Mempertajam Analisis pada Tulisan Opini

"Sistematika berpikir kita akan sangat memengaruhi bagaimana cara kita menuangkan tulisan. Salah satu cara untuk memperbaiki sistematika berpikir adalah dengan terus berlatih untuk menungkan ide, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan."

Oleh. Annisa Fauziah, S.Si
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Salah satu tantangan yang harus ditaklukkan oleh para penulis opini adalah bagaimana penulis mampu menyajikan analisis yang komprehensif dari isu yang sedang dibahas. Sebab, jika analisis dituliskan ala kadarnya, bisa jadi pembaca hanya akan fokus kepada solusi pragmatis dan sulit memahami urgensitas adanya solusi sistemis.

Oleh karena itu, salah satu kekuatan dari penulis opini adalah ketajaman “pisau bedah” atau analisis yang dilakukan. Nah, berikut ini ada beberapa hal yang bisa diperhatikan penulis untuk memperbaiki analisis pada tulisan opini.

Pertama, pahami konteks isu yang akan kita bahas

Tulisan opini tidak serta merta bertujuan untuk mengonter suatu berita. Bisa jadi, opini yang kita tulis adalah untuk memperkuat arus opini Islam di tengah umat. Pemahaman terhadap konteks isu akan membantu kita meruntuhkan argumentasi dari pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan Islam. Akan tetapi, tanpa harus menggunakan kata-kata provokatif apalagi hoaks.

Kedua, memahami angle tulisan dari sumber berita yang kita pilih

Setiap media menyajikan tulisan tentu sejalan dengan value yang mereka yakini. Maka, penulis opini harus bisa memilah informasi apa yang akan dimasukkan ke dalam tulisannya. Jangan lupa untuk memastikan informasi dari sumber yang kredibel serta amati isu itu dari beberapa media sejenis. Lalu, lihat pola yang dinarasikan.

Ketiga, perhatikan proporsi penulisan fakta dan analisis

Sering kali, setelah membaca suatu berita, kita ingin memasukkan semua data dan fakta ke dalam lead atau pendahuluan tulisan. Padahal, cukup cantumkan data dan fakta penting yang sejalan dengan isu yang akan kita bedah. Saat menuliskan analisis pun pastikan untuk tetap fokus pada prioritas isu yang sedang dibahas.

Keempat, latih sistematika berpikir

Sistematika berpikir kita akan sangat memengaruhi bagaimana cara kita menuangkan tulisan. Salah satu cara untuk memperbaiki sistematika berpikir adalah dengan terus berlatih untuk menungkan ide, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Jadi, jangan pernah berpikir bahwa proses kita saat belajar Islam di majelis-majelis ilmu tidak berkorelasi dengan progres kita dalam menulis opini.

Dengan demikian, bagi siapa pun yang sering merasa insecure ketika memberikan pendapat atau bahkan sekadar bertanya. Mulai saat ini, yakinkan kepada diri kita sendiri bahwa kedua hal tadi adalah pintu gerbang bagi kita untuk bisa berpikir dengan sistematis.

Kelima, banyak membaca referensi

Semakin tinggi jam terbang kita untuk melahap bagaimana para penulis opini mengemas tulisannya maka secara otomatis akan memperkaya referensi kita untuk menulis. Membaca referensi akan membantu kita memahami berbagai angle tulisan.

Keenam, melakukan filter data

Tidak semua teori atau pendapat bisa dimasukkan dalam analisis. Maka, pilih data, pendapat ahli, ayat Al-Qur’an atau hadis yang memperkuat argumentasi kita. Tentu kita tidak bisa memasukkan banyak ayat Al-Qur’an atau hadis dalam satu tulisan opini. Oleh karena itu, pilih ayat yang paling sesuai dengan konteks pembahasan.

Ketujuh, selalu baca ulang kembali analisis yang sudah dituliskan

Salah satu hal yang tidak disadari oleh penulis opini adalah tidak membaca ulang tulisannya sendiri. Biasanya setelah membaca sekian kali, penulis bahkan bisa menyadari jika tulisan yang dibuatnya kurang sistematis.

Kedelapan, hindari jumping solution

Keberhasilan tulisan opini parameternya, yaitu ketika penulis bisa mengajak pembaca untuk setuju dengan sudut pandang yang dibangun, yaitu solusi Islam. Layaknya sebuah bangunan maka tidak mungkin kita langsung membangun atap.
Oleh karena itu, perlu ada bridging dari satu bagian fakta, analisis hingga ke solusi. Sebab, sekali lagi, penulis opini seolah sedang menggiring pembaca ikut memahami alur berpikir kita.
Wallahu ‘alam bi-shawab[]


Photo : Pinterest dan koleksi pribadi

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Annisa Fauziah, S.Si. Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Kehalalan Pangan Bukan Sekadar Label, Negara Wajib Menjamin Produk Halal
Next
Evaluasi Perang Saudara di Antara Kaum Muslim, Siapa yang Diuntungkan?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram