Iron Dome, Kubah Pelindung yang Gagal "Sakti"

Iron dome

Karena itu, tak cukup rasanya jika pengamanan dan keselamatan nyawa hanya mengandalkan pada kecanggihan teknologi semata.

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Bianglala Aksara)

NarasiPost.Com-Pertempuran antara Hamas dan Israel belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Suara gemuruh roket dan rentetan bunyi senjata terus menghiasi langit Palestina baik siang maupun malam. Nelangsanya, dalam setiap pertempuran masyarakat sipillah yang banyak menjadi korban. Ribuan orang telah meregang nyawa, di antara mereka adalah anak-anak dan perempuan. 

Korban dari rakyat Palestina bahkan sudah menembus 11.000 orang lebih. Jumlah tersebut berkali-kali lipat jika dibandingkan dengan korban sipil dari Zionis Yahudi. Satu hal yang membuat korban sipil Zionis Yahudi lebih sedikit ketimbang warga Palestina adalah Iron Dome yang mereka miliki. Memiliki Iron Dome membuat warga Zionis Yahudi merasa memiliki pelindung kokoh dan merasa aman dari serangan musuh. 

Bahkan, sebagian mereka kerap bersorak-sorai kegirangan sambil menyaksikan pemerintahnya menghujani Gaza dengan roket. Mereka merasa aman karena "kesaktian" Iron Dome mampu menghalau roket pejuang Hamas maupun Hizbullah. Lantas, apa itu Iron Dome dan bagaimana cara kerjanya hingga Zionis Yahudi merasa memiliki pelindung yang digdaya? 

Mengenal Iron Dome

Iron Dome merupakan salah satu sistem pertahanan udara yang mengelilingi wilayah kekuasaan Zionis Yahudi. Sistem pertahanan ini dikembangkan sejak 2007 oleh dua perusahaan Israel, yakni Rafael Advanced Defense Systems dan Israel Aerospace Industriesdengan dukungan dari Amerika Serikat. Sistem ini dirancang untuk menembak jatuh proyektil yang masuk ke wilayah Zionis Yahudi yang ditembakkan dari rentang jarak 4–70 kilometer. Iron Dome bahkan disebut sebagai sistem pertahanan udara tercanggih di planet ini. 

Iron Dome dilengkapi dengan radar yang mampu mendeteksi keberadaan roket. Sistem ini pun mampu melakukan perhitungan dengan cepat apakah proyektil rudal yang masuk ke wilayah Zionis Yahudi akan membahayakan rakyat dan infrastruktur atau hanya menghantam wilayah kosong. Kehebatan Iron Dome pun semakin teruji karena sistem ini mampu mendeteksi arah dari roket yang diluncurkan, misalnya ke pangkalan militer, kota, ataupun ke arah pasukan Zionis Yahudi.

Diketahui, Iron Dome memiliki bobot 90 kilogram dengan panjang 3 meter dan diameter 15 cm. Sistem canggih ini juga dilengkapi dengan baterai pertahanan rudal. Setiap baterai terdiri dari 3–4 peluncur. Dan setiap peluncur mampu menampung 20 rudal pencegat. Kecanggihan sistem ini pun berbanding lurus dengan biaya fantastis yang dikeluarkan. Setiap rudal yang digunakan untuk mencegat roket yang masuk, Zionis Yahudi harus mengeluarkan biaya sebesar US$40 ribu. (kompas.com, 10/10/2023)

Sementara itu, tingkat keberhasilan atau keakuratan yang dimiliki Iron Dome sekitar 90 persen dalam mencegat roket yang menyerang. Lalu bagaimana kerja Iron Dome? Dikutip dari sindonews.com (16/10/2023), sistem pertahanan canggih milik Zionis Yahudi ini memiliki tiga elemen utama, yakni peluncur rudal, radar multimisi, dan sistem kendali. 

Berikut ini cara kerja Iron Dome dalam menangani rudal yang menyerang. Mula-mula Iron Dome bekerja pada saat ada sinyal (radar deteksi) dan pelacakan muncul sebagai tanda bahwa serangan telah datang. Ketika sinyal menangkap tanda-tanda serangan, maka sinyal tersebut akan mengirimkan informasi kepada sistem kendali yang ada pada Iron Dome. 

Saat itu pula sistem kendali akan menghitung cepat mengenai sasaran dan lintasan objek yang menyerang tersebut. Di sisi lain, sistem kendali juga akan menilai apakah objek yang masuk tersebut berbahaya atau tidak. Jika dianggap berbahaya maka sistem kendali akan memberi perintah kepada peluncur.

Seketika peluncur akan menembakkan rudal pencegat. Setelah itu, rudal pencegat akan mencari sinyal radar dan mendeteksi objek di udara yang sudah menjadi target. Saat rudal pencegat sudah mendekati objek target, maka seketika itu juga senjata yang berbentuk kubah besi itu akan meledakkan hulu ledaknya untuk menghancurkan target yang ada di udara sebelum jatuh ke tanah. Dengan sistem kerja canggih Iron Dome, maka banyak roket, mortir, maupun pesawat tanpa awak yang sudah hancur terlebih dahulu di udara sebelum mencapai tanah.

Kelemahan Iron Dome

Secanggih apa pun teknologi tetap saja memiliki kekurangan dan kelemahan. Pun demikian dengan Iron Dome. Sistem pertahanan udara yang selama ini dibanggakan Zionis Yahudi, bahkan disebut memiliki kecanggihan teknologi terbaik di dunia, nyatanya tak lepas dari kelemahan. Terbukti dengan bobolnya pertahanan Iron Dome saat pejuang Hamas meluncurkan 5.000 roketnya hanya dalam waktu 20 menit pada 7 Oktober lalu. Banyaknya roket yang diluncurkan dalam waktu singkat membuat sistem pertahanan canggih tersebut tak mampu membendung semua roket yang masuk. Sebagian roket Hamas akhirnya menghantam gedung-gedung hingga sampai ke Tel Aviv.

Seorang analis senior strategi pertahanan yang berasal dari Australian Strategic Policy Institute, Malcolm Davis, menjelaskan bahwa salah satu cara untuk mengalahkan kedigdayaan Iron Dome adalah dengan membuatnya kewalahan. Menurutnya, hal itu berlaku untuk semua sistem pertahanan udara di dunia.

Selain itu, Iron Dome juga bisa mengalami kegagalan pencegatan roket dari tipe-tipe tertentu. Misalnya, Iron Dome berhasil menggagalkan serangan roket Hamas dari jenis roket Qassam. Namun, sistem tersebut gagal melakukan pencegatan pada roket Grad milik Hamas. Iron Dome juga akan kesulitan untuk membendung serangan roket dari kendaraan yang sedang bergerak. Hal ini kemungkinan karena radar pada senjata tersebut gagal membaca situasi.

Menjadi Ajang Bisnis

Kehebatan teknologi militer Iron Dome (terlepas dari kelemahannya) telah menjadi incaran banyak negara. Apalagi jika melihat situasi global yang penuh ancaman saat ini, membuat banyak negara berlomba-lomba membelinya. Hal ini sebagai upaya pengamanan wilayah mereka dari berbagai ancaman. Beberapa negara yang telah mengonfirmasi pembelian Iron Dome adalah Azerbaijan, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan India. Dan beberapa negara lain yang juga ikut membeli sebagian Iron Dome, khususnya teknologi radar. Tentu saja hal ini menjadi keuntungan bagi perusahaan pembuat Iron Dome yakni Israel.

Selain sebagai ajang bisnis, memiliki keunggulan dan kecanggihan teknologi dalam sistem kapitalisme sering kali dijadikan jalan untuk menguasai dan menekan negara lain. Termasuk melakukan penjajahan baik politik maupun ekonomi. Inilah yang banyak terjadi di negara-negara penganut kapitalisme. Teknologi justru menjadi ajang persaingan dan bisnis.

Padahal, secanggih apa pun teknologi yang dihasilkan, potensi kekurangannya tetap saja ada, sebagaimana Iron Dome yang dimiliki Israel. Karena itu, tak cukup rasanya jika pengamanan dan keselamatan nyawa hanya mengandalkan pada kecanggihan teknologi semata.

Teknologi Bervisi Islam

Visi Islam adalah mewujudkan rahmat bagi seluruh alam. Karena itu, semua kebijakan yang dikeluarkan oleh negara tidak boleh keluar dari visi Islam tersebut, termasuk dalam penguasaan sains dan teknologi. Memang benar, kekuatan militer dan kedigdayaan teknologi menjadi ukuran kekuatan sebuah negara. Namun, Islam tak membangun teknologi sekadar untuk menjadi penguasa dunia dan menekan negara lain sebagaimana teknologi yang dikuasai negara-negara Barat saat ini. 

Dalam membangun dan mengembangkan riset dan teknologi, Islam tetap menjadikan akidah sebagai landasan. Dengan landasan akidah tersebut, maka lahir para cendekiawan, peneliti, ilmuwan, dan penemu yang menghasilkan berbagai inovasi dan teknologi yang bermanfaat untuk umat.

Artinya, hasil inovasi dan teknologi tersebut bukan sekadar mengejar kepuasan ilmu dan materi, tetapi demi mencapai tujuan tertinggi, yakni rida Allah Swt. Juga mewujudkan gelar sebagai umat terbaik yang dilahirkan oleh manusia, sebagaimana tertuang dalam surah Ali Imran ayat 110:

كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ

Artinya: "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah."

Demi mewujudkan berbagai inovasi dan teknologi modern, maka negara (Khilafah) akan mendorong berbagai riset dalam bidang teknologi secara mandiri. Hal ini dilakukan agar Khilafah tidak tergantung pada riset dan teknologi negara lain. Pasalnya, ketergantungan pada riset dan teknologi negara lain menjadi potensi masuknya penjajahan gaya baru yang akan mengaborsi kekuatan negara. 

Saat Islam dijadikan sebagai standar, maka akan lahir para penemu dan inovasi modern demi kepentingan kaum muslim. Sebagai bukti adalah lahirnya para cendekiawan muslim pada abad ke-13 yang memiliki pengetahuan mumpuni dan memadai dalam bidang teknologi militer. Di antara penemuannya adalah cara menggunakan mesiu dan menggerakkan roket. 

Fakta tersebut terangkum dalam sebuah buku yang ditulis oleh Hasan al-Rammah dengan judul Al-Furussiyah wa Al-Manasib Al-Harbiyyah. Dalam bukunya, ia menggambar sebuah torpedo yang digerakkan menggunakan roket yang di dalamnya berisi bahan peledak. Beliau hanyalah salah satu ilmuwan muslim yang berhasil menemukan dan berinovasi pada teknologi di bidang militer. Di bawah naungan Islam, ilmuwan-ilmuwan lainnya pun terus bermunculan dengan penemuannya masing-masing. Namun, semua penemuan dan pengembangan teknologi tersebut semata-mata demi terwujudnya kemaslahatan umat manusia.

Demikianlah, di bawah naungan Islam, berbagai penemuan dan pengembangan teknologi hanya ditujukan demi kemaslahatan umat. Bukan sebatas kebanggaan di hadapan negara lain dan demi meraup keuntungan materi sebanyak-banyaknya. 

Selain itu, Islam tidak hanya mengandalkan teknologi sebagai satu-satunya pelindung bagi manusia. Namun, pelindung sejati bagi manusia adalah yang menciptakan para pembuat teknologi, yakni Allah Swt. Sudah saatnya umat kembali kepada Islam dan seluruh syariatnya agar rahmat Allah melingkupi seluruh alam. Di bawah naungan Islam, teknologi benar-benar digunakan untuk berbagai kebaikan.

Wallahu a'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Vaksin Chikungunya, Harapan Besar bagi Dunia
Next
Lamprey, si Predator Ikan Purba
4.5 2 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

11 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Wd Mila
Wd Mila
10 months ago

ketergantungan pada riset dan teknologi negara lain menjadi potensi masuknya penjajahan gaya baru. Teknologi dalam negeri akan mudah terdeteksi letak kekurangan donk sama negara pembuatnya.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
10 months ago

Alhamdulillah, jadi tahu kelebihan dan kekurangan Iron Dome secara detail.

Memang teknologi akan sangat berbeda jika ideologi Islam yamg dijadikan landasannya.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Isty Da'iyah
10 months ago

Betul mbak Isty

Raras
Raras
10 months ago

Wow, dijelaskan detail tentang iron dome. Nambah wawasan pembacanya. Secanggih apapun benda pelindung buatan manusia tak sehebat Allah Sang Maha Pelindung. Hamas dan Kaum Muslimin Palestina punya Allah yang tidak dimiliki Zionis Yahudi.

Semoga segera tegak kepemimpinan Islam yang menjalankan syariat Islam secara kaffah dan selanjutnya menyeru jihad fisabilillah hingga Allah menangkan di atas agama lain

Sartinah
Sartinah
Reply to  Raras
10 months ago

Aamiin ya Allah

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
11 months ago

Orang-orang kafir membuat senjata yang canggih karena ketakutan mereka. Sedangkan umat Islam membuat senjata canggih untuk melaksanakan perintah Allah agar mempersiapkan segala kekuatan dalam menghadapi musuh.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Mariyah Zawawi
10 months ago

Betul Bu. Ya, mereka itu cuma punya senjata canggih tapi gak punya Allah. Biarpun senjatanya canggih, tetap khawatir saja dengan umat muslim.

Afiyah Rasyad
Afiyah Rasyad
11 months ago

Suka dengan diksinya Mbak.
Gagal sakti tenan itu yang diklaim canggih dan sempat menggetarkan dunia persilatan, eh.
Secangkir apa pun itu, yang buat manusia yang lemah, terbatas, dan butuh pada yang lain, tentu ada kelemahannya pula. Sebagai alat penggerak musuh, cukup ampuhlah. Namun, kaum muslim tak akan pernah gencar dengan senjata atau alat deteksi apa pun dari kaum kafir itu.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Afiyah Rasyad
10 months ago

Syukran mbak Afi. Betullah, kaum muslim yang tertancap keimanan yang kuat, tak akan gentar dengan senjata kaum kufar.

Bedoon Essem
Bedoon Essem
11 months ago

Benar namanya buatan produk manusia yang notabene lemah dan serba kurang , jadi secanggih apapun senjata ya pasti ada kelemahannya. Apalagi kapitalisme sekular..yuk ah ganti sistem Islam yang menyejahterakan..

Sartinah
Sartinah
Reply to  Bedoon Essem
10 months ago

Yes, setuju deh. Segera ganti kapitalisme yang sudah sekarat

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram