Berlian untuk mengatasi pemanasan global menjadi solusi mahal dan sia-sia selama masih berada dalam paradigma kapitalisme.
Oleh. Deena Noor
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Berlian identik dengan keindahan sehingga biasa dipakai sebagai perhiasan. Namun, ternyata berlian dijadikan salah satu opsi untuk mengatasi pemanasan global.
Dalam jurnal Geophysical Research Letters, sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa penyebaran sekitar lima juta ton debu berlian ke atmosfer setiap tahun dapat menurunkan suhu bumi hingga 1,6 derajat celsius. Debu berlian tersebut berfungsi sebagai aerosol yang dapat menurunkan suhu bumi. Namun, proses ini membutuhkan waktu yang lama. Peneliti memperkirakan setidaknya butuh 45 tahun untuk melakukannya. Berlian yang dibutuhkan juga dalam jumlah yang sangat besar, yakni sekitar 200 triliun dolar AS atau 3.114 kuadriliun rupiah. (kompas.com, 25-10-2024).
Ide Menyebarkan Berlian
Ide menyebarkan berlian ke atmosfer muncul setelah para peneliti menggunakan model iklim 3D dan membandingkan berbagai jenis aerosol yang bisa dipakai untuk mendinginkan bumi. Dari berbagai macam aerosol yang dibandingkan, ternyata debu berlian dianggap pilihan terbaik. Partikel berlian dapat memantulkan cahaya dan panas dengan efisiensi yang paling tinggi di antara jenis yang lainnya. Partikel berlian dapat tetap berada di udara untuk waktu yang cukup lama dan tidak mudah menggumpal.
Pendinginan atmosfer sendiri terinspirasi dari letusan Gunung Pinatubo di Filipina pada tahun 1991. Gunung berapi itu memuntahkan jutaan sulfat ke atmosfer yang kemudian bereaksi dengan uap air dan gas lain sehingga membentuk aerosol sulfat. Aerosol ini memantulkan sinar matahari kembali ke luar angkasa yang menyebabkan terjadinya musim dingin vulkanik. Setelah itu, bumi pun mendingin hingga 0,5 derajat celsius dalam beberapa tahun.
Dari situlah, para ilmuwan melakukan penelitian dan mendapatkan ide untuk menyebarkan pendingin ke atmosfer. Caranya dengan menggunakan bahan-bahan tertentu yang berfungsi sebagai aerosol untuk mendinginkan bumi yang kian panas. Sejumlah bahan seperti berlian, sulfur dioksida, aluminium, dan kalsit diuji untuk melihat efektivitas dan efek sampingnya.
Tidak seperti aerosol sulfur dioksida yang bisa menyebabkan hujan asam, debu berlian relatif lebih aman. Berlian memiliki sifat kimia yang lebih stabil sehingga tidak memicu efek berbahaya seperti pembentukan hujan asam.
Sulfur dioksida sendiri cenderung menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang dapat memerangkap panas. Namun, penggunaan aerosol sulfur buatan bisa menimbulkan bahaya seperti memicu hujan asam, merusak lapisan ozon, dan mengganggu pola cuaca dan iklim di atmosfer bawah.
Tentang Berlian
Berlian adalah salah satu jenis batu mulia. Berlian terbuat dari intan. Batu mulia ini termasuk langka karena jumlahnya yang sedikit di alam. Hanya ada sekitar 1-2% dari total intan di dunia ini yang dapat dibuat menjadi berlian dengan kualitas terbaik. Sebanyak 80% intan yang ditemukan di seluruh dunia memiliki kualitas yang buruk, sedangkan sisanya mampu dijadikan perhiasan dengan kualitas yang baik.(id.wikipedia.org)
Proses pembentukan intan atau berlian terjadi secara alami dan membutuhkan waktu jutaan tahun hingga menjadi kristal yang keras dan indah. Intan atau berlian terbentuk dari karbon yang dipadatkan di bawah tekanan yang sangat tinggi dengan suhu yang ekstrem di dalam lapisan bumi.
Berlian banyak ditemukan di Afrika Selatan dan Rusia. Penghasil berlian di bumi selain kedua wilayah tersebut adalah Botswana, Namibia, Australia, dan Kanada.
Batu mulia ini memiliki tingkat kekerasan skala Mohs yang tertinggi sehingga menjadi benda alami yang paling keras di bumi. Keistimewaan berlian lainnya adalah kemampuannya mendispersi cahaya. Berlian mampu memecah cahaya menjadi spektrum warna yang berkilauan dan berwarna-warni. Keistimewaan inilah yang membuat berlian menjadi salah satu pilihan untuk mengatasi pemanasan global.
Proses Menyebarkan Berlian
Proses menyebarkan berlian termasuk dalam metode solar geoengineering yang dikenal sebagai injeksi aerosol stratosfer. Metode ini menyemprotkan aerosol ke stratosfer untuk menciptakan efek pendingin yang serupa dengan volcanic winter atau musim dingin vulkanik. Gambarannya seperti letusan gunung berapi besar yang dapat memicu periode pendinginan global.
Proses menyebarkan berlian tersebut dilakukan dengan menginjeksi atau menyuntikkan jutaan debu berlian ke stratosfer setiap tahun. Kurang lebih ada lima juta ton debu berlian yang disemprotkan setiap tahunnya untuk dapat menurunkan suhu bumi hingga 1,6 derajat celsius. Hal ini seperti studi terbaru yang diterbitkan dalam science.org oleh sejumlah ilmuwan. (esgnow.republika.co.id, 19-10-2024)
Geoengineering sendiri adalah serangkaian teknologi dan metode yang dirancang untuk mengurangi suhu panas bumi dan menghentikan laju perubahan iklim yang mengkhawatirkan. Sementara itu, solar geoengineering bertujuan untuk memantulkan sebagian kecil energi matahari kembali ke luar angkasa. Ini sebagai respons atas meningkatnya suhu bumi yang disebabkan oleh tingginya kadar gas rumah kaca di atmosfer yang memerangkap panas berlebihan.
Berlian, Solusi Mahal untuk Pemanasan Global
Penggunaan berlian untuk memerangi pemanasan global tidak pelak merupakan sebuah solusi yang mahal. Harga berlian yang mahal menjadi tantangan besar dalam upaya merealisasikan teori para ilmuwan tersebut. Berlian yang dibutuhkan bukan satu atau dua gram, tetapi lima juta ton. Bisa diperkirakan besarnya biaya yang diperlukan.
Itu baru dari masalah penyediaan berlian saja, belum yang lain-lain. Ada tantangan teknologi dan logistik yang juga perlu diantisipasi. Begitu pula dibutuhkan kerja sama internasional yang tentu melibatkan banyak negara dengan banyak kepentingan.
Realisasi memerangi pemanasan global menggunakan debu berlian tidak cukup dalam hitungan hari atau bulan. Setidaknya proses tersebut membutuhkan waktu 45 tahun hingga bisa dirasakan efeknya. Untuk itu, pastilah dana yang harus dipersiapkan amatlah besar.
Penyebaran debu berlian ke atmosfer diperkirakan membutuhkan biaya sekitar 200 triliun dolar AS atau 3.114 kuadriliun rupiah. Angka ini 2.400 kali lebih mahal dibandingkan menggunakan sulfur dioksida. Sebesar itulah kisaran dana yang dibutuhkan guna mewujudkan upaya ini hingga tahun 2100 nanti.
Penggunaan berlian untuk memerangi pemanasan global juga menghadapi realitas bahwa berlian merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dan jumlahnya terbatas di alam. Bila upaya tersebut jadi direalisasikan, tentu banyak berlian yang harus diambil dari bumi. Bahkan, bisa jadi bumi akan kehilangan berlian. Belum lagi penambangan berlian yang pastinya membawa dampak ekologis. Makin mahallah "ongkos" yang dikeluarkan akibat pemanasan global.
Pemanasan Global
Bumi memanas. Suhu udara terasa kian panas. Bukan hanya pada siang hari yang terasa panas, tetapi pagi dan malam pun terasa panas. Bukan hanya di tempat kita yang memanas, tetapi juga di banyak tempat lainnya di dunia.
Inilah pemanasan global yang ditandai dengan meningkatnya suhu rata-rata udara, atmosfer, laut, dan daratan bumi. Menurut data dari Institut Studi Luar Angkasa Goddard NASA (GISS), suhu global rata-rata di bumi telah meningkat setidaknya 1,1 derajat celsius (1,9 derajat fahrenheit) sejak 1880. (earthobservatory.nasa.gov)
Penyebab pemanasan global yang utama adalah pencemaran gas rumah kaca, terutama karbon dioksida (CO2) dan metana. Pencemaran ini berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti bensin, batu bara, dan solar untuk produksi energi. Penggundulan hutan, proses industri, dan sejumlah praktik pertanian tertentu seperti pembakaran lahan juga turut meningkatkan suhu bumi.
Gas rumah kaca sendiri sebenarnya dibutuhkan agar bumi tidak terlalu dingin. Gas ini memiliki sifat transparan yang dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga bisa memanaskan permukaan bumi. Jika tidak ada rumah kaca, bumi akan bersuhu -18 derajat celsius sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, ketika gas-gas rumah kaca tersebut terlampau banyak maka akan menimbulkan panas berlebih terperangkap di atmosfer dan membuat suhu bumi terus meningkat.
Secara global, pemanasan bumi yang terus-menerus menyebabkan pola iklim dan cuaca terganggu. Hal ini tentu membawa dampak. Cuaca sering kali tidak menentu, bahkan menjadi sangat ekstrem. Contohnya banjir di Gurun Sahara yang sebenarnya merupakan tempat terkering di muka bumi. Kita juga telah melihat es di kutub mencair sehingga permukaan air laut menjadi naik. Hutan-hutan juga makin mudah terbakar. Kekeringan terjadi di mana-mana. Bahkan, Sungai Amazon yang airnya melimpah pun mengalami kekeringan. Dampak ini tentu memengaruhi manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pemanasan Global Akibat Tata Kelola Kapitalistik
Pemanasan global dipicu oleh industrialisasi besar-besaran dan deforestasi. Penggunaan bahan bakar untuk keperluan industri terjadi secara ugal-ugalan. Begitu pula dengan perusakan hutan yang berlangsung secara masif.
Industrialisasi terjadi di mana-mana, tetapi tanpa mempertimbangkan aspek kelestarian alam dan kehidupan. Pabrik-pabrik didirikan guna menghasilkan barang sebanyak mungkin. Belum lagi berbagai limbah kimia berbahaya dari aktivitas pabrik dan industri menjadi sumber polusi yang mengancam keberlangsungan hidup manusia.
Semua itu dilakukan oleh manusia. Akibatnya, permasalahan menimpa dan kerusakan terjadi di muka bumi. Tak bisa disangkal bahwa ulah manusia sendirilah yang membuat bumi memanas.
Inilah buah dari penerapan konsep pembangunan yang kapitalistik dalam kapitalisme. Pemikiran ini mendorong manusia berorientasi pada pertumbuhan ekonomi dan pemenuhan konsumerisme. Produksi digenjot guna mencapai target profit tertentu dan melupakan aspek keselamatan manusia. Tidak heran bila merusak alam tempat manusia hidup pun menjadi hal yang diwajarkan demi bisa berproduksi dan menghasilkan keuntungan.
Kapitalisme Biang Kerusakan
Kerusakan tidak terhindarkan tatkala pengelolaan sumber daya alam diserahkan kepada swasta kapitalis atau pengusaha. Mindset bisnis atau mencari untung menjadi landasan dalam "memanfaatkan" alam. Akibatnya, alam pun dieksploitasi habis-habisan, diambil manfaatnya tanpa upaya konservasi yang memadai.
Ini dianggap sah karena kapitalisme mengizinkan adanya kebebasan kepemilikan. Asal punya modal, orang bebas memiliki apa saja dengan cara apa pun. Aturan bisa dibuat untuk memuluskan tujuan. Bahkan, aturan juga bisa dilanggar bila dipandang menghalangi tercapainya tujuan. Perilaku seenaknya inilah yang menyebabkan alam menjadi rusak dan bumi pun berontak mengeluarkan panasnya.
Bisa dikatakan bahwa solusi menyebarkan berlian tidak hanya mahal, tetapi juga kurang berguna. Pasalnya, solusi ini hanya melihat masalah dari ujungnya tanpa menyentuh akarnya. Penerapan kapitalisme yang menjadi biang kerusakan justru tetap dilanggengkan.
Islam Menjaga Alam Semesta
Pemanasan global bukan hanya masalah teknis pengelolaan, tetapi juga terkait dengan isu ideologis. Keserakahan ideologi kapitalisme dalam mengeksploitasi SDA menimbulkan bencana luar biasa. Ideologi yang mengingkari kekuasaan Sang Pencipta ini mengantarkan manusia pada permasalahan dan penderitaan tiada ujung sebagaimana firman Allah dalam surah Al-A’raf ayat 96, “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Karena itulah, untuk mengatasi masalah ini perlu mengubah paradigma manusia dari kapitalisme menjadi paradigma yang sahih, yaitu Islam. Islam memiliki pemikiran mendasar yang dapat mengurai permasalahan manusia dari akarnya. Islam juga memiliki seperangkat aturan yang tidak hanya mengatur manusia, tetapi juga memberi solusi setiap permasalahan hingga ke cabangnya.
Baca juga: Solusi Mahal Mengatasi Tantangan Global
Islam memandang bahwa alam diciptakan untuk dapat memberi maslahat kepada manusia selama dimanfaatkan secara tepat. Syariat Islam membolehkan manusia untuk memanfaatkan alam, tetapi tidak boleh mengeksploitasinya. Pengelolaan alam harus dengan tetap menjaga kelestariannya. Pemanfaatan alam tidak boleh menyalahi syariat sehingga menimbulkan bahaya sebagaimana hadis Rasulullah saw., “Tidak boleh ada bahaya dan tidak boleh membahayakan orang lain.” (HR. Ibnu Majah)
SDA yang melimpah merupakan milik rakyat dan pengelolaannya dilakukan oleh negara. Islam melarang individu atau swasta untuk mengelola kekayaan alam yang menguasai hajat hidup orang banyak ini.
Pemanfaatan alam dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara makruf. Hal ini dilakukan dalam rangka mencukupi kebutuhan manusia secukupnya sehingga tidak ada yang namanya menggenjot produksi dengan mengeksploitasi alam.
Industri boleh dilakukan dalam rangka menjaga kehidupan manusia agar dapat menjalankan aturan Sang Pencipta. Setiap aktivitas dalam industri akan selalu berjalan di atas asas Islam dengan menjauhi semua yang dapat membawa mudarat. Alam dapat memberi manfaat dan tetap terjaga kelestariannya.
Semua itu bisa terwujud bila ada negara yang menerapkan Islam secara kaffah dalam segala aspek kehidupan. Penerapan Islam dalam bingkai Daulah Khilafah Islamiah tidak hanya menjaga kelestarian manusia, tetapi juga alam tempatnya hidup. Sesungguhnya, alam, manusia, dan kehidupan adalah makhluk Sang Khalik. Oleh karena itu, hanya dengan menaati aturan-Nya, ketiganya dapat terjaga dengan baik.
Khatimah
Pemanasan global merupakan hasil dari penerapan sistem kapitalisme yang menyalahi aturan Allah Swt. Solusi untuk mengatasinya tidaklah dari kapitalisme yang menjadi biangnya, melainkan harus kembali pada Islam. Mengatasi pemanasan global akan efektif bila dilakukan dengan mengubah paradigma yang keliru selama ini menjadi paradigma Islam. Berlian untuk mengatasi pemanasan global menjadi solusi mahal dan sia-sia selama masih dalam paradigma kapitalisme.
Wallahua’lam bishawab.[]
Tulisan mbak Dina keren, pemanasan global yang kita rasakan hari ini adalah dampak ulah tangan manusia itu sendiri.
Jazakillah khoir NP..
Semoga bermanfaat..
Barakallah mbak Deena. Sangat tepat sekali dalam surat Al-A'raaf: 96. Semua karena ulah tangan manusia. Untuk mengembalikannya pasti bituh waktu dan biaya mahal.
Wa fiik barakallah.. Mbak Isty..
Betul, mbak.. Manusia berbuat kerusakan.. manusia sendiri yg menanggung akibatnya..
Pemanasan global sejatinya adalah ulah manusia itu sendiri. Alhasil untuk mengatasinya pun butuh biaya besar dan belum tentu bisa menyelesaikan masalah. Saatnya umat kembali ke Islam sebagai solusi hakiki. Barakallah mba@Dina
Setuju!
Wa fiik barakallah.. Mbak Atien..
Benar sekali. Akar masalah pemanasan global adalah paradigma dan penerapan sistem yang salah.
Sepakat!
Dalam sistem kapitalisme, kita dibuat mati gaya. Mau nyari solusi, tetapi solusinya juga nambah masalah baru. Manusia berada dalam lingkaran setan.. Kesimpulannya jika bumi ini mau sehat, sistemnya harus dishutdown. Install sistem baru yaitu sistem Islam kaffah. Keren tulisannya, mba.
Betul.. kita dibikin mati gaya.. mati rasa..
Solusinya harus tinggalkan sistem rusak ini.. dan kembali pada Islam