So, people, please be wise. Something viral, doesn’t always mean it is true and valid.
Oleh. Iranti Mantasari, BA.IR, M.Si
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Siapa yang masih sering membagikan atau mem-publish berita dan informasi yang isinya begitu emosional tapi kebanyakan sumbernya kurang jelas dan minim analisisnya? Atau bahkan mungkin masih membagikan sesuatu di kanal media sosial masing-masing, tapi tidak diberikan caption apa pun sehingga rentan mispersepsi dari pembaca? Yuk, mulai sekarang dikurangi atau bahkan dicukupkan yuk. Kalau ada berita atau informasi seperti itu, mari kita jadikan itu sebagai maklumat saja, sembari kita mencari referensi yang kuat.
Islam sudah ajarkan bagaimana adab dan cara dalam ‘menyikapi’ berita atau informasi. Kita mengenal istilah yang namanya tabayyun atau biasa disebut cross-check. Kita sebaiknya jangan langsung membagikan atau mengunggah ke netizen lainnya tentang hal-hal yang meskipun sejalan dengan pemikiran kita, tapi itu asalnya ternyata dari buzzer gaib bayaran. Atau sejalan dengan perasaan kita, tapi ternyata itu sangat jauh dari fakta sebenarnya dan justru merupakan misleading.
Apalagi ada suatu hal yang viral, maka itu sangat gampang untuk memantik jempol kita untuk mengklik tombol share, just because people are sharing the same thing as well. Hal yang viral itu polanya biasanya muncul di timeline berbagai media sosial kita. Di explore Instagram muncul berkali-kali, di news feed Facebook ada yang dibagikan/dikomentari ribuan kali, di Twitter bisa sampai jadi trending topic atau related search.
Tapi, tolong itu semua jangan sampai buat kita juga langsung ikut share tanpa tau itu benar atau tidak.
Counter-lah berita atau informasi negatif dengan kebenaran berbasis ideologi Islam. Jika mereka menghendaki kita mengonsumsi informasi yang tidak valid, maka lawan mereka dengan narasi atau opini pelemah mereka.
Kebenaran itu pasti menang, no worry. Asal ada orang yang benar-benar mau dan siap menyuarakan kebenaran itu dan dengan cara yang benar pula.
Kita juga penting untuk mengusahakan agar tidak terpaku di satu sumber saja. Untuk hal sharing-menyaring, memakai prinsip dalam mengerjakan tugas akhir rasanya bisa diaplikasikan, yaitu referensinya banyak, bukan hanya 1 buku, 1 website, 1 narasumber. Syukur jika dari sumber-sumber itu memang sudah jelas validitasnya seperti apa. Namun yang menjadi masalah adalah karena dunia maya bisa menghalangi kita dari mengetahui latar belakang orang yang membagikan suatu unggahan itu bagaimana.
So, people, please be wise. Something viral, doesn’t always mean it is true and valid.
Jadi sekarang, kalau ada informasi baru, yuk kita cari informasi pelengkap lainnya dulu. Pastikan kebenarannya dan kita bisa pertanggungjawabkan apa yang kita bagikan atau unggah di media sosial. Jika memang perlu counter dari kita atas suatu informasi negatif, maka lawanlah dengan narasi opini ideologis meski hanya berupa caption singkat. Jangan langsung klik 'share now’ dan ditinggalkan begitu saja tanpa ada penjelasan sedikit pun. Selain itu menunjukkan kegagalan kita sebagai opinion maker, hal tersebut juga bisa membingungkan umat yang membaca unggahan kita. Wallahu a'lam bishshawwab.[]
Photo : Google & Pribadi
