Memahami Teks Narasi

Memahami TEks Narasi

Penting sekali memahami teks narasi dan serba-serbinya, agar karya kita tetap on the track dan bernyawa.

Oleh. Haifa Eimaan
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sahabat, pada sharing ilmu kali ini kita akan mengupas bahsan tentang teks narasi. Teks narasi merupakan jenis teks yang mengisahkan satu peristiwa atau beberapa peristiwa berdasarkan urutan waktu (kronologis). Isinya bisa rekaan dan berdasarkan kisah nyata.

Adapun tujuan teks narasi secara umum adalah:

  1. Menghibur pembaca.
  2. Menambah wawasan ataupun sekadar memberi informasi yang dirangkai dengan teks bersifat narasi.
  3. Berbagi pengalaman.

Sedangkan tujuan teks narasi Islami dalam konteks fiksi Islami adalah sebagai:

  1. Di’ayah (propaganda).
  2. Mutahadiy (bantahan atas serangan Barat/persepsi salah tentang Islam).
  3. Ihtisafiy (mengungkap rencana jahat kafir , moderasi agama).
  4. Insya’iy baik persoalan fiqhiyah (misal: mengemas pernikahan syar’i), fikriyah (berkenaan dengan proses hijrah), dan siyasiyah (intrik politik, konspirasi).
  5. Tamriyah (mencitrakan Islam dengan indah, sahih).
  6. Tahdib (bantahan) kepada pembenci Islam.
  7. Tamyiz (mengisahkan keindahan dan kekhasan Islam).

Bagaimana kita bisa mengidentifikasi  teks narasi? Berikut ciri-cirinya:

  1. Teks berisi tentang cerita, kisah, dan peristiwa tertentu yang menggunakan gaya bahasa naratif.
  2. Cerita memiliki alur yang jelas dari awal hingga akhir cerita.
  3. Memiliki peristiwa atau konflik.
  4. Memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik.

Adapun jenis teks narasi ada 2 yakni:

  1. Fiksi (rekaan): novel, cerpen, dongeng, fabel, dll.
  2. Nonfiksi: biografi, kisah nyata (true story).

Penting untuk kita pelajari berkaitan dengan struktur teks narasi yaitu:

  1. Orientasi, berisi tentang pengenalan tokoh, latar belakang, dan potensi konflik.
  2. Komplikasi, berisi konflik mulai tegangan sampai leraian.
  3. Resolusi, berisi penyelesaian masalah dan hikmah cerita ada di bagian ini.

Baiklah, sekarang kita akan mencoba menganalisis struktur teks True Story dari naskah saya yang berjudul “Mana Naskah TOR Minggu ini?”

Berikut link naskahnya : https://narasipost.com/challenge-np/08/2023/mana-naskah-tor-minggu-ini/

ORIENTASI

 NarasiPost.Com-“Mbak Haifa, mana naskah TOR minggu ini?” Demikian teks lengkap pesan dari Bu Andrea, Pemred NarasiPost.Com.

Ya, akhirnya saya kena tagih juga. Meskipun berkomitmen pada diri sendiri akan menyelesaikan sebelum tenggat, nyatanya ada saja peristiwa yang membuat tagihan itu menghampiri.

**

Ceritanya begini. Pada pertengahan Maret lalu, saya kebagian tema TOR tentang peracunan massal ratusan siswi di Iran. Tujuan tulisan ini untuk menyingkap konspirasi dan mencari solusi tuntasnya. Jujur, tema ini sangat menantang karena saya tidak punya maklumat sama sekali tentang kasus ini. Di sisi lain, saya tidak punya alternatif. Tema lainnya sudah habis dipilih teman-teman penulis inti. Ini gara-gara saya telat buka grup. Duh!

Sedih? Tentu tidak. Sebaliknya, ini merupakan peluang emas. Saya akhirnya berkesempatan untuk mempelajari konstelasi politik di Iran. Hanya saja memang, saya membutuhkan waktu riset lebih panjang, sedangkan naskah harus sudah disetor hari Jumat, maksimal pukul 23.59 WIB.

KOMPLIKASI

Saat membaca ini, hati saya langsung berbuncah. Jawaban inilah yang saya cari. Ternyata klaim kejituan ChatGPT bukan isapan jempol semata. Atas jawaban ChatGPT ini, saya langsung menggemarinya. ChatGPT bisa jadi jalan pintas pemecah kebuntuan informasi penulis.

Jari-jemari saya langsung lancar mengetik. Antara otak dan jari betul-betul seiring sejalan. Masyaallah. Alhamdulillah. Tulisan saya selesai malam itu.

Ada Plot Twist, dong!

Kamis saatnya disunting. Saya cukup puas dengan penggunaan EYD dan kosakata yang sesuai KBBI. Semuanya sudah rapi. Akan tetapi, naskah itu tidak juga saya setor. Mata saya terpaku pada paragraf yang mengulas Mahsa Amini sesuai jawaban ChatGPT. Saya baca perlahan, diresapi, dan dicerna sebaik-baiknya.

Tidak dinyana. Kejanggalan mulai tampak. Kejanggalan itu berupa informasi-informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Astagfirullah.

Otak saya mendadak blur karena harus mengganti bagian analisis, padahal menurut saya itu merupakan bagian tersulit. Menulis bagian fakta, mudah. Kita hanya perlu mengubah redaksi berita dan memasukkan sumber berita yang valid. Bagian solusi juga tidak terlalu rumit karena Islam sudah memiliki solusi atas semua persoalan, sumber hukumnya jelas, yaitu Al-Qur’an dan hadis. Namun, bagian analisis tidak segampang itu. Bagaimana kita menghadirkan argumen tidak terbantahkan tentang kebobrokan sistem kapitalisme maupun konspirasi global menggolkan liberalisasi di dunia Islam, lalu  merangkainya menjadi paragraf yang padu, serta nyaman dibaca itu tidaklah mudah. Saya kerap berlama-lama di bagian analisis ini.

RESOLUSI

Terang setelah Petang

Meskipun naskah sudah dikirim, tetapi saya masih tertegun di depan gawai sekaligus merasa getun. Pasti ada yang saya lewatkan tentang ChatGPT dan perbedaannya dengan Google. Saya mulai membandingkan keduanya berdasar pengalaman ini saja.

Simpulannya, Google itu ibarat perpustakaan dunia. Sebagai perpustakaan, Google memiliki akses ke banyak data dari berbagai disiplin ilmu sampai hiburan. Kita bisa mencari dan bertanya apa saja di sini. Google memberikan alternatif jawaban dari banyak situs web. Artinya, sumber referensinya jelas, mulai dari nama situs web dan kredibilitasnya, tanggal diunggah, sampai nama penulisnya. Melacak kesahihan informasinya juga lebih mudah.

Nah, ChatGPT itu seperti asisten virtual. Ia dirancang memberi pengalaman bercakap-cakap dengan manusia sealami mungkin. Kita bertanya apa, dia menjawab dengan bahasa percakapan laiknya penutur asli. Nah, jawaban-jawabannya ini tidak memiliki sumber referensi yang jelas seperti Google. Dengan makna lain, jawabannya tidak dijamin kesahihannya. Saya melewatkan poin ini. Saya pikir, ChatGPT akan menyaring seluruh informasi di dunia maya, lalu disampaikan ke kita sebagai jawaban akurat. Nyatanya tidak begitu.  Sebagai mesin kecerdasan, ChatGPT masih perlu banyak dilatih memahami konteks, ditambah datanya, dan tentu masih butuh banyak pengembangan.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Nah, sekarang giliran kita menganalisis struktur teks cerpen dari naskah saya yang berjudul “Tidak Ada Mayat Bisa Bersaksi”

Berikut link naskahnya: https://narasipost.com/cerpen-cerbung/03/2023/tidak-ada-mayat-bisa-bersaksi/

ORIENTASI

NarasiPost.Com-Syakban 1444 H. Langit gelap. Udara pengap. Tidak ada kesiur angin. Daun-daun kemboja terpaku. Kelopak-kelopak putihnya seolah terkulai tidak kuasa menebar semerbak. Aku terus melangkah mengikuti setapak samar.

Aku di sini. Di areal pemakaman bagi orang tak dikenal. Sejauh mata memandang hanya ada rerumputan dan tanaman semak yang berlomba menyembunyikan jirat kubur. Tidak ada juru kunci yang merangkap pembersih makam. Kuburan ayah berada di blok X. Letaknya di sayap kiri makam, jauh di belakang, dan menempel pada tembok pagar. Tidak ada batu nisan. Hanya sepotong papan lapuk sebagai penanda dengan coretan nama, tanggal lahir, dan tanggal kematian yang ditulis sekadarnya. Hari ini kudapati rayap memakan sebagian papan nisan dan tulisan yang mulai luntur sebagian.

Secuplik tanah ini menyimpan cerita kelam. Ayah wafat di medio Desember satu dekade lalu. Begitu jasad ayah selesai diautopsi oleh tim DVI Polda Jatim, bunda bermaksud menguburkan ayah di kompleks pemakaman dekat perumahan kami, tetapi warga menolak. Jasad ayah juga ditolak di tanah kelahirannya. Pun di tempat kelahiran bunda. Menurut mereka, perbuatan ayah terlalu terkutuk dan tidak bisa dimaafkan. Ya, tidak ada yang mau menerima jasad ayah sampai akhirnya aparat berwenang memberikan secuplik tanah ini.

KOMPLIKASI

Ayah tewas bersama bom yang meledak di depan sebuah pusat perbelanjaan yang menyelenggarakan pertunjukan musik. Mereka katakan ayah pelakunya. Aku ingin menyangkal, tapi tidak bisa. Rekaman CCTV dan video amatir bercerita banyak pada dunia. Tanpa samar menayangkan sebuah motor boks lengkap dengan pelat nomornya. Bergerak lambat berusaha memecah kerumunan manusia yang tumpah di jalan raya. Motor boks itu tiba-tiba terburai dengan suara dentuman keras. Kepanikan kala itu demikian mencekam. Lima orang tewas termasuk ayah dan puluhan korban luka dibawa ke rumah sakit terdekat.

Pada hari itu, seluruh media dan masyarakat mengutuk perbuatan ayah. Aku pun mengutuk peristiwa itu. Dengan alasan apa pun, tindakan pelaku pengeboman tidak dapat dibenarkan baik dalam hukum positif maupun Islam. Bom bunuh diri adalah perbuatan naif dari orang-orang yang salah memahami syariat Islam.

Akan tetapi ayah tidak naif. Ayah sangat cerdas dalam beragama. Ditanamkannya akidah pada aku dan Kavi dengan jalan berpikir, bukan doktrin. Aku ingat pesannya. Keimanan itu harus didapat dengan proses berpikir, meski terlahir Islam. Allażiina yażkurụnallaaha qiyaamaw wa qu'ụdaw wa 'alaa junụbihim wa yatafakkarụna fii khalqis-samaawaati wal arḍhi, rabbanaa maa khalaqta haazaa baaṭilaa subḥaanaka fa qinaa 'azaabannaar. Ayah berharap aku dan Kavi menjadi orang-orang yang selalu mengingat Allah dalam semua kondisi baik berdiri, duduk, maupun berbaring karena tidaklah Allah Swt. menciptakan makhluk dengan sia-sia.

RESOLUSI

Kehilanganku semakin sempurna.
Ya, Allah.
Aku ingat, siang itu langit sesuram hari ini. Matahari tersaput awan serupa jelaga. Jelang senja, langit menghabiskan persediaan airnya hingga keesokan hari. Beberapa wilayah dihantam banjir, tetapi berita itu kalah panas dengan kabar serangan teroris dan geliat jaringannya. Media menggorengnya sampai pergantian tahun.

**

Aku beranjak dari pusara ayah. Menjauh dari deretan nisan yang membisu. Mengayun langkah mengikuti setapak samar. Diiringi hujan luruh bersama rintik rinduku pada ayah.[]

Demikianlah pembahasan tentang teks narasi kali ini, insyaallah akan berlanjut pada episode-episode berikutnya. So, jangan lewatkan ya. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Inti NarasiPost.Com
Haifa Eimaan Salah satu Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. pernah memenangkan Challenge bergengsi NarasiPost.Com dalam rubrik cerpen. beliau mahir dalam menulis Opini, medical,Food dan sastra
Previous
Coretanmu Menginspirasiku
Next
Ibu, Aku Rindu
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

18 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
3 months ago

Alhamdulillah, jazakillah khoir ilmunya Mba Haifa...
Sudah baca kemarin, namun baru sempat komen.

Angesti Widadi
3 months ago

Maa syaa Allah, memang butuh banyak praktikk dan butuh banyak ilmu, serta jam terbang yang tinggi untuk bisa jadi penulis handal

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
3 months ago

Jazaakillaah khayran ilmunya, Mbak. Butuh waktu untuk mencerna. Insyaallah saya pelajari lagi agar semakin paham.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
3 months ago

Masyaallah, Jazakillah khoyron katsiron, Mbak ilmunya

Firda Umayah
Firda Umayah
3 months ago

Bismillah, semoga diri ini bisa mengamalkan dengan baik. Jazakillah Khoiron katsiron mbak Haifa.

Firda Umayah
Firda Umayah
3 months ago

Barakallah untuk penulis. Ilmu penting yang harus diperhatikan. Semoga diri ini mampu mengamalkan dengan baik. Aamiin

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
3 months ago

Masya Allah. Ilmunya daging banget. Jazakillah mba atas ilmunya.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
3 months ago

Terimakasih ilmunya.
Sangat bermanfaat.

Atien
Atien
3 months ago

Jazakillah Khoir untuk ilmunya mba @Haifa. Ternyata setiap nulis naskah ada rumusnya.

Novianti
Novianti
3 months ago

MaasyaaAllah. Baru tau ternyata ada macam tulisan. Memahaminya tidak bisa sekali. Apalagi pas nulis storynya. Ternyata ada teorinya. Jazaakillah khoiron katsiron

Siti Komariah
Siti Komariah
3 months ago

Barakallah Mbak Haifa. Keren sharing. Kemarin sempet nonton di YouTube penjelasan mbak Haifa tentang story. Keren.

Makasih atas sharing ilmunya.

Sartinah
Sartinah
3 months ago

Syukran mbak Haifa sharingnya. Pas bagian kedua tadi sudah saya baca-baca orientasi, komplikasi, dan resolusinya, tapi masih perlu belajar biar bisa nulis cerpen seperti itu.

Dewi Kusuma
Dewi Kusuma
3 months ago

Barakallah mba Haifa atasi sharing nya . Semoga bisa menulis sehebat mba Haifa

Deena
Deena
3 months ago

Masyaallah.. tabarakallah..
Jazakillah khoir Mbak Haifa atas sharingnya..
Enak euy diajari sama Mbak Haifa, sabar dan lembut.. auto betah jadi muridnya (kalau saya, ya!) Hehehe...

Hanimatul Umah
Hanimatul Umah
3 months ago

Banyak ilmu yang didapat dari naskah ini, namun sayang diriku pentium awal jadi agak sulit mempraktekkan

Yuli Juharini
Yuli Juharini
3 months ago

MasyaAllah, ilmu yang sangat bermanfaat, catat! Takut sewaktu-waktu hp eror g bisa dibuka lagi. Terima kasih Mba atas ilmunya. Makin tahu makin banyak ilmu (pinjam istilah program Trans7 "Tau g sih")

Haifa
Haifa
3 months ago

Untuk teman-teman pembaca, bagian komplikasi itu adalah bagian yang tidak termasuk orientasi dan resolusi. Bagian ini memuat konflik.

Pada 2 contoh di atas, bagian komplikasi-nya tidak seluruhnya ditampilkan karena panjang dan terbatas halaman slide-nya.

Haifa
Haifa
3 months ago

Jazakunallah khairan Mom dan Tim Redaksi NP

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram