Menulis untuk Bangkit

"Pena" itu harus selalu diraut agar tak tumpul dan gagasan itu tetap harus ditumpahkan agar tak tenggelam ditelan waktu. Di saat itulah, keistikamahan para penulis dibutuhkan untuk terus menajamkan pena sembari menumpahkan ide Islam di benak mereka ke dalam sebuah tulisan.

Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si.
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Menulis memang perkara gampang-gampang sulit. Gampang bagi yang memang jemarinya sudah jeli menari di atas kertas atau keyboard dan sulit bagi yang memang belum membiasakan jari-jemarinya menari menggores gagasan. Jelas ada alasan di balik mengapa saya akhirnya memutuskan untuk menulis. Setidaknya saya memiliki dua alasan kuat.

Dua alasan ini sebenarnya saya tarik dari pernyataan dua ulama, yaitu syekh Taqiyuddin An-Nabhani dan syekh Muhammad Abdullah Azzam. Syekh Taqiyuddin An-Nabhani mengatakan dalam kitab beliau Nizhamul Islam, “Agar manusia mampu bangkit harus ada perubahan mendasar dan menyeluruh terhadap pemikiran manusia dewasa ini, untuk kemudian diganti dengan pemikiran lain. Sebab, pemikiranlah yang membentuk dan memperkuat persepsi terhadap segala sesuatu.” Sedangkan, syekh Muhammad Abdullah Azzam mengatakan “Peradaban Islam tegak dengan dua warna. Merah dan hitam. Merah darah para syuhada dan hitam tinta para ulama”.

Dari dua pernyataan tersebut, saya rasa sudah cukup kuat untuk menjadi alasan bagi setiap yang menginginkan kebangkitan Islam untuk menulis, menumpahkan gagasan pikiran mereka pada sederet paragraf untuk ditransfer pada pembacanya. Kebangkitan itu memang sangat tergantung pada pemikiran seseorang. Jika pemikirannya terbelakang, maka kebangkitan pun bisa disebut masih jauh. Untuk mengubah pemikiran, salah satu caranya adalah dengan menulis, yang dari tulisan itu bisa memberikan perspektif baru pada seseorang.

Kemudian para ulama salaf maupun khalaf telah menulis ribuan kitab dengan tinta penanya yang akhirnya ilmu tersebut bisa sampai pada kita, generasi zaman now. Ratusan hingga ribuan tahun usia tulisan-tulisan itu, tapi tetap bisa mencerahkan umat di akhir zaman ini.

Ditambah lagi, di zaman yang kebebasan berpendapat merupakan salah satu pilar penting kehidupan berbangsa saat ini, tidak sedikit jumlah tulisan yang justru menggiring publik pada persepsi yang kurang pas, terutama jika itu berkaitan dengan Islam. Karena itu pulalah, penting bagi yang merindukan Islam dan muslim untuk bangkit, melakukan counter-opinion atas tulisan-tulisan mainstream yang bertentangan dengan Islam tadi. Tulisan-tulisan untuk mematahkan opini negatif itu tidaklah harus terdiri dari banyak bab, justru sedikit paragraf yang isinya langsung menghujam di benak pembaca sudah lebih dari cukup.

Upaya penenggelaman Islam dan kaum muslimin ke dalam jurang akhir zaman sudah terlalu masif dan terstruktur. Mereka mungkin tak tidur siang dan malam demi memikirkan strategi jitu untuk menggiring kita masuk ke dalam jebakan mereka. Karena memang begitu sunatullahnya. Ketika ada sesuatu yang akan bangkit, maka pihak penentangnya tak mungkin diam dan membiarkan itu terjadi.

Menulis untuk menyampaikan buah pikiran kita memang memerlukan proses yang tidak sebentar. "Pena" itu harus selalu diraut agar tak tumpul dan gagasan itu tetap harus ditumpahkan agar tak tenggelam ditelan waktu. Di saat itulah, keistikamahan para penulis dibutuhkan untuk terus menajamkan pena sembari menumpahkan ide Islam di benak mereka ke dalam sebuah tulisan.

Menulislah untuk Islam, karena bisa jadi banyak dari umat ini membutuhkan asupan kata dari jemari kita untuk menguatkan mereka dalam agama ini. Jika para propagandis kontra Islam begitu semangat untuk mengacaukan pikiran kaum muslimin melalui tulisan dan opini mereka, maka kita sepatutnya lebih "terbakar" lagi untuk mematahkan opini mereka dan diganti dengan cahaya Islam. Menulislah demi kebangkitan Islam, karena bagaimanapun masifnya upaya penenggelaman umat ini, kebangkitan itu adalah keniscayaan dan janji Allah yang sepatutnya kita sambut dengan segenap jiwa. Patrilah dalam diri, bahwa goresan-goresan pena kita bisa saja menjadi kunci untuk membuka pintu kemenangan dan kebangkitan yang sudah menunggu di depan mata. Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]


Photo : Google & Pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Iranti Mantasari BA.IR M.Si Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Separatisme Papua: Apa Kabar Pemegang Tampuk Kekuasaan?
Next
Batasan Memukul dalam Mendidik Anak
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram