Beropini dengan Gaya Sendiri, Kenapa tidak?

"Satu hal yang penting dilakukan jika kita ingin mengembangkan skill menulis adalah menemukan gaya menulis sendiri. Nah, karena kita penulis opini ideologis, maka tulisan kita memang harus mengacu pada syariat Islam. Tujuannya pun semata-mata untuk dakwah dalam rangka membumikan Islam."

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Saya tahu teman-teman di sini sudah mahir menulis opini. Bahkan, ratu-ratunya opini banyak terkumpul di sini. Betul apa betul?

Namun kali ini saya tidak membahas tentang teknis menulis opini ataupun cara menajamkan analisis dalam opini kita. Kalau mau trik menajamkan analisis opini, silakan buka kembali sharing ilmu dari Mbak Hana ya. Di sana sudah dijelaskan trik-trik kece.

Nah, satu hal yang penting dilakukan jika kita ingin mengembangkan skill menulis adalah menemukan gaya menulis sendiri. Nah, karena kita penulis opini ideologis, maka tulisan kita memang harus mengacu pada syariat Islam. Tujuannya pun semata-mata untuk dakwah dalam rangka membumikan Islam.

Bagi sebagian orang yang sudah terbiasa dan enjoy dengan tulisannya, apalagi sudah terbiasa menulis dari kecil, mungkin bisa dengan mudah membuat tulisannya memiliki ciri khas sendiri. Namun, bagaimana dengan mereka yang tidak memiliki passion yang begitu besar dalam menulis opini, apalagi bagi penulis baru? Apakah tetap bisa membuat tulisannya unik dan menarik? Nah, penasaran ya? Tenang! Tidak perlu galau karena tidak ada yang mustahil jika kita mau berusaha dan belajar.

Setiap orang sejatinya bisa membuat ciri khas sendiri dalam opininya. Namun perlu diingat ya, tidak ada satu hal pun di dunia ini yang sim salabim langsung bagus dan unik. Nah, bagi yang ingin memiliki ciri khas dalam opininya, terutama bagi para penulis pemula, bisa diikuti trik ini ya.

Setidaknya ada tiga poin yang bisa kita lakukan jika masih bingung menemukan gaya menulis opini kita. Dan ini trik umum yang biasa kita dengar.

Pertama, meniru (imitasi)

Kedua, menguasai (mastery).

Ketiga, mengembangkan atau memperbarui (inovasi)

Nah, mungkin teman-teman tahu ya teknik ATM? (amati, tiru, modifikasi). Sekilas kurang lebih tampak sama. Namun, ada yang membedakan di sini yaitu "menguasai" (mastery).

Nah, dalam proses ini kita harus berlatih untuk menguasai, bukan hanya meniru tulisan orang lain yang kita senangi ya. Di sini ada proses latihan terus-menerus yang harus dijalani. Setelah itu baru berinovasi menciptakan gaya kita sendiri dalam menulis opini. Namun harus diingat satu hal, bahwa kalau kita belum memiliki kemampuan cemerlang dalam menulis opini, maka jangan langsung berharap tulisan kita menjadi sempurna. Sebab, sekelas penulis profesional pun harus melewati tahap belajar dan belajar.

Tetap sabar melalui prosesnya sembari terus meng- upgrade kemampuan diri, bisa dengan memperbanyak tsaqofah, diskusi dengan yang lebih paham, ataupun membaca tulisan-tulisan orang lain. Sekali lagi, proses mastery (penguasaan) hanya bisa dilakukan dengan terus-menerus latihan menulis ya.

Berikut langkah-langkah yang bisa kita lakukan:

Pertama, cari beberapa tulisan opini yang gaya penulisannya kita sukai.

Kedua, baca dan pelajari pelan-pelan masing-masing tulisan tersebut terutama dalam hal gaya penulisannya.

Ketiga, temukan bagian-bagian yang "mahal", khas, dan unik dari beberapa opini tersebut. Jangan lupa tandai, bila perlu dicatat poin-poinnya agar tidak lupa. Misalnya, ada nih opini rasa sastra bagi mereka penyuka sastra. Hayo, siapa yang suka memasukkan kata-kata sastra dalam opininya? Itu bisa jadi keunikan, lho.

Keempat, langkah berikutnya pilihlah satu tulisan yang menjadi favorit kita dari beberapa yang sudah dibaca dan pelajari. Perhatikan dan baca kembali pelan-pelan, lalu perhatikanlah seperti apa lead-nya, faktanya, analisis, solusi, maupun kesimpulannya.

Langkah berikutnya adalah menulis opini kembali dengan gaya sendiri dengan meniru gaya penulis yang sudah kita baca. Lakukan perubahan sedikit demi sedikit sesuai dengan apa yang paling menyenangkan untuk kita.

Saya beri dua contoh ciri khas yang ada di opini para ratunya opini NP. Pertama, opini Teh Nur Jamilah yang punya ciri khas tajam, analisisnya sangat mendalam, dan solusi komprehensif. Bagi tema-teman yang suka tulisan seperti milik Teh Emy, bisa mempelajari gaya menulisnya, lho! Atau tulisan pendek tetapi padat seperti milik Mbak Ragil Rahayu, maka silakan juga pelajari gaya penulisannya. mungkin segitu saja dulu yang bisa saya bagikan pada sharing malam ini ya.

Tanya Jawab

1. Maya Rohmah

Di antara sekian banyak gaya menulis opini, mana gaya yang ampuh tembus meja redaksi?

Jawaban:

"Kalau melihat standar NP, maka yang masuk nominasi kelas wahid itu model opini Teh Emy, Mbak …"

2. Nining Sarimanah

Ketika menulis opini dengan ciri khas sendiri sebetulnya unik ya. Namun, saya sendiri justru bingung ciri khas saya apa?
Bagaimana mengeksplor ciri khas sendiri?

Jawaban:

"Ini memang gak bisa instan, Mbak. Butuh latihan dan jam terbang. Mungkin bisa mengambil satu hal yang bisa kita eksplor. Misalnya memasukkan kata-kata yang berbau sastra dalam tulisan kita"

3. R. Raraswati

  • Setiap media biasanya memiliki ciri khas juga dalam menerima tulisan. Apakah ciri menulis selalu diterima oleh media?
    Pasalnya, saya pernah meniru gaya tulisan straight views (model tulisan jurnalis media cetak) yaitu langsung pada opini penulis (dikaitkan dengan syariat Islam) sejak paragraf awal hingga akhir. Ternyata justru minta direvisi.
  • Lalu bagaimana agar ciri khas tulisan kita tetap bisa diterima media?

"- Benar, Mbak. Setiap media biasanya memiliki standar sendiri dalam menerima opini. Bagus di media satu, belum tentu memenuhi kriteria untuk media lain, Mbak. Jadi harus pelajari dulu standar dan kriteria media tersebut sebelum mengirimkan tulisan."

"-Kalau media yang tidak menetapkan kriteria khusus dalam menerima tulisan, insyaallah tetap bisa diterima. Membuat ciri khas atau keunikan dalam menulis, 'kan tidak mengubah teknik penulisan opini ya. Intinya, pelajari dahulu media yang akan kita kirimi tulisan."

4. Isty Da'iyah

Apakah dalam mengamati atau mencontoh tulisan orang lain kita tetap perlu parafrasa dan mengganti dengan bahasa sendiri?

Jawaban:

"Benar, Mbak. Mengikuti gaya menulis orang lain 'kan tidak berarti harus menjiplak atau sama persis. Kita bisa berinovasi dengan mengubahnya menjadi gaya sendiri"

5. Aisyah Nantri

Saya punya blog pribadi dan lebih suka menulis opini, tapi belum punya ciri khas sendiri dan terkadang penulisannya kemana-mana, tidak terstruktur. Boleh minta tipsnya, Kak?

Jawaban:

"Masyaallah, blog menjadi salah satu uslub yang baik, Mbak, lanjutkan. Membuat tulisan opini terstruktur memang tidak bisa instan, Mbak. Perlu berlatih terus-menerus dan butuh jam terbang. Pertama-tama bisa ikut kelas kepenulisan.

Tetapi ingat, sebanyak apa pun kelas menulis yang kita ikuti jika jarang praktik, maka tidak ada gunanya. Intinya, terus belajar menulis dan membaca, sharing dengan orang yang lebih andal, banyak membaca opini orang lain, dan sabar menjalani prosesnya ya."

6. Anis Nurhalimah

Perihal ATM, nih, saya sebenarnya sering terinspirasi dari penulis favorit saya, tapi makanya pengin banget menulis seperti beliau, tetapi saya sulit menemukan ciri khas saya sendiri, sehingga tulisan saya jatuhnya seperti meniru.

Jawaban:

"Menemukan gaya tulisan sendiri memang butuh jam terbang, Mbak. Jangan berharap langsung bisa menjadi sempurna atau unik hanya dengan beberapa kali menulis. Perlu diulang terus-menerus dengan belajar berinovasi sendiri agar bisa keluar dari gaya penulis yang kita tiru."

7. Yanti Yunengsih

Untuk membuat gaya tulisan sendiri, seperti apa ciri khasnya ?

Jawaban:

"Saya juga masih dalam proses belajar sih, Mbak. Secara pribadi saya memang sedang belajar mengikuti gaya menulis Teh Nur Jamilah, walau sekarang pun belum mampu seperti beliau. Hehe"

8. Neni Nurlaelasari

Izin bertanya, misal mau menulis tema yang sama, sebelumnya kita sudah membaca contoh tulisan lain dengan tema yangg sama. Namun TOR 'kan mempunyai batasan poin-poin yang dituju. Untuk poin pertama yang meniru, bagaimana caranya kita bisa punya ciri khas tersendiri, tapi tidak masuk ranah plagiarisme?

Jawaban:

"Memang benar kalau TOR nasional kadang membuat dilema. Satu Indonesia terkadang menulis dengan tema sama. Nah, kalau seperti ini kita bisa belajar ambil angle yang lain. Tema sama tetapi sudut pandangnya berbeda. Ini pun butuh diasah ya. Kemudian untuk bisa punya ciri khas sendiri, bisa dibaca kembali trik di atas. Agar tulisan tidak terkesan menjiplak, memang dibutuhkan parafrasa, Mbak. Ingat, segala sesuatu butuh proses ya, termasuk membuat tulisan dengan gaya sendiri. Selamat mencoba."

9. Heni Ummu Faiz

Bagaimana cara agar tulisan saya yang sangat sederhana diubah menjadi lebih ciamik dan mudah dipahami oleh pembaca terutama bagi media daerah, apakah boleh menggunakan sedikit bahasa setempat agar opini sampai ke pembaca?

Jawaban:

"Ini bisa dicoba, Mbak. Apalagi media daerah kadang lebih rewel. Menulis opini juga 'kan gak mesti menggunakan diksi tingkat tinggi. Dengan bahasa sederhana pun selama bisa tersampaikan maksudnya, maka tidak mengapa."

10. Indrarini

Opini rasa sastra sepertinya menarik nih. Opini yng seperti apa itu? Bisakah berikan contoh ?

Jawaban:

"Maksudnya, ada penulis yang suka dengan sastra. Misalnya dalam menulis opini dia memasukkan gaya bahasa yang indah dan mendayu-dayu dalam salah satu kalimat di opininya. Misalnya di lead"

11. Sulimah

Bagaimana cara mengetahui kalau tulisan kita punya ciri khas?

"Untuk membuat tulisan kita punya ciri khas memang perlu belajar menulis terus-menerus. Sampai pada satu titik kita menemukan kenyamanan dalam menulis dengan gaya kita.

Nah, ciri khas pada tulisan kita bisa digambarkan seperti ini: Jika seseorang menulis opini atau tulisan apa pun, lalu dia menyematkan kalimat-kalimat tertentu (bisa yang unik, humoris, tajam dalam menganalisis, lembut kalimatnya, dll.) secara konsisten dalam setiap tulisannya, maka bisa dibilang itulah ciri khas tulisannya.

12. Mariyah Al-Qibthiyah

Selama ini, saya lebih suka menulis dengan bahasa yang sederhana. Bagaimana dengan bahasa yang sederhana ini, tulisan kita tetap menjadi tulisan yang bagus?

Jawaban:

"Menulis dengan bahasa sederhana tidaklah mengapa selama pesannya tersampaikan. Intinya, menulis opini Islam itu 'kan menyampaikan ide dan pikiran kita sesuai sudut pandang yang kita ambil. Pembaca itu juga memiliki karakter berbeda. Ada yang suka tulisan dengan diksi tingkat tinggi. Ada pula orang yang suka membaca tulisan yang sederhana namun tetap mengena. Intinya setiap tulisan pasti ada jodoh pembacanya"

13. Dyah Rini

Tulisan opini menurut saya alurnya nyaris sama ya? Bagaimana caranya agar itu jadi unik dan punya ciri khas tersendiri?

Jawaban:

"Benar, Mbak. Secara umum teknis menulis opini itu sama. Keunikan salah satunya bisa dilihat dari sudut pandang/ angle yang kita ambil. Jika temanya sama, maka bisa ambil angle yang berbeda. Makin spesifik sudut pandang, maka makin baik opininya."

14. Triana

Bagaimana standarisasi keunikan sebuah tulisan pada umumnya?

Jawaban:

"Kalau menurut saya sih fleksibel, Mbak. Untuk artikel umum misalnya, keunikan bisa dilihat dari diksi yang digunakan penulisnya. Misalnya ada penulis yang humoris dalam setiap tulisannya, dll.

Kalau di tulisan opini, salah satunya bisa dilihat dari angle yang diambil. Misalnya, mengambil angle yang berbeda dari tulisan orang bisa membuat tulisan unik dan berbeda"

15. Rukyatan Bilhaq

Saya suka ngebul kalau menulis opini, karena kurangnya pemahaman mengenai solusi Islam dalam mengatasi berbagai masalah. Bagaimana cara mengatasi hambatan ini ya, Mbak?

Jawaban:

"Kirain cuma dapur yang ngebul. Hehe. Menulis opini Islam memang harus komprehensif. Kalau kendalanya di solusi Islam, maka solusinya dengan memperbanyak tsaqofah, Mbak. Banyak baca, googling, atau tanya-tanya/diskusi dengan orang yang lebih paham."[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Sampai Kapan pun Palestina Tak Bisa Dimusnahkan!
Next
Pahlawan Devisa yang Terlupakan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram