. Sebagai minoritas di India kaum muslim mengalami banyak penindasan. Sebagai mayoritas pun sebenarnya umat Islam dalam kondisi yang selalu dipojokkan, selalu difitnah. Padahal sebenarnya jumlah kaum muslim di dunia ini tidaklah sedikit. Namun hanya seperti buih di lautan. Terombang ambing dan akhirnya terhempas.

Berbagai seruan kebencian yang ditujukan kepada kaum Muslim di India. Baru sebulan yang lalu di India muncul seruan genosida terhadap umat muslim di India oleh kelompok ekstrimis Hindu. Kini Muslim India mengalami diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan. Ini semua efek dari islamophobia dari kelompok Hindu di India. Islamophobia ini muncul karena mereka menganggap Islam adalah agama yang tidak boleh, tidak pantas berpengaruh di masyarakat, bahkan di dunia. Malala Yousafzai, pemenang Nobel menyatakan bahwa pelarangan hijab berisiko meningkatkan Islamofobia. Sedangkan Zakia Soman, pendiri Bharatiya Muslim Mahila Andolan (kelompok Muslim perempuan) menyatakan bahwa mengecam hijab adalah tidak adil dan diskriminatif (suara.com,10/12/12). Majelis Ulama Indonesia menilai larangan memakai hijab di sejumlah sekolah di India ini jelas-jelas mencerminkan Islamophobia, permusuhan dan kebencian dari pihak pemerintah terhadap rakyatnya sendiri yang beragama islam., (okezone.com09/2/2022).

Hijab bagi Muslimah adalah suatu kewajiban. Sama seperti halnya sholat wajib,meninggalkannya berarti dosa. Maka tak heran jika Yahudi Bani Qoinuqa diusir oleh Rosullah. Akibat perbuatan mereka yang mengganggu kehormatan seorang muslimah di sebuah pasar. komunitas Yahudi Bani Qoinuqa diusir dari Madinah. Atau peristiwa pengiriman pasukan, hingga menggempur benteng Romawi di sebelah barat negeri Syam. Ini dilakulan oleh khalifah Al Mu’tshim Billah, karena mendengar kabar adanya pelecehan terhadap seorang Muslimah. Karena hijab sebagai kehormatan muslimah mereka ganggu, maka penguasa Muslim (khalifah) saat itu mengerahkan segala kekuatan untuk membela seorang wanita muslim.

Saat ini di India bukan hanya satu orang muslim yang di ganggu kehorrmatannya. Karena pelarangan hijab di sekolah ini adalah untuk semua muslimah India yang berada di lingkungan Sekolah. Mereka harus minta tolong kepada siapa? Jikalau dulu seorang muslimah saja Rosulullah mengusir Bani Qoinuqa. Seorang Al Mutasim Billah mengirimkan pasukannya ke Romawi. Kini tak ada lagi orang seperti mereka yang m elindungi kaum. Organisasi Islam sebesar OKI (Organisasi Kongrensi Islam) pun tak bisa bersuara membela mereka. Mengecam itu sudah cukup bagi organisasi sebesar OKI. Negri-negri muslim pun cukup dengan "mengecam". Sekat nasionalisme diantara negri-negri muslim membuat mereka cukup hanya dengan mengecam. Walaupun memang ada beberapa kaum muslim di berbagai negara juga merasakan remuk hatinya Ketika saudara seimannya diperlakukan tidak terhormat oleh rezim zalim India. Rasa empati kepada saudara kita sesama muslim ini muncul karena ada perasaan bahwa muslim adalah bersaudara. Hingga diibaratkan seperti satu tubuh. Seperti dalam sebuah hadist berikut:

Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling menyayangi dan mengasihi adalah seperti satu tubuh, bila ada salah satu anggota tubuh mengaduh kesakitan, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakannya, yaitu dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.'' (HR Bukhari dan Muslim)

Maka sebenarnya sudah saatnya umat butuh sebuah Institusi yang dapat menyatukan umat Islam. Yang dapat memberikan rasa aman bagi semua umat muslim di dunia. Dan bukan hanya kaum muslim saja yang merasakan rasa aman, namun seluruh umat di dunia ini. Islam sebagai rahmatan lil'alamin (rahmatan bagi semua alam) sudah cukup menjadi jawaban dari permasalahan ini. Islam datang dengan seperangkat sistim aturan yang menjadi solusi dari diskriminasi, kekerasan, pelecehan terhadap kaum Muslim. Dengan penerapan Syariat Islam dalam bingkai negara, maka perlindungan terhadap kehormatan muslimah akan terwujud. Pemimpin yang melindungi rakyatnya layaknya Rosulullah yang mengusir Bani Qoinuqa. Layaknya Al Mutasim Billah yang mengirim pasukan ke Romawi. Semua ini adalah dalam rangka menjaga umat. Rindunya kita pada pemimpin seperti mereka. Pemimpin layaknya perisai an pelindung umat ini hanya akan terwujud dalam sistim Islam. Semoga segera terwujud sebuah Institusi yang dapat menjadi pelindung dan perisai bagi umat.

Bedah Naskah

Ada Kemulian Muslimah di Negara Khilafah

Muslim India mengalami intimidasi kembali. Setelah kurang lebih satu bulan yang lalu terjadi seruan kebencian terahadap salah satu agama. Bahkan seruan melakukan genosida terhadap umat muslim di India oleh kelompok ekstrimis Hindu. Kini Muslimah di India juga mengalami diskriminasi. Diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India. Larangan gadis Muslim berhijab untuk masuk ke ruang kelas terjadi di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India Selatan. Peristiwa ini memicu protes selama berminggu-minggu oleh para siswa (Republika.co,9/2/2022). Ratusan dari siswa dan siswi, termasuk orang tua mereka, turun ke jalan menentang larangan penggunaan hijab di sekolah. Kebijakan diskriminatif ini menyebabkan protes dan kekerasan yang meluas. Dengan Amanda kasus ini negara bagian Karnataka di India mengeluarkan perintah untuk menutup sekolah dan perguruan tinggi selama tiga hari setelah terjadi sejumlah unjuk rasa. (suara.com,10/2/22).

Pembahasan

  1. Pada judul ada typo 'kemulian' harusnya Kemuliaan
  2. Nama penulis. Yang benar penulisannya Oleh. (Nama penulis) , bukan Oleh: Nama Penulis (dulu dosenku pernah bilang saat aku bimbingan skripsi soal itu)
  3. Terhadap typo: 'terahadap'
  4. Kesalahan ejaan 'ekstimis' harusnya ekstremis
  5. Kesalahan PUEBI: Muslim dan muslimah harusnya tidak kapital, kecuali di awal kalimat.
  6. Kalimat tidak efektif, terlalu bertele-tele--> Kini Muslimah di India juga mengalami diskriminasi. Diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di India. Larangan gadis Muslim berhijab untuk masuk ke ruang kelas terjadi di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India Selatan.

Itu bisa diefektifkan alias dirampingkan, jadi:

Kini muslimah di India juga mengalami diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan di negara bagian Katnataka, India Selatan. Para muslimah berhijab dilarang untuk masuk ke ruang kelas.

Lebih ringkas dan enak dibaca kan? ️

  1. Typo: Amanda --> adanya (kalau Amanda mah Brownies)
  2. Harusnya pakai koma (,) setelah kalimat -->Dengan adanya kasus ini
  3. Penulisan sumber berita, di akhirnya tak perlu di tutup dengan titik (.) lagi. Karena dia sudah berada di luar kalimat.

Nah, satu paragraf aja koreksiannya sebanyak itu… hehe…

Paragraf ke-2

  1. Kesalahan ejaan --> islamphobia harusnya islamofobia.
  2. Kesalahan PUEBI : muslim harusnya m-nya tidak kapital. Islam harusnya i-nya kapital karena nama agama. Indonesia harusnya i-nya kapital karena nama negara.

Paragraf ke-3

  1. Disejumlah harusnya spasi --> di sejumlah. Karena di- di sana sebagai kata depan.

Ciri di- sebagai kata depan: dia tidak bs diubah menjadi kata aktif.

Misalnya:
di sejumlah : tidak bisa jadi menyejumlah. Makanya harus pakai spasi.

Di sana : tidak bisa diubah jadi mesana (aneh ya? hehe) . Makanya harus pakai spasi.

Nah, kalau di- sebagai pembentuk kata pasif, barulah tidak pakai spasi

Misalnya:

Dianggap (tidak spasi)
Diselenggarakan (tidak spasi)

Cirinya (pembentuk kata pasif): bisa diubah jadi kata aktif. Contoh:
Menyelenggarakan
Menganggap

  1. Kesalahan PUEBI: menteri pendidikan Karnataka --> harusnya huruf awalnya kapital karena unsur nama jabatan --> Menteri Pendidikan Karnataka

Gimana….Gimana masih mau dibedah lagi? oke satu paragraf lagi yaa…

Langsung loncat ke paragraf 5 ya.. Karena paragraf 4 tidak terlalu banyak kesalahan.

  1. Paragraf rancu, seperti tidak saling terhubung--> Berbagai seruan kebencian yang ditujukan kepada kaum Muslim di India. Baru sebulan yang lalu di India muncul seruan genosida terhadap umat muslim di India oleh kelompok ekstrimis Hindu.Kini Muslim India mengalami diskriminasi dalam bentuk larangan penggunaan hijab di beberapa lembaga pendidikan.

Bisa diubah menjadi seperti ini:

Tidak hentinya seruan kebencian ditujukan kepada kaum muslim India, mulai dari seruan genosida oleh kelompok ekstremis Hindu hingga diskriminasi larangan hijab di sekolah.

Lebih ringkas, padat, dan jelas kan?

  1. Kesalahan ejaan : islamofobia bukan islamophobia.
  2. Kalimat tidak efektif, bertele-tele dan terlepas dengan kalimat setelahnya. Contohnya pada kalimat: Islamophobia ini muncul karena mereka menganggap Islam adalah agama yang tidak boleh, tidak pantas berpengaruh di masyarakat, bahkan di dunia. Malala Yousafzai, pemenang Nobel menyatakan bahwa pelarangan hijab berisiko meningkatkan Islamofobia.

Bisa diubah menjadi seperti ini:

Islamofobia ini muncul karena mereka menganggap bahwa Islam tidak pantas berpengaruh di masyarakat bahkan dunia.

Catatan:

Lakukan self editing sebelum kirim naskah. Insyaallah ini akan meminimaliasi kesalahan, terutama typo. Penulis juga sebaiknya cek plagiat dulu secara mandiri. Jika ada yg terdeteksi plagiat karena copy paste, segera lakukan parafrasa.

Baca kembali tulisan kita, enak dibaca atau enggak. Kalau kita sendiri aja pusing bacanya, gimana orang lain?

Mungkin demikianlah bedah naskah kita hari ini. Semoga bermanfaat dan menjadikan kita ke depannya lebih baik lagi dalam menulis. Jazakunnallah atas perhatian teman-teman semuanya.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Agar Anak Mencintai Dakwah
Next
Budaya Lip Service dan Pencitraan dalam Sistem Demokrasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram