Jurnal “Geophysical Reseach Letter” mengungkapkan, jika lima juta ton debu berlian disebar di atmosfer setiap tahun, suhu bumi dapat turun 1,6 derajat celsius.
Oleh. Irma Sari Rahayu
(Kontributor NP dan Penulis Get Up, Guys!)
NarasiPost.Com-Isu pemanasan global (global warming) menjadi topik perhatian dunia. Gejala alam seperti perubahan iklim, badai, banjir, dan kekeringan ekstrem ditengarai sebagai akibat dari pemanasan global. Cuaca panas ektrem yang dialami oleh hampir seluruh negara juga dianggap sebagai salah satu tanda terjadinya pemanasan global.
Secara umum, pemanasan global didefinisikan sebagai peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Secara spesifik, pemanasan global diartikan sebagai meningkatnya suhu permukaan bumi dalam jangka panjang akibat meningkatnya konsentrasi efek rumah kaca. Saat ini, pemanasan global lebih dikenal dengan istilah perubahan iklim global (climate change).
Menebarkan Berlian, Solusi Menjanjikan untuk Mendinginkan Bumi
Pemanasan global telah menjadi perhatian serius dunia. Aktivis lingkungan dan organisasi internasional meminta agar dilakukan langkah konkret dan mencari inovasi tepat untuk menanggulangi pemanasan global.
Peneliti dari berbagai ilmu yang berkaitan dengan cuaca seperti klimatologi, meteorologi, dan ilmu bumi telah menyelediki potensi debu berlian untuk mendinginkan bumi. Tebar debu berlian di atmosfer bumi yang berfungsi sebagai aerosol. Aerosol adalah partikel kecil yang melayang di udara dan dapat memantulkan kembali sinar matahari ke udara (kompas.com, 25–19–2024).
Berbagai jenis aerosol telah diteliti. Namun, setelah dibandingkan, debu berlian adalah pilihan terbaik. Alasannya, partikel berlian dapat memantulkan sinar matahari lebih banyak dan bertahan lebih lama di udara serta tidak menggumpal.
Alasan penggunaan berlian untuk mendinginkan bumi ini karena terinspirasi peristiwa letusan Gunung Pinatubo di Filipina tahun 1991. Gunung ini mengeluarkan jutaan sulfat dan berhasil mendinginkan bumi hingga 0,5 derajat celsius dalam beberapa tahun. Berbekal dari peristiwa Gunung Pinatubo, hasil penelitian yang diterbitkan oleh jurnal “Geophysical Reseach Letter” mengungkapkan, jika tebar lima juta ton debu berlian di atmosfer setiap tahun, suhu bumi dapat turun 1,6 derajat celsius.
Tebar Berlian, Solusi Mahal
Sayangnya, solusi tebar berlian di atmosfer ini dirasa sangat mahal. Diperkirakan, biaya yang dibutuhkan untuk solusi yang menjanjikan ini akan menelan biaya 200 triliun dolar AS atau setara 3,114 kuadrantriliun rupiah. Fantastis! Mahalnya biaya untuk mendinginkan bumi ini bukan semata-mata harga berliannya yang mahal, tetapi dihitung juga biaya teknologi, logistik, dan kerja sama internasional.
Para ahli ragu untuk menggunakan penemuan ini. Mahalnya biaya tentu menjadi pertimbangan tersendiri. Apalagi, waktu yang dibutuhkan agar berlian berhasil mendinginkan bumi ini sangat lama, yaitu 45 tahun. Bisa dibayangkan, proyek mendinginkan bumi dengan tebar berlian ini benar-benar membutuhkan effort yang luar biasa.
Selain itu, dibutuhkan pula komitmen kuat dari negara-negara internasional dalam menanggulangi pemanasan global ini. Dapatkah tiap negara ikut menanggung biaya proyek mendinginkan bumi ini? Dapatkah pula tiap negara mau mengendalikan industrialisasinya agar tidak menambah emisi gas rumah kaca?
Pemanasan Global, Akibat Keserakahan Manusia
Salah satu penyebab pemanasan global adalah meningkatnya emisi gas rumah kaca yang terperangkap di atmosfer. Emisi gas tersebut berupa karbon dioksida (CO2) dan gas metana (CH4). Industri, kebakaran hutan, dan asap kendaraan bermotor adalah penyumbang terbesar terbentuknya CO2 di udara hingga akhirnya terperangkap di atmosfer.
Sebuah laporan tentang meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfer dikeluarkan oleh Organisasi Meterorologi Dunia (WMO). Ia adalah badan cuaca dunia yang berada di bawah naungan PBB. WMO melaporkan bahwa konsentrasi CO2 telah mencapai level 420 bagian per juta (ppm) di tahun 2023, naik 2,3 ppm dari tahun sebelumnya. Level ini adalah rekor tertinggi di tahun tersebut.
Melalui Senior Scientific Officer WMO Oskana Tarasova mengatakan, tingginya konsentrasi CO2 tersebut belum pernah terjadi dalam sejarah manusia. Konsentrasi CO2 tertinggi adalah 400 bagian per juta, itupun terjadi pada 3 hingga 5 juta tahun yang lalu. Suhu bumi ketika itu 3-4 derajat Celcius lebih hangat dari sekarang dan permukaan air laut telah naik 10-20 meter (transparannews.id, 30–10–2024).
Laporan WMO seyogianya menjadi peringatan keras dan alarm darurat bahwa pemanasan global akan semakin tak terkendali. Sistem ekonomi kapitalisme menjadikan manusia bersifat tamak dan rakus akan kepemilikan materi tanpa mengindahkan keseimbangan alam. Penggunaan bahan bakar fosil masih menjadi pilihan pelaku industri dan pemilik kendaraan karena harganya yang murah.
Di sisi lain, penggundulan hutan juga semakin tak terkendali demi perkebunan dan industri yang dinilai lebih menguntungkan. Lihat saja hutan-hutan di Kalimantan yang awalnya disebut sebagai paru-paru dunia, kini gundul dan rusak. Pun hutan Papua yang semakin memprihatinkan. Wajarlah jika emisi gas rumah kaca semakin bertambah.
Baca: Solusi Mahal Mengatasi Tantangan Global
Islam Memerintahkan Menjaga Alam Semesta
Islam turun dengan seperangkat aturan yang lengkap dan menyeluruh. Sekalipun Allah Swt. menjadikan manusia sebagai objek seruan, tetapi kebaikan atas setiap aturan yang ada di dalamnya dirasakan oleh seluruh alam.
Allah Swt. telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Di tangannya diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk mengelola kekayaan alam yang telah Allah anugerahkan. Allah juga mengingatkan manusia agar tidak melampaui batas agar keseimbangan alam tetap terjaga. Allah Swt. berfirman dalam surah Ar-Rahman ayat 1-9 yang artinya:
“Ar- Rahman. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Dan tumbuh-tumbuhan (tak berbatang) dan pohon-pohonan (berbatang) kedua-duanya tunduk kepada-Nya. Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”.
Allah juga telah mengingatkan apabila manusia tidak amanah dalam menjaga alam, maka segala kerusakan yang terjadi adalah karena ulah tangan mereka sendiri. Peringatan ini Allah sampaikan dalam surah Ar-Rum ayat 41 yang artinya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Khatimah
Ibarat pepatah “sedia payung sebelum hujan”, maka seyogianya manusia mulai mengambil langkah preventif agar pemanasan global tidak berlangsung semakin parah. Inovasi terbaru tetap diperlukan sebagai langkah kuratif atas kerusakan alam yang telanjur terjadi. Namun, jika tidak dibarengi pencegahan, kerusakan akan semakin fatal. Bukankah mencegah lebih baik daripada mengobati?
Wallahua’lam bishawab. []
Setuju. Upaya pencegahan agar pemanasan global tidak makin parah dibarengi dengan inovasi untuk mengatasi masalah ini.