"Dalil itu ibarat ruh/nyawa dalam tulisan dan menjadi hujah yang kuat dalam tulisan. Namun, kita tidak bisa kita mengotak-atik dalil sekehendak hati kita, karena jangan sampai mengubah makna atau esensi dari dalil tersebut. Untuk itu, lakukan beberapa trik meminimalisasi plagiat dan teknik parafrasa."
Oleh. Tim Redaksi NarasiPost.Com
NarasiPost.Com-Biasanya ketika kita menulis, ada kutipan perkataan tokoh, hadis maupun Al-Qur'an. Nah kalau pake itu semua, alamat akan kena semprit plagiasi.
Namun, ada trik-trik tersendiri agar plagiasi tidak tinggi meski kita mengutip hadis atau ayat. Saya membuktikan beberapa kali, plagiasi saya 0%. Meski ada ayat dan hadis.
1. Fakta:
Parafrasa total tanpa mengubah substansinya, tapi tetap cantumkan sumbernya.
2. Dalil:
Maksimal saya pake 3 dalil dalam tiap naskah, cara penulisan:
Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:
"…………."
Rasulullah saw. bersabda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:
"…………."
Kata yang ditebalkan, titiknya juga hanya spasi antarkata dengan alinea yang berkaitan dengan dalil itu. Bukan di enter alinea baru.
Tips:
- Curahkan tulisan dengan gaya bahasa kita sendiri.
- Untuk kutipan berita, jangan copas tapi parafrasa. Namun, tetap cantumkan sumber.
- Untuk dalil jangan copas, tapi ketik ulang. Tulislah menyatu dengan alinea sebelumnya menggunakan spasi antarkalimat saja, jangan enter.
Untuk penulisan ayat berapa dan hadis apa, ditulis sebelum dalil. Contoh:
………. Kekayaan alam sejatinya milik rakyat, dikelola oleh negara secara mandiri tanpa campur tangan asing dan aseng. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Abu Daud: "Manusia berserikat dalam 3 hal: air, padang rumput, dan api."
Karena bagaimana pun dalil itu ibarat ruh/nyawa dalam tulisan dan menjadi hujah yang kuat dalam tulisan. Namun, kita tidak bisa kita mengotak-atik dalil sekehendak hati kita, karena jangan sampai mengubah makna atau esensi dari dalil tersebut.
Maka, yang bisa kita lakukan adalah:
Pertama, kita bisa menyiasati dengan mengambil atau mengutip 1-2 dalil yang dianggap paling rajih (kuat). Tidak perlu banyak-banyak.
Kedua, kalau bisa tidak mengutip dalil dalam teks berbahasa arab, karena ini sangat mudah terdeteksi dalam aplikasi plagiarisme. Cukup mengutip terjemahan saja.
Ketiga, kita bisa memperbanyak analisis (buah pikiran) penulis di dalam naskah. Sebab, sistem algoritma plagiarisme dalam aplikasi lebih cepat bekerja apabila teks yang dicek memang menduplikasi berbagai sumber tanpa melalui teknik parafrasa. Apalagi jika dalam teks tersebut sangat kecil buah pikiran atau analisis penulis.
Namun, akan berbeda ketika analisis/buah pikiran penulis mendominasi naskah dibanding beberapa teks yang diduplikasi dari beberapa sumber. Nah di sinilah pentingnya teknik parafrasa agar terhindar kemiripan teks-teks yang algoritmanya telah available di dalam aplikasi deteksi plagiarisme.
Salah satu tips parafrasa itu adalah mencari sinonim dari kata pada teks yg akan kita copas (selain dalil). Misalnya:
Presiden Jokowi baru saja meresmikan Sirkuit Mandalika kemarin.
Diganti:
Presiden Jokowi baru saja mengesahkan Sirkuit Mandalika kemarin.
Demikian trik-trik meminimalisasi plagiat dan teknik parafrasa yang dapat dibagikan. Semoga bisa menjadi bekal bagi para penulis ideologis dalam melahirkan naskah-naskah yang menggugah pemikiran umat.[]
Photo : Unsplash and koleksi pribadi
Ilmu banget ini. Catatan penting buat para penulis.
MasyaAllah sangat bermanfaat sekali ilmunya
Barakallah khair Mba Andrea ku sayang atas ilmunya
Masyaallah...trik yang luar biasa..untuk pembelajar seperti saya.